Nopiranti

Ibu tiga anak dan Kepala Sekolah di SMP Islam Daarul Falah. Menulis adalah Me Time, terapi sederhana untuk kesehatan jiwa raga, membahagiakan diri sendiri ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengejar Bayang
Dokumen Nopiranti

Mengejar Bayang

Mengejar Bayang

Oleh: Nopiranti

Di mana harus kucari kedamaian? Bila pada bayang sendiri pun tak kutemukan kenyamanan. Jika ada satu keajaiban yang boleh kupinta, maka kuinginkan dunia yang bebas cermin. Agar tak ada lagi bayang-bayang menakutkan yang membuat langkahku enggan bergerak.

Sebegitu bencinya aku pada bayangan? Bukan benci, tapi takut. Dulu, kukira bayangan itu serupa teman sejati, yang 'kan selalu setia menemani dan menerima diriku apa adanya. Namun, nyatanya ia tak seramah itu.

Berulang kali bayangan menolakku. Awalnya tak begitu kentara. Hanya berupa diam dan tatapan kosong. Tanpa sapa, tanpa sedikitpun cengkerama.

Berikutnya tingkahnya semakin menjadi. Kumulai mendengar helaan napas berat yang diikuti dengan aksi bayangan membuang pandangan. Seketika seperti ada sesuatu yang tajam menusuk ulu hati, sakit.

Namun, aku tak mau menyerah. Tetap saja kuhampiri bayangan. Kali ini sambutannya lebih kasar. Matanya nyalang. Bibirnya gemetar menahan kesal. Sejurus kemudian aku terhuyung limbung diserang cercaannya yang habis mengulitiku dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

"Kita selesai sampai di sini! Aku tak mau lagi kau hampiri. Aku sudah muak dengan segala ketidakelokkan ini. Menjauhlah dariku!" Masih kuingat jelas puncak amarah bayangan kala itu. Sebelum akhirnya aku dan dia benar-benar saling menjauh.

Cermin masih tetap di tempatnya. Setia menanti pertemuan kami kembali. Namun, aku tak pernah punya cukup keberanian untuk menemuinya lagi. Begitu juga bayangan, tak pernah kudeteksi sedikit pun niatnya untuk sekadar menyapaku ala kadarnya.

Tetapi, bukankah ini yang selalu kuimpikan? Hidup damai tanpa cermin dan bayangan yang menyebalkan? Namun, saat bayangan kini benar-benar pergi, aku sungguh tak tahu apa perasaanku. Bahagia? Tenang? Atau justru kehampaan yang datang menyergap?

Entahlah. Kukira yang kubutuhkan sekarang hanya diam sejenak, bercengkerama dengan hatiku sendiri. Bayangankah yang t'lah salah bersikap? Atau aku sendiri yang tak tahu menilai diri? Sungguh, kini kumerasa seperti si pulan yang dungu. Buruk muka, bayangan pula yang lantas diempas sirna.

Sukabumi, 27 September 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah... Keren.

01 Oct
Balas



search

New Post