Apakah Karma Tidak Bisa Semanis Kurma?
#Tantangan H-84 (03052020)
Semenjak penyebaran agama Hindu dan budha di Indonesia, Konsep karma mulai dikenal. Karma berasal dari bahasa Sanskerta. Menurut ajaran Hindu karma adalah “hukum balasan” yaitu aturan Illahi yang berdasarkan keadilan murni. Keadilan yang dimaksud bisa saja terjadi pada kehidupan saat ini atau dikehidupan yang akan datang.
Secara sederhana menurut penulis karma tersebut adalah akibat atau konsekwensi yang harus diterima oleh seseorang karena perbuatannya. Sementara perbutan seseorang tersebut bisa positif dan bisa juga negatif. Pemahaman yang berkembang ditengah masyarakat adalah jika seseorang ditimpa suatu hal yang buruk maka sering diidentikan bahwa dia sedang ditimpa karmanya.
Dari yang penulis baca, Hukum balasan yang dimaksud dalam pengertian karma tidak pernah menjelaskan bahwa karma atau hukum balasan tersebut hanya berlaku untuk perbuatan buruk saja, apakah perbuatan baik tidak pernah memperoleh karma atau hukum balasan?
Contoh seorang anak yang durhaka pada kedua orang tuanya dan setelah dia berkeluarga, kemudian memiliki anak dan ternyata anaknya juga sangat durhaka kepadanya, maka masyarakat sering menghujat orang tersebut dengan kata-kata, “dia kan dulu juga durhaka sama ibu bapaknya pada saat mereka masih hidup, sekarang dia sudah menerima karmanya, anaknya juga sangat durhaka kepada dirinya”.
Sedangkan prilaku baik yang juga mendapatkan ganjaran yang baik, masyarakat tidak pernah mengatakan bahwa dia sedang menikmati karmanya. Contoh, seorang anak muda yang berasal dari keluarga miskin dengan pakaian compang camping yang penuh dengan tambalan tapi sangat shaleh, berbakti kepada kedua orang tua, suka membantu orang yang kesusahan walaupun dia sendiri juga sebenarnya butuh bantuan. Akhirnya mendapatkan istri yang shalehah, cantik rupawan, anak tunggal, kesayangan orang tua dan berasal dari keluarga tajir melintir alias beruang atau kaya raya. Dan akhirnya dia memiliki keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.
Kenapa kita tidak pernah mengatakan bahwa si anak muda shaleh tersebut sudah menerima karmanya? Bukankah karma adalah merupakan hukum balasan? Harusnya perbuatan baik dan buruk juga memperoleh karma. Tapi kenapa karma hanya diidentikkan dengan akibat buruk yang diterima. Apakah karma tersebut memang hanya balasan untuk perbuatan buruk? Tidak bisakah karma tersebut semanis kurma?
Karena ketidak tahuan penulis maka penulis mencoba untuk menuangkan tulisan ini di blog Gurusiana dengan harapan ada pencerahan dari para Gurusianer yang membaca tulisan ini yang tentu saja berasal dari beragam profesi. Dalam khazanah Islam sebenarnya kita tidak mengenal istilah karma, tapi ajaran Islam menyepakati jika tingkah laku buruk akan mengakibatkan sebuah keburukan juga. Sehingga umat muslim diwajibkan untuk senantiasa berbuat baik. Sekalipun dalam Islam tidak mengenal karma tapi dalam kehidupan masyarakat istilah ini sangat berkembang dan meluas ditengah masyarakat.
Mohon bantuan pencerahannya teman-teman Gurusianer.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lusi juga baru tahu ni. Tapi, mungkin sinonim saja dan diksi ini bukan serapan dari bahasa Arab. Namun, di KBBI ada ni. Salam.
Mksh si
Ibuk ini bisa saja saja, jauh dunk bedanya antara kurma dan karma. Be spirit, salam literasi
Hehehe....mksh Mr Peto
Uni karma hukuman akobat perbuatan biruk.kalau kurma ya manis ni.karena kurma itu adalah makanan kesukaan rasul kita uni.asli manisnya
Iya del, hehehe....