Di kampung orang, rasanya mimpi jika menemui orang-orang baik. Di sela jam istirahat, ada yang iklas mau mengantar ke tempat belanja oleh-oleh pulang. Sudah cantik, masih muda.penampilan elegan dibalut pakaian rapih, dan ternyata seorang Kepala Sekolah dengan hobby menulis buku. Namun dengan cara yang halus, karena takut mengganggu shaum shunnah Seninnya, terpaksa kutolak ajakan yang menggiurkan itu. Khawatir dia bisa telat buka di rumah, akibat jalana macet atau kesorean pulang.

Dengan sedikit pengetahuan tentang lokasi dan alamat, berangkatlah ke tempat yang dituju. Kendaraan roda empat on line yang jadi alternatif, biar sedikit nyaman dan tidak banyak tanya-tanya saat di perjalanan.

Terjadilah percakapan saat di perjalanan. Tentang kondisi perjalanan, wisata belanja, pro dan kontra angkutan umum terhadap kendaraan on line bahkan sampai tawaran pulang ke tempat asal penulis. Lalu disepakati, walau dengan sedikit lebih mahal dari tarif travel, tapi kenyamanan menjadi dasar pertimbangan untuk menyetujui tawaran sang driver.

Tidak terasa obrolan harus terhenti, tujuan sudah sampai. Pusat batik jadi tujuan yang sayang kalau dilewatkan kalau berkunjung ke kota udang ini. Dengan merogoh rupiah sesuai tarif, kuserahkan uang itu pada sang driver yang terus meyakinkan bahwa kesepakatan untuk mengantar pulang tetap berlaku.

Sang Driver berjanji akan sabar menunggu sebanyak waktu kami belanja. Padahal sudah kukatakan, Emak-emak kalau belanja paati lupa waktu, apalagi ini banyak oesenan, bahkan selisih nominal sedikit saja.bisa berputar lagi ke tempat awal menawar. Tapi dengan mantap Pak Supir meyakinkan akan tetap menunggu.

Dua jam penuh kuhabiskan untuk mencari barang""yang dibutuhkan, pesenan juga tidak terlupakan serta sekedar buah tangan untuk anak, keluarga dan kawan terdekat tentunya. Setelah transaksi selesai dengan memanfaatkan discount yang diberikan pihak mall, satu kantong plastik besar belanjaan ditenteng menuju area parkiran di mana mobil on line parkir tadi.

Tak dinyata dan sedikit terheran, di tempat parkir hanya tinggal beberapa kendaraan. Dan yang dicari, mobil berikut sang drivernya tidak ada ditempat. Kucoba menghubungi lewat telpon seluler, ternyata tidak bisa dihubungi telponnya tidak aktif. Dengan rasa penasaran dan bisa saja pindah parkiran, kucari ke setiap pelosok parkiran mobil, tas berat berisi peralatan pelatihan, kantong besar belanjaan, sepatu ber hak, udara panas, tidak kuhiraukan peluh bercucuran. Hanya satu harapan segera kudapatkan mobil yang berjanji mengantar tadi, kalau sudah jelas tidak ada, rasa penasaran dan bukan salah di kami, rasa berdosa meninggalkannya sedikit berkurang. Dan akhirnya menemui petugas parkir di dekat mobil tadi terparkir. Lalu bertanya kira-kira melihat mobil dengan plat yang kusebutkan. Petugas parkir langsung mengangkat alat komunikasinya ke bagian informasi keluar masuk kendaraan. Dan begitu ternganga mendapat kabar bahwa mobil tersebut sudah keluar sekitar 5 menit dari kami memasuki mall.

Setelah mendapat kejelasan kemana raibnya mobil yang twlah berjanji sampai antar pulang itu. Tanpa bermaksud suudzon, mungkin sang driver begitu kami turun, berubah pikiran. Pertama timbul rasa penyesalan menawarkan pada emak-emak yang cerewet dan banyak tanya. Kedua, setelah dikalkulasi, budget mengantar tidak sepadan atau mungkin juga ada keperluan urgent sehingga memaksa dia meninggalkan kami begitu saja tanpa konfirmasi terlebih dahulu.

Tapi dibalik semua itu, rasa syukur tetap dipanjatkan bahwa di tempat perantauan masih ada orang-orang baik yang tidak sungkan menawarkan dan menularkan kebaikan. Hanya Tuhan yang akan membalas kebaikan mwreka dengan berlipat kebaikan pula. Amiin