Sembilan puluh hari sudah saya menghadapi tantangan menulis di gurusiana. Ada kelegaan tersendiri di penghujung tugas ini, bagaimana tidak, tantangan menulis ini awalnya saya anggap sebagai ide gila. Tetapi setelah saya jalani, tidak ada yang tidak mungkin untuk dilaksanakan kalau ada kemauan dan kerja keras. Sampai akhir tugas ini, saya berhasil membuktikan bahwa menulis itu harus dipaksakan, tidak bisa hanya menunggu dan mengandalkan mood.

Awalnya saya berpikir mau menulis dengan satu genre dengan berbekal setumpuk buku, setumpuk majalah, setumpuk surat kabar, saya memulai menulis di hari pertama. Tetapi, setelah kurang lebih sepuluh hari, saya harus merelakan niat awal saya menulis dengan satu genre. Saya kemudian menulis apa saja sesuai yang terselip di otak. Bukan berarti semuanya lancar saja selama menulis 90 hari ini. Tetapi karena sudah terlanjur basah, ya nyemplung sekalian. Terlanjur memulai menjalani tantangan, dijalani terus wlaupun sambil terseok-seok. Seringkali sampai jam10.30 malam saya masih belum dapat ide, mau menulis apa? Sehingga saya harus tetap terjaga menahan kantuk sampai jam 12.00 malam demi untuk bisa mengirim tulisan.

Pada awalnya ketika tulisan sudah diposting kemudian saya intip ternyata tidak satu orang pun yang membaca, saya kecewa. Tidak ada orang yang mengapresiasi tulisan yang sudah dibuat dengan susah payah. Tetapi, lama kelamaan saya tidak lagi memperdulikan itu, ada yang mengapresiasi atau tidak saya tetap menulis.

Sambil menulis saya banyak membaca tulisan teman-teman guru lain. Saya memiliki beberapa penulis pavorit yang setiap hari tulisannya saya nantikan. Saya lahap tulisan-tulisan dari beliau-beliau yang saya akui teknik menulisnya sangat bagus walaupun topik yang dipilih sebetulnya sederhana. Saya salut pada teman-teman guru yang sudah memiliki gaya menulis sendiri, sudah punya trademark, yang membedakannya dengan gaya penulis yang lain. Sementara saya sendiri belum dapat menemukan ciri khas tulisan saya. Saya banyak belajar dari tulisan teman-teman guru yang lain yang secara kualitas memang bagus.

Setelah menyelesaikan masa tantangan yang 90 hari ini, semoga saja habit menulis sudah saya miliki, sehingga ada tantangan atau tidak, kebiasaan menulis harus tetap dilanjutkan. Hal ini karena menulis merupakan suatu kebutuhan, sebagai sarana menuangkan gagasan atau ide. Menulis juga bisa dijadikan bukti aktualisasi diri, pembuktian bahwa kita ada dan keberadaan kita bisa dilihat dari tulisan-tulisan kita.

Tantangan 90 hari menulis usai, bukan berarti setelah ini tinggal berpangku tangan, ada tugas lain yang sudah menanti untuk diselesaikan. Bukankah Allah memerintahkan kita untuk tak kenal berhenti dalam melakukan kegiatan. Apabila telah selesai mengerjakan satu pekerjaan, segera lakukan aktivitas yang lain, seperti dinyatakan dalam Q.S. Al-Insyiroh ayat 7, Faidza Faraghta Fanshab, yang artinya,”Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain!”

(Villa Pamulang, 13 April 2020)