Nora Vitaria

Tantangan Hari Ke- 33 (T. 158)

#TantanganGurusiana

Atas permintaan putri kami hari ini 28 Juni 2020 kami sekeluarga refresing ke kebun teh Kabawetan Kepahiang Provinsi Bengkulu. Mengingat sudah lama tidak jalan-jalan keluar kota. Semenjak mewabahnya corona saja sudah berjalan 4 bulan kami terkungkung di rumah saja, kecuali kalau ada keperluan baru keluar rumah. Ternyata setelah melihat foto lama, kami sudah tujuh tahun yang lalu ke kebun teh tersebut. Anak saya yang bungsu masih imut dan kurus. Alhamdulillah hari ini masih diberi kesehatan dan kesempatan melihat asrinya alam pegunungan.

Refresing tujuh tahun yang lalu masih bebas tanpa protokol kesehatan. Kami beramai-ramai satu gang dasawisma Perumnas Unib pergi ke kebun teh tersebut, kemudian ke Danau Mas Bestari dan Air Panas Suban. Saat itu tua muda, bapak-bapak, ibu-ibu, dan anak-anak mandi di air panas atau kolam renang. Sekedar merendamkan tubuh, nuansanya sangat seru karena beramai-ramai. Ehm..kenangan yang sangat indah. Makna kebersamaan dan kekompakan sangat terasa sekali. Kami membawa bekal masing-masing. Saat makan kami menggelar tikar bergabung dan makan serempak dengan lauk boleh memilih yang disukai. Saling tukar lauk-pauk.

Sementara refresing era pandemi corona ini kami pergi hanya sekeluarga saja. Tidak boleh berkumpul. Dari rumah kami harus menggunakan masker. Meskipun dalam mobil masker hanya tergantung saja di leher karena pengap dan susah bernapas. Namun ketika sampai di tempat rekreasi, di kebun teh Kabawetan Kepahiang masker harus dipakai. Sepanjang jalan kebun kabawetan alamnya indah kehijauan, berkelok-kelok bagaikan permadani hijau. Pengunjungnya ramai meskipun pandemi corona, namun tetap mematuhi protokol kesehatan. Kami berusaha tidak bergabung dengan orang banyak. Dari rumah pun kami sengaja membawa bekal, agar tidak membeli. Tetapi realitasnya di tempat rekreasi tetap juga membeli. Hehehe seduhan pop mie yang sangat menggoda karena udara yang sejuk. Terasa nikmat menikmati sajian panas-panas. Suami pun memesan segelas teh tubruk khas Kepahiang.

Saat menuju lokasi kebun teh bersama putri kami, medan jalannya agak menurun. Kami menyusuri lorong-lorong di balik kebun teh. Di lorong tersebutlah kami menyempatkan membuat keabadian berselvi menikmati indahnya alam yang membentang luas. Berselvi bergantian, putri kami dua beradik sengaja menyusuri tempat yang jauh. Sedangkan saya dengan suami kembali ke atas dan duduk di warung. Awalnya saya hanya memesan lotek untuk tambahan bekal bawaan kami, tetapi karena sambil menunggu kedua putri kami akhirnya kami pun memesan pop mie dan teh panas bersama putra kami. Dia kurang suka berselvi-selvi seperti kedua adiknya.

Setelah selesai menikmat asrinya alam kebun teh, kami mencari lokasi untuk makan siang. Kami mencari tempat yang agak lebar supaya bisa menggelar tikar. Ternyata mencari tempat istirahat yang agak lebar agak sulit, sudah didahului pengunjung lain. Namun berkat sabar akhirnya kami dapat juga tempatnya. Alhamdulillah dapat menikmati santap siang di kebun teh pegunungan. Semoga tahun mendatang bisa kembali ke sana lagi bersama keluarga merajut kenangan.

Bengkulu, 28 Juni 2020.