N SUPRIATI

Terlahir sebagai sulung dari lima bersaudara dengan nama pemberian orang tua, N. Supriati, tapi, memiliki nama panggilan Yeti. Dilahirkan pada tanggal 09 Septem...

Selengkapnya
Navigasi Web
AYAH, AKU RINDUCerpen Part 2 (Tantangan hari ke-84)

AYAH, AKU RINDUCerpen Part 2 (Tantangan hari ke-84)

Sudah dua hari Hans tidak masuk sekolah. Aneh juga rasanya di kelas nggak ada yang ribut waktu belajar, nggak ada yang diomelin guru karena nyeletuk dengan celetukan yang mengundang tawa seisi kelas waktu guru sedang menjelaskan. Rafid dan Sam teman se gank Hans tidak banyak berulah kalau Hans tidak ada.

Sepulang sekolah, dipercepat langkahnya menuju halte depan sekolah. Mendung sudah menggelayut tinggal menunggu sang waktu menurunkan hujan. Cuaca akhir-akhir ini tidak bersahabat, kadang siang terik sekejap kemudian gerimis turun yang makin lama menjadi hujan. Dia lebih senang berangkat dan pulang sekolah dengan naik angkot, banyak belajar karakter orang katanya. Angkot yang ditunggunya datang. Dia naik, kebetulan angkotnya kosong, hanya ada dua orang Ibu-ibu yang duduk berjauhan. Jarak sekolah ke rumah tidak terlalu jauh, hanya 5 km saja, tetapi waktu tempuhnya sering tidak pasti, bisa cepat, bisa juga jadi lama karena macet. Sekelebat, dia melihat Hans berseragam sekolah mengendarai motornya. Betulkah yang dilihatnya itu Hans? Rumah Hans searah dengan rumahnya. Berarti dia dari rumahnya berangkat, tetapi tidak sampai ke sekolah.

Tiba di rumah, hanya ada Fauzan kakaknya yang sedang sibuk dengan laptopnya, sementara Faisal sedang mengerjakan tugas kelompok, tadi pagi dia sudah pamit, supaya tidak membuat khawatir. Itulah yang diajarkan ibu pada anak-anaknya untuk saling peduli satu sama lain. Ibu mengajarkan banyak hal, mulai dari membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan sampai masalah-masalah yang terjadi sehari-hari. Ayah belum pulang, kalau nggak ada lembur, biasanya menjelang Sholat Maghrib sudah ada di rumah. Bagi kami, ayah adalah simbol sebuah keluarga. Ayah selalu memimpin sholat Maghrib dan Isya di rumah sekaligus menanyakan kegiatan masing-masing anaknya.Selepas Sholat Isya barulah mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang belajar, mengerjakan project, atau sekedar membaca buku cerita seperti yang dilakukannya kini. Buku novel sejarah yang dipinjamnya dari perpustakaan tadi sudah habis dibacanya separuh, sayang kalau tak dituntaskan. Ketika sedang asik membaca, tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi. Siapa malam-malam begini datang berkunjung? Tamu kok nggak tahu waktu. Apa nggak ada hari esok. Dengan malas-malasan, ditutupnya dulu buku yang sedang dibacanya. Membuka pintu kalau ada tamu memang menjadi tugasnya, sesuai tugas dari ibu.

“Assalaamu’alaikum!” Suara dari luar mengucap salam.

“Wa’alaikum salam Warohmatullah!”

“Siapa, ya?”

Pintu dibuka, muncul sesosok wajah yang amat dikenalnya.

“Hans?”

“Iya,ini gue.”

“Ada apa? Kenapa dateng malem-malem? Ayo, masuk!”

“Nggak usah, di sini aja, gue nggak lama kok.”

“Oke, silakan duduk!” katanya mempersilakan Hans untuk duduk di teras rumah.

“Fauzan, gue minta tolong. Sampaikan ini sama Bu Nurul wali kelas kita!” Hans menyerahkan sebuah kotak kecil yang dibungkus dengan kertas koran, rupanya dibungkus dengan tergesa-gesa karena tidak rapi.

“Lho, kenapa nggak kamu serahkan sendiri aja besok?”

“Gue belum bisa sekolah, ada misi yang harus gue selesaikan dulu.”

“Misi? Misi apa Hans?”

“Nanti gue ceritain kalau udah beres. Udah ya, gue pamit!”

“Hati-hati, ya, Hans!”

“Ok.”

*********************

“Apa ini?” Bu Nurul kebingungan menerima kado dari Hans.

“Saya juga nggak tahu, Bu, Hans tidak pesan apa-apa, saya Cuma dititipin ini buat Ibu.”

“Fauzan, tadi malam waktu nemuin kamu, Hans bagaimana kondisinya?”

“Baik-baik aja Bu, cuma kelihatannya lagi buru-buru, dia bilang belum bisa masuk sekolah lagi menyelesaikan satu misi.”

“Mudah-mudahan dia baik-baik aja.”

“Aamiin Ya Robbal ‘aalamiin!”

Tengah hari setelah Sholat Dzuhur, ada dua orang polisi mendatangi sekolah. Para siswa saling tanya, ada keperluan apa polisi datang ke sini? Tapi, tentu saja tidak ada yang bisa memberikan jawaban yang pasti, hanya menduga-duga. Tidak berapa lama, seluruh siswa dikumpulkan di aula sekolah, Pak Ahmad waka kesiswaan menyampaikan bahwa Hans terlibat dalam tawuran antar kampung, dia terluka parah dan sekarang dibawa ke rumah sakit. Kabar itu disampaikan oleh dua orang Bapak Pilisi yang datang ke sekolah. Bapak polisi ini datang sekalian mencari informasi tentang Hans dari sekolah.

Esok harinya di sekolah gempar. Ada kabar bahwa Hans akhirnya meninggal dunia karena kehilangan banyak darah dari lukanya. Berdasarkan keterangan saksi di TKP (Tempat Kejadian Perkara), Hans sebetulnya bermaksud melerai dua pihak yang sedang tawuran itu, tetapi terkena senjata salah sasaran. Masih kata saksi, Sudah 4 hari ini Hans memang sedang berusaha mendamaikan dua kelompok yang bertikai tersebut. Hans tahu rencana dua kelompok tersebut hendak tawuran dari grup medsos anak-anak muda di kampungnya. Ini rupanya yang Hans katakan sedang punya misi. Misi untuk mendamaikan.

Yang lebih menyesakkan dada adalah hasil investigasi kepolisian yang menemukan coretan-coretan tangan Hans di bukunya, yang salah satunya berbunyi.

Ayah, bagaimana caranya harus kubuktikan bahwa aku sudah berubah. Aku sadar sekarang, aku mau jadi anak baik-baik seperti yang ayah inginkan. Aku rindu kasih sayang ayah seperti dulu. Aku rindu perhatian ayah seperti dulu. Ayah, Aku Rindu ....

Ibu Nurul selaku walikelas pun dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Ibu Nurul memperlihatkan kado yang diberikan Hans kemarin yang isinya berupa pulpen yang disertai surat permohonan maaf Hans karena sudah banyak membuat Ibu Nurul repot, kemudian ada kalimat yang membuat Ibu Nurul berurai air mata ketika menjelaskan pada polisi.

“Ibu Nurul, saya berjanji mau jadi anak baik seperti harapan Ayah.”

SELESAI

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yg mengurai kesedihan.tokoh Hans yg tadinya nakal ingin berubah.

09 Apr
Balas



search

New Post