Novita Sari, S.Pd.SD

Lahir pada tanggal 12 November 1987 di Balikapapan, Kalimantan Timur. Ayahnya bernama Budiono yang pernah bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan kayu di kot...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mimpi dalam Senja (Bagian Akhir)
id.images.search.yahoo.com.

Mimpi dalam Senja (Bagian Akhir)

Mimpi dalam Senja (Bagian Akhir)

Malam itu, Raka masih bersama Ibu Rosmina, Gibran, dan Selfie. Seketika suasana menjadi tegang. Ya, semua orang terdiam dan kaget mendengarkan jawaban dari Raka. Rasa penasaran pun muncul dalam benak mereka. Tak sabar ingin segera mendengarkan penjelasan dari Raka. Tentang perempuan yang akan dinikahinya.

Jantung Selfie berdegup sangat kencang. Ia merasa bingung dengan perasaannya. Entah, apakah ia harus senang atau sedih. Penyesalan pun terlintas dalam hatinya. Mengingat 5 tahun lalu, ia harus meninggalkan Raka begitu saja. Tetapi, Selfie berusaha menepis hal buruk dari pikirannya. Ia berusaha membesarkan hatinya. Siapapun perempuan itu, Selfie sadar bahwa jodoh sudah ditentukan.

Kring,, kring,, kring,,. Gawai Raka berdering membuyarkan lamunan semua orang. Terdengar lirih suara perempuan dari gawai itu. Entah apa yang dibicarakan. Raka menutup percakapan itu dengan kata, “Terima kasih untuk semuanya. Kesetianmu tidak akan dilupakan.”

Mendengar itu, jantung Selfie berdegup semakin tak beraturan. Ibu Rosmina semakin penasaran. Sedangkan Gibran, hanya bisa memandangi kedua sahabatnya itu. Sesekali ia menggaruk kepalanya. Ia merasa bingung dengan keanehan Selfie dan Raka.

“Ibu, Raka ada sesuatu untuk Ibu,” kata Raka memecah keheningan di kamarnya.

“Sesuatu? Apa itu, Nak? Apakah calon menantu?” tanya Ibu Rosmina dengan wajah senang penuh harap

“Lebih dari itu,” jawab Raka sembari tersenyum dan memeluk Ibu Rosmina yang duduk di sampingnya.

“Siapa perempuan di telepon itu?” tanya Gibran.

“Itu Chelsie,” jawab Raka.

“Oh, sekretaris paling cantik di kantor kita. Cepat, Raka! Jangan buat kami penasaran,” pinta Gibran.

Selfie tampak terdiam, berusaha menyembunyikan kegundahannya dengan senyuman tipis.

“Ibu, tahun ini insyaallah Raka akan wujudkan mimpi Ibu. Pergi bersama-sama ke tanah suci,” jawab Raka.

“Alhamdulillah. Allahu akbar. Semuanya ikut, Nak?” tanya Ibu Rosmina kembali untuk meyakinkan.

“Insyaallah. Ibu, Raka, Gibran, Si Mbok, Pak Rinto, para pengurus panti asuhan berserta sepuluh anak yatim piatu. Insyaallah menantu Ibu juga,” ungkap Raka.

“Masyaallah, Nak. Terima kasih, Raka sudah berkerja keras untuk Ibu. Semoga rejekinya semakin lancar, hidupnya berkah, dan selalu dalam lindungan Allah,” kata Ibu Rosmina dengan mata berkaca-kaca.

“Sama-sama, Ibu. Ini belum seberapa dibandingkan semua yang telah Ibu lakukan. Maaf, jika Ibu harus menunggu lama,” kata Raka.

“Tidak apa-apa, Nak. Karena semua butuh proses. Terima kasih, Ibu sangat bahagia dan bangga kepadamu,” ungkap Ibu Rosmina dengan air mata yang tak bisa dibendung.

“Mimpi terbesar Raka adalah membahagian Ibu. Maaf, jika Raka masih sering bandel bahkan mengecewakan Ibu,” kata Raka.

“Tidak, Nak. Ibu percaya, apapun yang akan kamu lakukan, pasti sudah dipikirkan. Ibu hanya berdoa untuk itu,” kata Ibu Rosmina.

“Semoga kaki Raka cepat kuat kembali. Sebelum jadwal keberangkatan ke tanah suci,” ungkap Raka.

“Aamiin. Insyaallah. Pasti sudah sembuh. Bukankah begitu, Selfie?” tanya Ibu Rosmina.

