[email protected]

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tiga Kata Ajaib!

Membaca sekilas judul ini, terbayang sudah segala keajaiban yang dimunculkan dalam film Harry Potter. Baik itu sekuel pertama, kedua, sampai sekuel terakhir yang mampu membuat adrenalin penonton semakin terpacu. Keajaiban yang membuat anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa terkagum-kagum. Dari sisi pemain yang memang tampil memesona, alur yang membuat penasaran, dan sihir yang seakan membawa penonton berada di titik puncak kebahagiannya, semabari berkata, “Seandainya aku Harry Potter!”.

Terbang dengan nimbus 2001, memiliki tongkat sihir dari bulu poenix, mengalahkan Lord Voldemort, menjelajah waktu bersama jubah ajaib, bertarung bersama laskar dumbledore, dan sederet kegiatan menggunakan sihir lainnya, sudah tentu membuat penonton terkagum-kagum. Semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah. Semua kejahatan dapat dibasmi dengan sihir yang benar. Bagi semua orang mungkin ini hanya sekadar imajinasi J.K Rowling saja, namun sejatinya keajaiban sihir itu memang ada. Kita semua adalah Harry Potter!

Mungkin semua orang akan bingung mengapa saya mengatakan bahwa kita adalah Harry Potter. Harry Potter adalah manusia biasa yang dibekali bakat sihir yang luar biasa. Sama seperti kita, ia butuh makan, minum, tempat tinggal, pendidikan, rasa aman, kenyamanan, dan terutama cinta. Namun apa yang membedakannya dari kita?

Cinta. Cinta yang universal yang mampu dilahirkan Harry Potter. Sosoknya mampu memberi kenyamanan pada orang lain. Ia mampu memberi rasa aman disaat orang lain merasa dihantui oleh penyihir jahat. Ia tulus mencintai sesama manusia walaupun sesungguhnya ia sangat merindukan rasa cinta kedua orang tuanya yang telah tiada. Potter, si yatim piatu yang memiliki energi cinta positif kepada sesama.

Dalam kenyataan sehari-hari ini, tidak perlu memberi kenyamanan dan rasa aman yang muluk-muluk. Tidak perlu memberi rasa nyaman yang susah untuk kita buktikan, ataupun sulit untuk diraih. Memberi rasa nyaman itu sederhana. Sangat sederhana. Cukup tiga kata ajaib yang mampu membuat orang lain di sekitar kita merasa nyaman akan kehadiran kita. Apakah tiga kata ajaib itu?

Maaf. Empat huruf sederhana yang kadangkala seringkali terlupakan. Mengikuti ego dan gengsi, dalam kehidupan sosial kerapkali melupakan kata ini. Kata sederhana ini harusnya masuk ke dalam percakapan kesaharian kita. Hal ini disebabkan kata ini akan membuat seseorang nyaman berada di dekat kita. Contohnya saja, ketika berada di angkutan umum, kaki kita terinjak oleh salah seorang ibu bertubuh gemuk. Tidak ada salahnya jika kita yang meminta maaf, walaupun kita dipihak yang tersakiti. “Maaf, Bu. Kaki saya terinjak.”

Coba bayangkan jika kita langsung marah. Pasti ibu tadi juga ikut kesal dan balik marah. Tidak ada salahnya, mengucapkan kata maaf terlebih dahulu, itu jauh akan membuat kondisi aman dan nyaman.

Tolong. Sama halnya dengan kata maaf, kata tolong pun kerapkali dilupakan. Manusia saat ini teralalu sering menyuruh, tanpa mau mengucapkan kata “tolong”. Hal ini terjadi baik antara yang muda pada yang tua, maupun sebaliknya. Bukankah lebih sopan jika ingin meminta bantuan kepada orang lain, digunakan kata “tolong?”. Tidak ada ruginya, bukan?

Terima kasih. Kesombongan masyarakat Indonesia kini semakin merajalela. Bahkan untuk sekedar mengucapkan terima kasih saja terasa berat. Contoh kecilnya, ketika adik saya diberi uang jajan oleh orang tua, ia tidak mengucapkan terima kasih, tetapi segera berlari ke luar. Contoh lainnya, seorang dosen memberikan tugas mahasiswa dan memberikan nilai yang memuaskan, tetapi mahasiswa tersebut hanya diam saja, tanpa mengucapkan terima kasih. Saya rasa, selaku manusia, tiap kali ditolong orang, ataupun melakukan transasksi jual beli, diberi orang dan sebagainya, tidak ada salahnya untuk mengucapkan kata terima kasih. Toh dengan mengucapkan kata itu kedua belah pihak merasa dihargai dan nyaman satu sama lain.

Tiga kata di atas, saya ambil dari kebudayaan barat yang cenderung lebih sopan dalam bertutur kata. Mereka selalu menggunakan kata sorry, please, dan thank dalam setiap kegiatannya. Coba perhatikan, tiap kali mereka ingin bertanya sesuatu kepada orang lain, mereka pasti memulainya dengan kata, ‘excuse me’ atau ‘sorry’. Kemudian perhatikan ketika mereka ingin meminta bantuan atau menyuruh orang lain, tidak lupa menambahkan kata ‘please’ di akhir kalimat. Perhatikan juga ketika kita menawarkan makanan atau sesuatu pada mereka. Mereka kerap kali menolak, dengan mengucapkan ‘thank you’ terlebih dahulu.

Benar tidak?

Menggunakan tiga kata ajaib: maaf, tolong, dan terima kasih dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya sangatlah mudah. Akan tetapi sulit untuk dijalani. Kerap kali rasa gengsi dan malu menjadi andalan alasan. Padahal mengunakan tiga kata ajaib itu akan membuat hubungan menjadi lebih baik, memberikan rasa nyaman ketika berkomunikasi, dan menunjukkan adab ketimuran yang sopan dan tertata. (Nola Pritanova)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Adab kesopanan yang mulai tergerus oleh jaman ya bu, mari berjuang memperbaiki karakter kita dan lingkungan terdekat.

13 Mar
Balas

Adab kesopanan yang mulai tergerus oleh jaman ya bu, mari berjuang memperbaiki karakter kita dan lingkungan terdekat.

13 Mar
Balas

Benar sekali, Bu. Semangat mendidik, Bu.

14 Mar

Benar sekali, Bu. Semangat mendidik, Bu.

14 Mar
Balas

Benar sekali, Bu. Semangat mendidik, Bu.

14 Mar
Balas



search

New Post