N SUPRIATI

Terlahir sebagai sulung dari lima bersaudara dengan nama pemberian orang tua, N. Supriati, tapi, memiliki nama panggilan Yeti. Dilahirkan pada tanggal 09 Septem...

Selengkapnya
Navigasi Web

KOK, TEGA BANGET, YA? (Tantangan hari ke-15)

Cerita hari ini tentang seorang siswa saya yang tadi pagi membagikan pengalamannya setelah mengikuti seleksi masuk sebuah sekolah berasrama di Jawa Timur kepada teman-teman sekelasnya. Apa menariknya pengalaman siswa tersebut sampai saya angkat menjadi tulisan? Ya, tentu saja, ada hal yang menurut saya bisa menjadi pembelajaran. Mudah-mudahan semua pembaca setuju dengan pendapat saya.

Pada hari Kamis sore, sebut saja Rudi, siswa saya itu, berangkat dari Statsiun Senen Jakarta, menuju kota yang dituju di daerah Jawa Timur untuk mengikuti seleksi masuk sekolah. Ketika saya tanya, kenapa dia tidak pergi dengan orang tuanya, padahal dalam seleksi masuk ke sekolah tersebut ada sesi wawancara dengan orang tua calon siswa? Jawabannya ternyata di luar prediksi saya.

“Nggak, Bu, saya memang yang nggak mau ditemenin orang tua saya.”

Lho, saya penasaran dong, mendapat jawaban seperti ini. Tadinya saya berpikir orang tuanya sibuk sehingga tidak bisa menemaninya dalam seleksi tersebut. Tetapi, ternyata salah dugaan saya. Lagi-lagi saya dibuat terkaget-kaget dengan jawabannya.

“Saya mau buktiin aja, bahwa saya bisa mengurus segala sesuatunya sendiri.” Jawabnya yakin.

What? Hampir loncat saya mendengar alasannya yang tidak saya duga! Anak umur 14 tahun menempuh perjalanan jauh ke sebuah tempat yang belum pernah dikunjunginya, sendiri tanpa didampingi orang tuanya. Hampir 13 jam naik kereta api, untuk mengikuti seleksi masuk sekolah, dengan alasan untuk pembuktian kemampuan dalam mengurus diri sendiri. Luar biasa! Saya sebagai orang tua rasanya tidak tega kalau anak saya seperti itu. Pasti saya nangis bombay, nangis nggak brenti-brenti.

Pengalaman siswa tadi mungkin ada yang menanggapi positif, bisa juga negatif. Bagi yang menanggapi positif, akan angkat topi buat ibu bapaknya Rudy. Mereka telah memberikan kesempatan pada anak untuk berkembang dan menemukan jati dirinya. Orang tua Rudy memberikan kebebasan pada anaknya untuk mengeksplorasi berbagai hal sesuai kemampuan anak dengan pengawasan yang baik dari orang tuanya.

Bagi yang tidak setuju dengan sikap orang tuanya Rudy (termasuk saya awalnya, he he he), akan melontarkan bermacam komentar negatif.

“Gile, tega amat, tuh orang tuanya!”

“Dasar orang tua nggak bertanggung jawab pada anak1”

“Aneh banget orang tuanya Rudy. Masa anak seumur itu dilepas sendiri. Gimana coba kalau ada apa-apa di jalan?”

“Dasar orang tua tak tahu diuntung, lha, kok tega, anak disuruh pergi sejauh itu, sendirian.”

Boleh-boleh aja sih, kita menanggapi pengalaman Rudy dengan negatif, karena menurut kebiasaan, anak seumur Rudy belum dianggap dewasa dan belum dianggap mampu memutuskan segala sesuatu sendiri. Umumnya orang tua khawatir pada anaknya, takut terjadi sesuatu yang tidak baik pada anaknya karena anaknya belum dewasa.

Akhirnya, saya berharap pengalaman Rudy bisa menginspirasi kita para orang tua untuk belajar memberikan kepercayaan pada anak. menunjukkan potensinya dengan tetap dalam pengawasan orang tua.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post