Gara-Gara Google Maps

Pagi itu kuniatkan diri untuk pergi ke pantai bersama anak bungsuku. Aku sengaja mengendarai sepeda motor karena ingin berpetualang ke Pantai Pangi, daerah Blitar selatan, yang belum pernah kukunjungi. Menurutku jika mengendarai sepeda motor akan lebih mudah dan lincah karena belum tahu medannya.

Kulajukan motor dengan kecepatan tinggi menyusuri jalanan menanjak dan berkelok, berharap segera sampai karena suasana pantai pagi hari sangat sejuk, sepi, dan nyaman untuk menenangkan diri. Aku ikuti petujuk arah manual yang ada di jalan. Terbersit keraguan dengan petunjuk itu karena tak kutemukan petunjuk berikutnya. Kuputuskan untuk balik arah dan membuka google maps. Namun rasa ragu muncul kembali. Anakku sudah menyarankan untuk bertanya pada penduduk namun aku bersikeras tetap mengikuti petunjuk di google maps. Ternyata petunjuk itu mengarah pada Pantai Tambak.

Karena Pantai Tambak bukan tujuanku, kuputuskan untuk balik arah dan mengikuti petunjuk di google maps menuju Pantai Pangi. Belok kiri, jalanan menikung tajam. Semakin lama semakin sepi dan tak seorang pun yang kutemui. Aku terus melajukan motor mengikuti truk pengangkut tebu masuk hutan. Semakin lama jalanan semakin ekstrem, berliku, menanjak, dan berbatu. Kira-kira 2 km menempuh jalan itu tak kutemui tanda-tanda kehidupan. Aku berada di tengah hutan. Nyaliku menciut, akhirnya dengan jantung berdebar-debar aku balik arah dan melajukan motor dengan kencang.

NA_200820