Setelah menyelesaikan satu materi pelajaran, seorang guru biasanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengomentari materi yang disampaikan. Biasanya guru menunggu beberapa saat sampai siswa berkomentar. Ketika tidak kunjung ada yang berbicara, guru akan mengulang pertanyaan, "Apakah Ananda sudah paham?" Semua masih diam.

Kejadian seperti ini mungkin sering kita alami, kita ingin menguji apakah siswa mengerti atau paham dengan materi yang kita sampaikan. Kita berharap siswa memahami dan kemudian mampu menyelesaikan latihan yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Tetapi, ketika siswa diam seribu bahasa, kita akan menyimpulkan bahwa siswa sangat paham atau tidak paham sama sekali.

Hal seperti ini kadang memancing kita untuk mengeluarkan kalimat, "Jika tidak ada yang bertanya, sekarang Ibuk yang bertanya" Lalu apa yang terjadi? Siswa berlomba-lomba mengacungkan jarinya untuk bertanya walaupun mereka juga bingung apa yang akan mereka tanyakan. Mereka hanya menghindari pertanyaan yang akan diajukan guru karena dianggap sudah paham, padahal mereka belum mengerti.

Jadi, saat mengajar di kelas, kita harus benar-benar mengetahui dan memahami karakter siswa. Mereka lebih cepat paham materi yang kita sampaikan dengan cara yang bagaimana, apakah dengan metode ceramah yang monoton, atau siswa diminta membaca sendiri. Jangan lagi kita mengajukan dua pilihan kepada siswa yang membuat mereka seperti makan buah simalakama. "Kamu yang bertanya, atau saya yang mengajukan pertanyaan: