September 2006

Senja

Ketika senja tiba, Suasana hening, Dedaunan perlahan berhenti bergoyang, semilir angina lembut menerpa wajah, menyisakan sesak di hati teramat dalam, hari-hari terlewati tanpa sadar senja itu akan datang. Banyak yang lupa akan senja dan gelap. Semua larut dengan sinar mentari pagi hari yang lembut, menyegarkan, tertawa dan menangis bersama.

Sebagian ada yang menyenangi senja dan gelap, sebagian merasa takut dan terbebani, semua itu tergantung amal kita masing-masing.

Ya Rabb, senja itu kini menghampiri ayahku. Tak tau apa yang dirasakannya.

Ya Rabb, izinkan senja itu menghampiri ayah ku dengan penuh kelembutan.

Jangan buat ayah ku takut dengan senja. Tapi keyakinan ku selalu hadir, seorang ayah pasti bisa melewati senja itu.

Kini tak bisa lagi tertawa bersama, menangis bersama, hanya tersudut sendiri, menangis dan tertawa sendiri.

Angin senja itu terkadang mampu menggulirkan tetesan hujan air mata. Ah … setiap insan akan bertemu dengan senja. Entah kapan! Hanya tinggal menunggu waktu menuju senja dan kegelapan terkadang berharap senja itu akan kembali cerah, secerah mentari hari ini.

Tuk ayahku, yakinlah pasti bertahan melewati senja itu.

(Saat itu penulis sedang memberikan latihan soal kepada siswa SMAN 2 Singkep kelas XII IPS 1, entah inspirasi dari mana menulis ini, saat ini bapak sedang terbaring sakit).