N SUPRIATI

Terlahir sebagai sulung dari lima bersaudara dengan nama pemberian orang tua, N. Supriati, tapi, memiliki nama panggilan Yeti. Dilahirkan pada tanggal 09 Septem...

Selengkapnya
Navigasi Web
AYAM DI LUMBUNG PADI MATI KELAPARAN (Tantangan hari ke-38)

AYAM DI LUMBUNG PADI MATI KELAPARAN (Tantangan hari ke-38)

Peribahasa yang dipakai di kalangan masyarakat Indonesia zaman dulu banyak yang mengandung ajaran moral. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari peribahasa-peribahasa tersebut. Tak ada salahnya kita singkap, makna di balik peribahasa “Ayam di lumbung padi mati kelaparan”.

Hidup manusia di dunia tidak bisa melepaskan diri dari harta atau materi. Harta memang merupakan salah satu hal penting dalam seluruh aspek kehidupan, meskipun bukan satu-satunya. Banyak orang rela melakukan apa saja demi untuk bisa mendapatkan harta. Dalam urusan harta tidak mengenal saudara. Dalam masalah harta hubungan suami istri menjadi berantakan. Padahal sejatinya harta merupakan berkah yang besar untuk manusia. Diberikan untuk bekal hidup dan beribadah kepada Sang Pencipta, bukan menjadi sumber perpecahan.

Banyak sedikitnya harta yang dimiliki tidak menjadi ukuran kebahagiaan. Harta yang banyak tidak menjamin kebahagiaan. Harta yang banyak bisa menjadi ujian bagi pemiliknya, apakah akan menjadikannya sombong atau kikir dengan banyaknya harta. Seperti dinyatakan dalam salah satu hadits Nabi Muhammad SAW, “Sesungguhnya masing-masing ummat itu memiliki fitnah (bahan ujian) dan fitnah umatku adalah harta,” (H.R Al-Tirmidzi). Apabila dengan harta tersebut membawa pemiliknya semakin dekat dengan Sang Pencipta, maka berarti dia telah lulus dalam ujian. Sebaliknya, apabila membuat pemiliknya semakin menjauh, itu menunjukkan bukti bahwa dia telah gagal. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. Al-Munafiqun:9, “Hai orang-orang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”

Banyak hal positif dilakukan dengan harta, misalnya bershodaqoh, memberikan waqaf untuk sarana ibadah, menafkahi keluarga, menunaikan ibadah haji, memuliakan orang tua, menyekolahkan anak-anak yatim dan dhuafa, menyantuni fakir miskin, dan sebagainya.

Dengan harta pula bisa mendorong seseorang berbuat negatif, seperti melalaikan ibadah kepada Allah, mempermudah manusia untuk melampiaskan hawa nafsu, mendorong untuk rakus dan kikir, membuat manusia melakukan maksiat, dan sebagainya.

Apabila manusia yang memiliki harta yang melimpah, tetapi tak memanfaatkan harta kekayaannya untuk hal-hal positif. Atau apabila hidup menderita walaupun memiliki harta melimpah dan orang yang selalu merasa kekurangan walaupun penghasilannya banyak. Itulah yang dimaksud dengan peribahasa AYAM DI LUMBUNG PADI MATI KELAPARAN.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses selalu Bu Yeti, tetap Sumangat. Semoga kita tidak seperti itu

22 Feb
Balas

Terimakasih

02 Mar
Balas

Terimakasih

02 Mar
Balas



search

New Post