[email protected]

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Langit Senja

Sore ini usai senja. Sedikit kisah manis tentangnya. Ketika malam menjemput, di bawah temaram bulan sedikit mengingatkan tentang cinta. Rasa pertama. Rindu yang kian menyesak di balik jeruji ketidakmampuan berharap. Ku buka lagi lembaran buku harian yang hampir penuh oleh kata-kata bodoh yang manis.

Terkadang aku sadar. Untaian kalimat yang ku tulis itu terkesan gombal dan menjijikkan. Tapi siapa yang sadar kalau itu menyangkut cinta. Kau akan menjadi seorang yang puitis ketika jatuh cinta. Kau akan menjadi seorang penyair ketika rindu menyusup di balik senyum tipis takutmu. Kau bahkan bisa menjelma sebagai seorang seniman yang mengeskpresikan rindumu lewat lukisan abstrak yang mungkin suatu saat kau tidak tahu lagi maknanya.

Ah cinta. Dia. Pria yang kucinta. Pertama. Dalam ketidakmampuanku tuk memaksanya tetap tinggal di sini. Di sampingku, saat ini. Ah cinta! Dia. Sungguh dia. Dia yang pertama kali membuat debarku tak seirama, membuat mukaku merona hanya karena mendengar suaranya. Dia, yang membuatku gemetaran menahan rindu. Dia juga yang membuatku merana, sebab mematri namanya di hatiku. Ah, cinta, dan dia. Dua kata yang tak mampu ku eja tanpa ada air mata.

Sudahlah!

Ah, kata-kata gombal untuk mengungkapkan rasa ini kian banyak saja pembendaharaannya. Aku makin terjebak dalam kepuitisan bodoh ini. Ya, mengapa aku mengatakan bahwa puitis ini bodoh. Tidak, aku bukan menyatakan bahwa penyair itu bodoh. Sama sekali tidak pernah terbersit dalam pikiran untuk memberikan tuduhan picik seperti itu. Aku hanya, ya, sekedar tidak ingat lagi siapa diriku ketika aku mulai menulis tentang cinta.

Ya, aku. Gadis super cuek yang cenderung jutek. Aku. Ya, aku. Aku gadis yang tidak peduli tentang cinta dan segala permasalahannya, tiba-tiba menjelma menjadi seorang gadis yang patah hati. Ah, ya. Makanya aku benci mencintai. Karena aku terlalu takut kecewa. Lihat sekarang, aku kecewa. Kuulangi, KECEWA!

Mungkin kecewa hanya sekedar kata-kata bodoh yang terlalu putus asa. Aku tahu ada banyak cinta di luar sana. Tetapi, apa aku pantas untuk kembali menyukai?

Ah, bayangan itu masih saja menjadi mimpi buruk. Walaupun aku berulang kali menyatakan bahwa aku telah memaafkannya, tetap saja dalam lubuk hati ini masih ada perasaan kecewa. Terkadang terlalu berharap membuat kecewa itu tidak dapat terhapus.

Aku mulai menggoreskan sedikit tentangnya di buku bersampul merah muda ini. Ini hadiah darinya. Buku mungil yang cantik. Masih aku simpan, walaupun itu telah berlalu bertahun-tahun yang lalu.

Namanya...

Ah, tidak perlu aku sebutkan siapa namanya. Bagiku ia langit. Sebut saja begitu. TerinspIrasi dari sebuah novel remaja yang mengungkapkan filosofi langit secara mendetail, dan sangat pas untuknya. Di manapun aku berada, aku tahu dia akan selalu ada untukku. Seperti langit, yang selalu ada untuk bintang, bulan, matahari, dan benda-benda langit lainnya.

Langit.

Kueeja nama itu lirih. Sesaat dada ini terasa sesak. Dia terlalu menyakitkan untuk diingat. Perpisahan yang membuatku sakit hingga kini. Tetapi aku sangat menyayanginya. Hingga kini. Hingga detik aku menulis di buku merah muda ini.

Aku tahu ia sangat menyayangiku, melebihin apapun. Aku sadar itu. Tetapi caranya meninggalkanku, aku tidak pernah mengerti. Ah, seandainya ia tahu aku sangat tersiksa dengan kecewa ini. Seandainya ia paham betapa aku sangat mengharapkannya. Tapi tidak. Ia tidak memahami hatiku. Ia hanya tahu bahwa ia melakukan kebenaran dalam persepsinya.

Aku masih ingat. Waktu itu ia meninggalkanku, hanya sebuah pesan singkat yang diberikannya lewat sebuah surat yang dititip melalui sahabatku. Kala itu aku sangat terpuruk. Ya, bodoh sekali. Aku memang bodoh. Aku hancur saat itu. Semua harapan masa depan ku gantungkan padanya, namun ia pergi meninggalkanku.

Ku hirup cokelat panas yang mulai dingin. Kurasakan gemuruh ombak dan desir angin mulai berlomba-lomba memekakkan telinga. Aku tatap jauh ke depan. Matahari telah terbenam beberapa menit yang lalu, tapi kenangan itu belum ingin ku tutup. Justru terasa semakin ku peluk. Erat.

Aku tidak pernah ke tempat ini bersama dia. Namun aku merasa memiliki kenangan bersamanya di sini. Ya, aku suka pantai. Aku suka anginnya. Aku suka ombak. Aku suka hangat senja. Aku suka semuanya. Namun di balik itu semua, aku sangat menyukainya.

“Hai, ayo pulang,” sahabatku memukul bahuku pelan.

Aku tersenyum tipis, dan menghirup minumanku untuk terakhir kalinya.

“Sebentar lagi, aku masih ingin di sini.”

“Ah, hampir tiap hari kita ke sini. Aku heran kenapa kamu tidak pernah bosan.”

Aku mengangkat bahu. Menutup buku harian merah mudaku sembari berdiri. “Aku ke sana bentar ya.” Ujarku sambil melangkah menuju pinggir pantai.

Ku lipat bagian bawah celana. Memainkan ombak kecil yang menggelitik kakiku hingga semata kaki. Entah hangat, entah dingin yang kurasa. Namun yang pasti, hati ini terasa hangat.

“Kau tidak akan pernah tahu rasanya seperti aku, Langit,” gumamku tertahansambil menatap langit yang mulai kelam.

“Kau punya bintang, bulan, matahari. Sementara aku? Dulu aku punya langit. Tapi ia telah meninggalkanku. Kau tahu itu, bukan?”

Aku mengangkat tangan kanan ke atas, mencoba meraih langit yang aku yakin tidak terjangkau. Hanya imajinasi saja, berharap bahwa aku mampu menyentuhnya. Namun sudah dipastikan itu hanya khayalan saja.

“Kau terlalu jauh.” Gumamku sendu.

Aku diam untuk waktu yang cukup lama. Dan butiran hangat itu menetes dari sudut mata. Aku berusaha menahan tangis yang mungkin akan segera pecah.

“Aku merindukanmu,” kataku bergetar.

Dan aku tersenyum pahit, menahan air mata yang kini benar-benar mengalir tanpa mampu ku bendung lagi. (Nola Pritanova)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post