N SUPRIATI

Terlahir sebagai sulung dari lima bersaudara dengan nama pemberian orang tua, N. Supriati, tapi, memiliki nama panggilan Yeti. Dilahirkan pada tanggal 09 Septem...

Selengkapnya
Navigasi Web
AYAH, AKU RINDU Cerpen Part 1  (Tantangan hari ke-83)

AYAH, AKU RINDU Cerpen Part 1 (Tantangan hari ke-83)

Memakai celana panjang biru dan kemeja putih, dasi biru dipasangkan di krah kemeja, yes, selesai. Eit, tunggu dulu, rambut belum disisir!. Dicarinya sisir di laci meja di depan cermin. Lho, kok, nggak ada. Biarlah, nggak usah pake sisir, pakai jari aja. Sekali lagi ia mematut diri di depan cermin untuk memastikan tak ada yang kurang dengan penampilannya hari ini. Tak lupa sebelum ke luar kamar disambarnya tas biru navy yang sudah disiapkannya di meja belajar. Sebelum ke luar kamar tak lupa dimatikan lampu kamarnya. Selalu terngiang di telinganya kalimat ibunya setiap kali mau meninggalkan rumah.

“Jangan lupa, matikan lampu, jangan boros energi!”

“Iya, Bu. Siap!” Selalu itu jawabannya. Berabe kalau Ibu memerintahkan sesuatu terus nggak dituruti, bisa-bisa nasihatnya dua hari dua malam nggak habis-habis. Cari aman, itu kata ayah, cukup jawab iya.

Di ruang makan tidak ada siapa-siapa. Dia lupa, ibunya sedang pulang kampung karena kakek sakit. Sudah seminggu ibu di sana. Minggu lalu paman Dani, adik bungsu ibu, menelepon mengabarkan kakek dirawat di rumah sakit. Sebagai anak tertua, ibu merasa bertanggung jawab, siang itu juga langsung memesan tiket untuk keberangkatan sore harinya.

Ayah mungkin sudah berangkat kerja pagi-pagi setelah Shalat Shubuh. Fajar, kakaknya mungkin masih tidur. Faisal, adiknya ...., lho kemana ya? Biasanya Faisal bearngkat sekolah jalan kaki. Letak sekolahnya dekat rumah, jadi tidak perlu naik kendaraan. Pasti Faisal belum berangkat sekolah jam segini.

Dibukanya tudung saji di meja makan. Ada roti tawar dan selai coklat di sana. Rupanya ayah sudah menyiapkan sarapan untuk kami. Tiba-tiba ia kangen nasi goreng bikinan ibu. Nasi goreng ayam yang rasanya agak pedas. Ah, biasanya ia makan nasi goreng dengan biasa aja. Tetapi di saat ibu tidak ada, ia sangat ingin memakannya. Tiga hari terus menerus sarapan roti tawar membuat mulutnya menginginkan makanan lain. Sambil duduk dia mengoleskan selai coklat pada selembar roti tawar. Pintu kamar mandi terbuka, sesosok tubuh gempal ke luar dari sana dengan memakai handuk warna merah. Rupanya Faisal baru selesai mandi.

“Kok, baru mandi, tadi nggak Sholat Shubuh, ya?” tanyanya pada Faisal.

“Ini mau langsung sholat.” Faisal menjawab sambil berlari ke kamar. Dia cuma bisa geleng-geleng kepala. Diliriknya jam dinding di atas pintu kamar mandi sudah menunjukkan pukul 6.15 menit.

Setelah menghabiska sarapannya. Dia langsung berangkat sekolah. Sebetulnya sudah agak terlambat. Biasanya jam 6.30 dia sudah sampai ke sekolah. Tadi malam dia tidur agak terlambat. Tadi malam dia video call sama ibu, menanyakan kapan ibu pulang. Tapi, rupanya ibu belum bisa pulang dalam waktu dekat.

“Kakek masih di rumah sakit. Nggak mungkinlah Ibu ninggalin Kakek di rumah sakit tanpa ada yang nungguin.” Kata Ibu.

“Emang Om Dani, Tante Ismi, Tante Ranti nggak bisa gantiin Ibu?” protesnya pada Ibu.

“Ya, nggak bisalah, Om Dani kan kerja, Tante Ismi sama Tante Ranti kan punya bayi, kan nggak mungkin bawa bayi nginep di rumah sakit.”

