Selama kurang lebih satu jam menikmati suasana malam bertabur bintang, kebersamaan Lelaki Imoet dan istrinya harus diakhiri. Karena suara azan pertanda masuknya sholat isya terdengar sahut menyahut dari satu mesjid dengan mesjid yang lainnya.

"Sudah azan, yuk sholat dulu," ucap Lelaki Imoet kepada istrinya.

"Kopinya dihabisin dulu, Bang."

"Nanti aja setelah shalat."

Lelaki Imoet langsung menuju kamar mandi. Sementara istrinya membersihkan meja dan sampah kuaci yang bertebaran di atas meja. Setelah bersih ia menyusul ke dalam sambil tak lupa membawa gelas kopi beserta tadahnya.

"Ayo buruan, kita shalat berjamaah."

"Abang nggak shalat ke mesjid?"

"Nggak, shalat di rumah aja."

.

.

.

Selesai sholat, Lelaki Imoet duduk di sofa ruang tengah. Tak berapa lama, anak lelakinya menghampiri sambil membawa sebuah buku warna biru.

"Yah, planet punya hidung nggak?" Tanya anak lelakinya yang baru duduk di kelas 1 SD.

"Punya dong."

"Berarti kalau ibu masak kue dia bisa cium ya, Yah."

Lelaki Imoet diam sejenak. Ia berusaha untuk tenang. Agar jawaban yang akan diterima kepada anaknya tidak membingungkan.

"Hidungnya planet nggak bisa cium makanan, Dek."

"Kenapa?"

"Karena planet nggak bisa makan."

Si anak terdiam, namun matanya terus melihat benda-benda angkasa yang ada dalam buku.

"Kalau nggak makan berarti planetnya nggak besa-besar dong, Yah. Juga nggak bisa sekolah.

Tung

Tang

#menulisitusedekah

#virusbahagia