TETANGGA OH TETANGGA (Tantangan hari ke-16)
Sebagai seorang wanita yang bekerja, sering kali menghadapi kendala dalam hal sosialisasi dengan tetangga. Kendala yang dimaksud terutama masalah waktu. Satu sisi pengen juga sekali-kali ikut ngumpul-ngumpul bareng ibu-ibu lain se-RT, tetapi, itu tadi masalahnya, selalu waktunya yang tidak klop. Ketika hari Sabtu atau Minggu ada undangan arisan RT atau pengajian RT, itu menjadi dilema bagiku, hari Sabtu dan Minggu adalah hari istirahatku setelah penat bekerja dari Senin sampai Jum’at malam. Atau kadang-kadang aku harus menemani anak-anak yang minta mendatangi toko buku. Terus bagaimana nih sebaiknya?
Waktu aku curhat sama suami tentang hal ini, respon suami malah bikin aku sebel bin dongkol.
“Kalau ada waktu ya, dateng, tapi kalau nggak sempet, nggak usah dateng. Gitu aja kok repot.” Jawaban suami sambil bercanda.
“Kalau gitu doang mah aku juga tahu. Ngasih saran yang lebih kreatif lagi, ngapa!” Jawabku sebal.
Akhirnya, karena harus nemenin anak-anak lihat pameran buku, aku dengan sangat terpaksa, nggak datang lagi di acara RT. Aku sebetulnya nggak enak sama ibu-ibu yang lain, tapi, mau bagaimana lagi. Inilah dilemanya. Mengorbankan keinginan anak-anak, jelas nggak mungkin. Sudah seminggu kehilangan waktu kebersamaan dengan mereka, mana rela aku menyia-nyiakan kesempatan bersama anak-anak Keluarga tetaplah nomor satu.
Walau bagaimana, tetangga adalah orang pertama yang pertama kali akan membantu kita setelah saudara ketika kita mengalami kesulitan atau kesusahan. Sudah seharusnya kita menunaikan semua hak-hak tetangga agar kehidupan bertetangga tetap rukun dan damai. Karena kalau tidak memiliki hubungan baik dengan tetangga, maka kenyamanan hidup akan terganggu. Eh, betul nggak ya? Itu sih berdasarkan pengalaman saja, he he he.
Bersyukur aku memiliki tetangga yang baik. Walaupun jarang bisa mengikuti kegiatan bersama, mereka tetap menghargai aku. Meski aku kadang merasa tersindir ketika kebetulan aku bisa mengikuti kegiatan RT, ada saja yang nyeletuk.
“Tumben banget nih, Bu Yeti, bisa hadir. Anak-anak lagi nggak ngajak pergi?”
“Alhamdulillah, pantesan hari cerah, rupanya menyambut Bu Yeti yang bisa hadir di acara kita,”
Mendengar celetukan-celetukan itu, aku sih mencoba bersikap santai saja. Ngapain diambil hati, toh yang mereka sampaikan bener semua.
Sebagai tetangga yang baik, aku harus tetap menjaga persaudaraan dengan tetangga. Pada tetanggalah kita menitipkan diri. Dalam hidup ini berlaku hukum sebab akibat, kalau kita baik sama mereka, pasti mereka pun akan baik juga pada kita. Betulkan?
Walaupun jarang nimbrung dalam kegiatan ibu-ibu se-RT, insyaallah aku tetap menghormati hak-hak mereka sebagai tetangga, seperti ....
1. Bersikap ramah pada tetangga
2. Menjaga kenyamanan tetangga
3. Menjenguk bila tetangga sakit
4. Menghibur bila tetangga mendapat musibah
5. Membagi rizki dan kebahagiaan pada tetangga
6. Memberi pinjaman apabila tetangga membutuhkan
7. Menjaga rumahnya apabila sedang ditinggal
Semoga pengalamanku ini bisa juga bermanfaat buat yang lain dan tetap memiliki hubungan yang harmonis dengan tetangga.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Setuju. Terimakasih sudah membaca tulisan saya.
Maka kita jadikan lah"Tetangga ku. Idolaku"