Dia sebetulnya mau protes sama Ibu yang nggak pulang-pulang. Tapi, mau bagaimana lagi, alasan Ibu memang masuk akal, hanya Ibu yang bisa standby nungguin Kakek.

*************************

Sekolah sudah ramai, tinggal 10 menit lagi bel akan berbunyi. Dengan tergesa dia menaiki tangga di samping ruang guru untuk menuju kelasnya. Dia punya janji dengan Hans teman sekelasnya untuk meminjamkan buku PR Matematika, lebih tepatnya dia dipaksa Hans untuk meminjamkan buku PR Matematikanya. Sudah terbayang wajah Hans yang sedang kesal menunggu kedatangannya. Apa kira-kira yang akan dikatakan Hans ketika tahu dia terlambat datang?

Sampai di kelas, teman-temannya sudah hampir semua datang, kalau ada pelajaran Matematika jam pertama, pasti semua datang pagi-pagi karena ada PR yang harus dikumpulkan. Yang tidak mengumpulkan PR biasanya sama Pak Agus guru matematika akan disuruh mengerjakan soal yang lain yang jumlahnya dua kali lipat dari PR tadi, yang bikin semua kapok adalah harus selesai di hari itu juga dan harus ditandatangani kepala sekolah.

Dia segera menuju kursinya yang berada di posisi paling depan berhadapan dengan meja guru. Rayas teman sebangkunya sudah menyambutnya dengan kalimat yang sudah diduganya.

“Pinjem dong buku PR MTK mu!”

“Si Hans belum dateng, ya?” dia balik bertanya.

“Belum, eh, mungkin juga udah dateng di bawah, atau lagi nyari sarapan di kantin.”

Hans si trouble maker, biasanya jam segini memang lagi sarapan sama temen-temen sekelompoknya, atau tepatnya se ganknya. Hans yang sangat ditakuti oleh adik kelas dan seluruh penghuni sekolah, Hans yang sering bermasalah dengan guru, Hans yang banyak pengikutnya.

Bel berbunyi nyaring, semua siswa masuk kelas masing-masing. Tapi, tunggu dulu... kok, Hans tidak nampak batang hidungnya, hanya ada Rafid dan Sam anak buahnya. Pelajaran Matematika berjalan dengan lancar. Semua teman-temannya mengumpulkan PR pada Matematika. Pak Agus tersenyum lebar, bangga semua muridnya mematuhi anjurannya untuk mengumpulkan PR dari pertemuan sebelumnya. Kelas berjalan dengan asik, Pak Agus ini sebetulnya salah seorang yang cara mengajarnya asik, disukai oleh semua siswa.

Waktu istirahat penasaran dia tanya sama Rafid dan Sam yang sedang berdiri depan kelas.

“Sam, kemana Hans, kok nggak dateng!”

“Sakit katanya, tadi pagi dia japri gua.”

O, o, o, dunia rasanya mendadak indah. Walaupun sebetulnya Hans tidak pernah memukul atau melakukan kekerasan padanya, hanya sebatas memaksa pinjam buku atau memaksa meminta jawaban waktu ulangan, itu cukup membuatnya ciut. Dia memang tidak terbiasa menggunakan kata-kata kasar. Ibunya adalah perempuan sederhana yang sangat menjunjung tinggi kesantunan. Ayahnya juga sama, di balik wajahnya yang sangar, ayahnya adalah laki-laki yang amat baik dan santun.

******************************

Pulang sekolah, sengaja dia tidak naik ojek online seperti biasanya. Dia bermaksud mampir ke toko alat tulis untuk membeli spidol warna untuk tugas SBK besok. Seperti biasa toko alat tulis ramai dipenuhi pembeli berseragam sekolah sepertinya. Harga barang di toko ini memang lebih murah dibandingkan toko-toko lain. Tak heran kalau pembeli tak pernah sepi di toko ini.

Ketika dia mau masuk ke dalam toko, tubuhnya hampir bertabrakan dengan seseorang yang bergegas ke luar toko kemudian menaiki motornya, secepat kilat sudah melesat di tengan keramaian lalu lintas siang itu. Hans? Ada apa dengan Hans di sini? Katanya sakit?

BERSAMBUNG

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya assik..tau- tau udah habis saja..

06 Apr
Balas

Lanjut.. Ku tunggu ya

07 Apr
Balas



search

New Post