NUNUK IKHTIARINI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

AGENT OF CHANGE

Menginjak bangku menengah atas, saya disekolahkan di Kota Malang. Alasannya sederhana, karena banyak family dari pihak ayah saya yang sudah lama menetap di sana. Ayah saya dari keluarga besar dengan 10 orang bersaudara, hanya 2 orang yang tinggal di Bali. Yang di Malang ada 5 orang, selebihnya di Jakarta.

Saya tinggal bersama tante, dengan harapan membantu pengawasan. Nah, pada fase inilah saya mulai mengalami krisis percaya diri.

Saya satu sekolah dengan kakak saya yang langganan juara kelas, semua guru mengenalnya. Ah, sedangkan saya hanyalah seorang gadis yang memasuki masa pubertas, dengan segala keterbatasan. Apalagi saudara sepupu saya hebat semua, masuk di sekolah favorit dan langganan juara kelas.

Untuk pertama kalinya, saya menyesali mengapa saya dilahirkan seperti ini. Saya tidak cantik, kulit hitam, pipi tembem, pakai kacamata besar seperti kucing. Ditambah lagi dengan tidak pintar seperti kakak saya, pelat dan gagap. Ah, mana ada teman laki yang naksir saya. Saya seperti menarik diri dari pergaulan, saya ingat betul bagaimana minder karena gagap. Cerita hidup yang tidak akan pernah saya lupakan.

Lulus bangku SMA, saya melanjutkan kuliah di Universitas Brawijaya. Karena tidak percaya diri, saya tidak berani untuk mengambil jurusan impian saya yaitu arsitek. Kanggolah hanya masuk ke jurusan Perikanan. Walo dengan keadaan terpaksa, saya mencoba menikmatinya.

Semester kedua saya melihat baliho besar Pendaftaran Diklatsar Pecinta Alam di kampus saya. Entah kenapa saya tertarik untuk ikut. Saat minta ijin sekaligus minta tambahan kiriman uang pada orang tua, jelas mereka keberatan. Malah menceramahi kenapa tidak mengambil ekstra yang lain, seperti keagamaan, BEM, HMI, dll. Di keluarga besar memang tidak ada yang seaneh saya, semua lurus hanya focus kuliah saja.

Namun, saya tetap nekad untuk ikut. Dan ternyata pilihan saya tidak salah. Di sana banyak hal yang bisa saya pelajari tanpa peduli keterbatasan yang saya miliki. Saya bisa mengeksplor semua kemampuan tanpa ada batasan gender. Konsep survive di segala kondisi membuat saya berani belajar banyak hal yang belum pernah saya lakukan.

Saya di tempa untuk berani bicara di depan umum, mulai forum kecil sampai forum lingkup besar. Belajar mengelola kegiatan, me-manage tim, sampai masalah senioritas yang awalnya saya tidak setuju.

Tanpa sadar, saya mulai melupakan keterbatasan dalam diri, menjadi berani mengambil keputusan apapun dengan segala resiko yang melekat, tidak peduli tanggapan orang lain terhadap diri saya. Karena inilah saya… ya, saya Nunuk Ikhtiarini yang gagap tapi supel dan percaya diri.

IMPALA is agent of change for my life. Tidak akan terlupakan dalam hidup. Terima kasih, IMPALA-ku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"Saya mulai melupakan keterbatasan dalam diri, menjadi berani mengambil keputusan apapun dengan segala resiko yang melekat, tidak peduli tanggapan orang lain terhadap diri saya. Karena inilah saya… ya, saya Nunuk Ikhtiarini yang gagap tapi supel dan percaya diri." Selamat bu Nunuk, telah melewati masa-masa sulit untuk bangkit dan percaya diri.

20 Jul
Balas

terima kasih, pak yudha

20 Jul

Pembekalan yang handal. Selamat bu. Luar biada.

20 Jul
Balas

Mohon bimbingannya, pak. terima kasih atas kunjungannya

20 Jul

subhaanallah kereennnnnnnnnn

20 Jul
Balas

Hahahaah ape lah, bu is. Inga inga 3halaman/hari. Semangaaaatt

20 Jul



search

New Post