Tak ada jawaban apapun dari Selfie. Ia tampak menunduk dan terdiam.

“Selfie!” Ibu Rosmina kembali memanggilnya.

“Oh, iya, Ibu. Ada yang bisa saya bantu?” sontak Selfie pun kaget dan kembali bertanya.

Ya, Selfie tengah melamun. Ia membayangkan tentang pernikahan Raka. Hatinya terasa sangat perih.

“Kaki Raka akan segera sembuhkan, Selfie?” Ibu Rosmina mengulang kembali pertanyaannya.

“Oh, iya, Ibu. Insyaallah. Jika Raka mengikuti semua yang dianjurkan, insyaallah akan segera sembuh,” jawab Selfie.

“Kamu sakit, Selfie? Pucat sekali wajahmu hari ini?” tanya Gibran.

“Oh, tidak. Mungkin hanya lelah, kurang istirahat,” jawab Selfie berusaha menyembunyikan kekalutannya.

Gibran mengerti tentang perasaan Selfie. Hatinya pasti sakit. Mungkin Selfie membayangkan Raka bersanding dengan orang lain. Itu tidak akan mudah baginya. Gibran tahu, Selfie memendam rasa untuk Raka. Namun, Gibran sendiri juga bingung. Kenapa Raka tidak pernah mengatakan langsung. Bahkan, sebelum kecelakaan itu, Raka ungkapkan bahwa dia tidak akan mencari Selfie lagi. Setelah bertahun-tahun, Raka tidak pernah menemukan Selfie. Tetapi, Gibran juga belum tahu, siapa perempuan calon istri Raka.

“Selfie, apakah kamu mau menikah denganku?” tanya Raka seketika membuyarkan lamunan.

Ya, sontak semua orang kembali terperanga. Tidak ada yang tahu tentang rencana Raka ini. Semua mata menatap ke arah Selfie penuh harap.

“Selfie, apakah kamu mau menikah denganku?” tanya Raka kembali.

Selfie masih terdiam dan terpaku. Semua ini bagaikan mimpi baginya. Ternyata, isi surat itu benar. Selfie merasa tidak percaya, bahwa Raka masih memiliki rasa yang sama.

Setelah terdiam dan suasana menjadi hening. Akhirnya, Selfie pun mengangguk dengan air mata menetes di pipinya.

“Alhamdulillah,” sontak Raka, Ibu Rosmina, dan Gibran mengucapkannya bersama.

Calon istri yang dimaksud oleh Raka ternyata Selfie. Semua orang pun tampak bahagia. Ibu Rosmina langsung memeluk Selfie. Gibran menepuk bahu Raka. Sebuah tanda bahwa Gibran mendukungnya.

Raka sangat bersyukur. Kecelakaan di senja itu, telah mempertemukan dirinya dengan Selfie. Kecelakan itu juga telah menyadarkannya, bahwa ia harus selalu patuh dengan ibunya. Apapun yang dikatakan ibu, pasti untuk kebaikan anaknya. Selalu ada hikmah di balik setiap ujian. Sabar, usaha,dan doa, merupakan kunci untuk bisa melaluinya.

*Selesai*

Berau, 6 September 2020.

#Tantangan menulis hari ke-120.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bun, Semoga sukses selalu.Barokalloh

06 Sep
Balas

Aamiin. Terima kasih, Bun.

07 Sep

Akhirnya. Kereeen Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

06 Sep
Balas

Iya, Bunda. Alhamdulillah. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Terima kasih, Bunda.

06 Sep

Akhirnya, happy ending. Semangat selalu dan salam literasi.

06 Sep
Balas

Iya, Pak. Alhamdulillah. Terima kasih, Pak Muslih.

06 Sep

Betul bunda nasehat ibu sangat berarti buat kita anak anaknya. Doa ibu itu mujarab, Allah pasti kabulkan. Keren bunda ceritanya mengajarkan kita sbg anak utk sll patuh pd ortu.

06 Sep
Balas

Terima kasih, Bunda.

06 Sep

Subhanallah.....bund.....selamat sudah selesai ceritanya, hebat buanget bund.....sehat dan sukses sll

06 Sep
Balas

Alhamdulillah. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Terima kasih, Bunda. Doa yang sama untuk Bunda.

06 Sep

Selesai sudah. Pembaca ikut bahagua. Selamat. Selamat berkarya Ibu Nov.

06 Sep
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih, Bunda.

06 Sep



search

New Post