N SUPRIATI

Terlahir sebagai sulung dari lima bersaudara dengan nama pemberian orang tua, N. Supriati, tapi, memiliki nama panggilan Yeti. Dilahirkan pada tanggal 09 Septem...

Selengkapnya
Navigasi Web
MARI BEREMPATI (Tantangan hari ke-80)

MARI BEREMPATI (Tantangan hari ke-80)

Tadi pagi pada waktu berjemur di depan rumah, ada seorang tetangga satu RW lewat, saya biasa memanggilnya Ibu Surti. Karena memang kami sudah saling kenal, maka saya menyapanya walaupun tidak bersalaman dengan bersentuhan tangan. Sekedar informasi, ibu Surti ini sudah ditinggal wafat suaminya hampir satu tahun yang lalu, dia memiliki dua orang anak yang masih dalam usia sekolah. Almarhum suaminya seorang karyawan sebuah perusahaan kecil yang pendapatan bulanannya hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari. Sementara Ibu Surti hanya seorang ibu rumah tangga yang sepenuhnya bergantung pada suami.

Seperti biasa, kalau bertemu dengan seseorang yang dikenal, yang pertama ditanyakan adalah kabar. Saya juga menanyakan kabar, Si Ibu Surti menjawab bahwa kabarnya dan anak-anak sehat walafiat. Tetapi, ketika saya tanya apa kesibukannya saat ini? Jawabannya membuat saya sesak, sedih.

“Nggak ngapa-ngapain, Bu. Saya tadinya kan jualan di sekolah, tapi, sekarang sekolah libur, saya nggak punya penghasilan apa-apa.”

“Terus, buat biaya hidup sehari-hari bagaimana?”

“Ya, sebisa-bisanya aja, biasa makan 3 kali, sekarang cuma 2 kali, besok lusa sih nggak tahu bisa makan atau nggak.”

“Yang sabar ya, Bu. Semoga Allah ngasih jalan ke luar.”

********************************

Sepeninggal Ibu Surti, saya jadi merasa sedih. Seandainya saya berada di posisi Ibu Surti, pasti saya sangat bingung, jangankan memikirkan mau makan apa hari ini, berpikir apa yang bisa dimakan hari ini saja sudah tidak pasti. Menggantungkan hidup dari berjualan jajanan di sekolah tidak menjanjikan bisa menabung dari menyisihkan keuntungan sehari-hari, sehingga ketika “dipaksa” untuk tidak berjualan karena sekolah diliburkan untuk jangka waktu yang entah sampai kapan, kondisi ekonomi pastilah morat-marit.

Di sekeliling kita saat ini, pastilah banyak Ibu Surti- Ibu Surti lain yang sumber penghasilannya terputus karena imbas virus corona. Mungkin bagi orang yang memiliki penghasilan tetap, kekhawatirannya cuma satu, yaitu menjadi korban virus berbahaya covid 19. Bagi orang seperti Ibu Surti, ketakutan mereka bertambah, yaitu bukan hanya ancaman terpapar corona, tetapi juga ancaman kelaparan.

Sudah sepantasnya, kita yang memiliki kelebihan rizki, lihatlah kesulitan yang mereka alami, bantulah semampu kita. Sekecil apapun bantuan yang kita berikan, akan sangat berarti bagi mereka. Alangkah indahnya hidup kalau kita bisa saling bergandeng tangan. Yang lebih memberi kepada yang kurang, yang kurang menerima untuk menutupi kekurangan, semua menjadi seimbang. Tidak ada ketimpangan, semua beriring sejalan. Bukankah Allah menyuruh kita untuk saling membantu dengan sesama.

(Villa Pamulang, 03 Maret 2020)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul ibuku. Perintahtolong menolong itu sngt dianjurkn. Cerita yg menginspirasi terimakasih. Keren bu.

30 Jun
Balas

Ikut terharu, semoga masa ini cepat berlalu, dan ibu SurtSurti kembali bisa berjualan dan menghasilkan penghasilan yang cukup untuk kekeluarganya.

04 Apr
Balas



search

New Post