NUNUK IKHTIARINI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PENDIDIKAN KARAKTER (1)

Saya terlahir dari keluarga pendidik dan saya mensyukuri hal ini.

Saya anak kedua dari lima bersaudara, dengan jarak lahir yang berdekatan. Tidak ada yang istimewa dari saya dan keluarga. Namun, banyak pengalaman hidup yang saya dapatkan dari kedua orang tua, termasuk yang sekarang ini ditekankan oleh pemerintah dalam bidang pendidikan, yaitu pendidikan karakter.

Saya terlahir kembar, kadarullah saudara kembar meninggal pada saat lahir. Menurut ibu saya, sejak dalam kandungan, cukup berat ujian ibu. Dari beratnya menopang kehamilan anak kembar, ibu sering kesurupan karena kena santet (dulu di kampung sudah hal lumrah ibu hamil menjadi incaran orang yang usil “praktek” ilmu hitam, perjuangan ibu dalam menyelesaikan studi PGA dengan jarak tempuh 2,5 jam perjalanan darat. Sehingga beliau memberikan nama “Nunuk Ikhtiarini”, dengan harapan agar selalu berusaha mencapai yang terbaik.

Kata orang bijak, nama adalah doa. Ya benar, saya merasakan hal itu. Bisa jadi mulai kecil saya ditakdirkan harus selalu melalui ujian agar selalu berusaha (berikhtiar). Mungkin kesibukan orang tua atau sudah takdir, kata orang tua, sampai umur 4 tahun saya belum bisa bicara. Kuatir…ya, orang tua mana yang tidak kuatir anaknya yang sudah berumur 4 tahun belum bisa bicara. Segala cara sudah dilakukan orang tua. Yang saya selalu ingat, setiap jum’at bergantian ibu, bude dan nenek mengerik atau menggosok lidah saya dengan uang koin, sambil baca doa. Semua berharap saya segera bisa bicara.

Nah, keterlambatan fase bicara tersebut menjadikan saya menjadi gagap. Ah, lengkap sudah keterbatasan saya. Selain gagap, saya juga mengalami kesulitan dalam melafalkan huruf r alias pelat.

Di sinilah peran orang tua yang saya rasakan besar sekali manfaatnya dalam pembentukan karakter, agar saya tumbuh rasa percaya diri. Sejak di bangku TK, ibu saya selalu berusaha mendorong saya mengikuti setiap lomba untuk tampil di depan umum, seperti lomba puisi, lomba menyanyi, dll. Yang saya ingat, saya tidak pernah ikut lomba menari, mungkin karena hal itu tidak membutuhkan ketrampilan bicara.

Mungkin dulu memulai lomba itu saya gemetar, tapi tidak mengalami kesulitan saat saya tampil dengan gagap. Yang saya ingat hanyalah, waktu kecil saya tidak pernah ada masalah dengan keterbatasan itu. Kepercayaan diri saya sudah tumbuh. Jaman dulu belum ada Program Pendidikan Karakter, tapi orang tua saya sudah melakukannya. Saya sangat bersyukur. Sehingga saya tidak ada kesulitan dalam prestasi di dalam kelas, langganan juara kelas (level kampung sihhh...)

Bahkan waktu SMP, saya sudah biasa ikut lomba cerdas tangkas P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Kadang menjadi tim, tapi lebih banyak menjadi juru bicara.

Masa kecil yang sungguh bahagia dan berkesan untuk seorang anak dengan keterbatasan ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pengalamannya penuh warna ya bu. Senang jadi bisa mengenang dan menjadi pelajaran berharga tentunya.

20 Jul
Balas

terima kasih, pak yudha...sudah memberi motivasi.

20 Jul

Pasti sangat berkesan dan bermanfaat sekarang yaa.

20 Jul
Balas

sangat berkesan, bu. apa saya bisa setangguh ibu saya (alm)? Terima kasih atas kunjungan ibu dwi

20 Jul



search

New Post