JANGAN HANYA MENGELUH (Tantangan Hari ke2)
Setiap hari menghadapi aneka rupa tingkah murid, baik di kelas maupun di luar kelas pastilah banyak yang membuat kita para guru tersenyum, membuat kita terharu, membuat kita jengkel, dan lain-lain. Ada kalanya kita merasa terhibur dengan ulah mereka yang konyol, tetapi, tak jarang kita sampai mengelus dada, menahan amarah, menahan jengkel, menebalkan kadar kesabaran.
Kalau kita akan masuk ke suatu kelas dan akan menghadapi murid-murid tertentu yang menurut kita “super”, perasaan kita biasanya sudah campur aduk, antara berat, segan, males, tetapi, harus sadar akan kewajiban. Sebelum masuk kelas saja kita sudah membaca istighfar berkali-kali, sudah mengelus dada, dan berkali-kali pula menarik nafas panjang. Maksudnya, tentu saja supaya bersiap-siap menurunkan tensi emosi kita menghadapi tingkah mereka nanti di kelas. Mengapa begitu, ya?
Ketika masuk kelas, kita merasa auranya negatif. Menghadapi murid maunya marah-marah saja. Alasannya macam-macam, ya, anaknya malaslah, susah diaturlah, tidak disiplinlah, dijelaskan materi pelajaran nggak ngerti-ngertilah, dan berpuluh alasan yang lain. Akhirnya, ketika ke luar kelas pun, wajah kita sudah ditekuk.
Biasanya menghadapi kelas yang seperti ini kita mengeluh. Mengeluh pada sesama teman guru di ruangan guru, pada kepala sekolah, pada suami atau istri di rumah, bahkan bila perlu kita mengeluh pada seluruh dunia seolah kita berada di posisi paling menderita, paling repot.
“Ampun deh, tadi ngajar di kelas ... rasanya kepala mau pecah, anaknya bandel-bandel, susah diatur.”
“Masa berkali-kali dijelasin, sampe dower ini bibir, belum ngerti juga.”
“Dasar anak-anak tak tahu aturan. Atau jangan-jangan memang di rumahnya nggak pernah diajarin disiplin sama orang tuanya.”
“Emang nih, anak-anak sekarang pada kecanduan HP, masa kita lagi ngajar matanya melototin HP terus. Mending kalau pinter, dasar anak nggak tahu diuntung!”
“Kalau ditanya tugasnya sudah selesai belum, pasti mereka kompak menjawab belum. Masa tugas begitu saja tidak selesai. Ngapain aja sih mereka di rumah. Apa orang tuanya nggak pernah ngingetin anaknya untuk belajar?”
Itulah kira-kira keluhan kita menghadapi murid yang “sulit”. Coba kita perhatikan semua nada keluhan itu, selalu murid yang kita salahkan. Kita menganggap murid yang jadi sumber masalah. Murid selalu jadi pihak yang dituduh. Apakah kita pernah mencari tahu kenapa mereka bersikap seperti itu? Pernahkah kita berusaha menyelami kehidupan mereka atau berusaha memposisikan diri sebagai murid? Atau pernahkah kita bertanya apa sesungguhnya yang mereka inginkan?
Kalau terjadi ada murid-murid yang malas belajar mungkin karena kita tidak bisa menghadirkan metode pembelajaran yang menarik buat mereka. Bisa jadi kalau ada murid yang susah diatur dan tidak disiplin, itu mungkin karena kita para guru belum mampu memberikan contoh berdisiplin secara konsisten. Mungkin saja kalau kita sudah menjelaskan materi pelajaran bahkan sampai berkali-kali, tetapi, murid belum ngerti juga, bisa saja karena keterbatasan kemampuan kita dalam penguasaan materi pelajaran. Apabila ada murid yang tidak tertarik dengan pembelajaran yang kita sajikan dan lebih tertarik pada HP, maka jangan-jangan itu karena ketidakmampuan kita mendesain pembelajaran yang menarik buat mereka. Kemudian, kalau ada murid yang tidak mengerjakan PR/tugas yang kita berikan, mungkin karena ketidakpedulian kita pada kondisi mereka yang pada saat itu harus juga mengerjakan PR/tugas dari guru lain sehingga mereka tidak sempat mengerjakan semua tugas.
Intinya, marilah kita berhenti mengeluh dan menyalahkan murid. Lebih baik terus tingkatkan kompetensi diri supaya menjadi guru yang lebih baik dan guru yang dirindukan oleh murid-murid kita.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar