Senja Mengkristal di Rekah Senyummu
Senja Mengkristal di Rekah Senyummu
Senja kembali menghadirkan senyum yang membuatku tergila-gila untuk selalu menemuinya lagi dan lagi. Dalam dekapan jingga di ranum bibirmu yang berpendar indah seiring lesung yang menelaga di kedua pipimu, aku mematung, terjerat pesonamu.
Seindah apa pun pagi menawarkan kilau arunika di semesta pandangku, senja tetap mencuri hatiku. Meraja dengan kokoh. Meski gelap selalu datang menelikung dan merenggut indahnya dengan gagah. Meninggalkanku dalam gigil yang sunyi. Menanti dalam pejam yang bimbang. Sambil meratapi bergulirnya detik yang terasa begitu lamban mengantarkan kembali terang. Agar aku bisa memulai jejak gemetarku lagi, menyongsong senja di lengkung senyummu.
Adakah yang bisa meraba rasaku? Supaya bisa kuberbagi getarnya yang terkadang sulit kukendalikan. Agar dapat kubertanya seberapa pantaskah aku mengharapkan senyum itu hanya tertuju untukku?
Sungguh, bukan kerling tajam yang mengoyak pusaran rasa yang kuharapkan. Bukan pula hardik menusuk yang merobek rasa percaya diriku yang setipis kulit ari. Tidak pula gelegar tawa mencela yang menenggelamkan harga diriku ke dasar bumi.
Apa salah jika aku berharap? Meski penampakanku tak seelok rupa kalian, apa itu berarti aku tak pantas mendapatkan sesuatu yang indah? Walau duniaku kalian anggap aneh dan berbeda, tapi tak ada yang berlainan tentang gejolak cita yang singgah dan merasuki ruang hatiku.
Pada sejumput senyum indah yang hadirnya selalu kunanti di setiap senja, sungguh aku menunggu sapamu. Atau setidaknya selirik saja tatapmu hingga kau menyadari keberadaanku.
Di balik tirai yang menghalangi ruang tamu tempatmu mengajar adikku mengaji setiap sore, malu-malu kuintip hadirmu. Sesenyap mungkin aku diam. Tak ingin sedenting pun suara terdengar yang mungkin akan membuatmu terkejut. Untuk kemudian kusaksikan bola mata yang membulat kaget dan bibir yang gemetar menahan takut. Lalu setelah itu bergegas kau berlalu dan tak pernah datang lagi. Seperti senyum-senyum sebelumnya yang pernah singgah, namun tak pernah sudi datang lagi setelah melihat sesosok aku yang mereka anggap menakutkan.
Aku tak mau mengulang kesalahan yang sama. Biarlah di sudut ini aku tetap mematung dalam senyap yang beku. Asalkan dapat kuberlama-lama mengabadikan senja indah yang mengkristal di rekah senyummu.
Sukabumi, 26 September 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
masyallah, mengoyak batin.
masyallah, mengoyak batin.
Ibu, terima kasih banyak sudah berkenan mampir dan menyimak tulisan saya.
Keren, Bu.
Terima kasih banyak sudah berkenan menyimak tulisan saya, Ibu sayang.
Carilah kalimat bermajas dalam cerpen tersebut! ( cocok untuk materi ajar kalimat bermajas dalam teks cerita pendek nihh bucant.
Waah, iyakah, Ibu? Senangnya jika tulisan ini bermanfaat.
Wauw...kerennn bgt diksinya. Kpn oma bs nulis begini, ya?
Tulisan-tulisan Oma kan memang sudah keren.