Setiap guru pasti menginginkan yang terbaik untuk anak didik nya, sudah pasti. Dalam dunia pendidikan tidak hanya focus kepada kemajuan akademik siswa, namun yang perlu ditekankan adalah IMTAQ dan pembentukan karakternya. In syaa allah, jika kedua poin penting itu bisa jalan, prestasi akademik akan muncul dengan sendiri nya.

Sebagai seorang pendidik, saya paling suka memperhatikan siswa yang mengalami kekurangan, baik dalam akademik maupun dalam hubungan dengan sebaya nya. Siswa yang pintar tetap dibimbing sesuai dengan kemampuannya, tapi tidak terlalu saya istimewakan. Saya focus ke siswa yang masih kurang. Di setiap angkatan, paling tidak ada 2-4 anak yang istimewa tersebut.

Di setiap pembelajaran, mendorong siswa tersebut untuk berani tampil di depan kelas, sesekali bekerja kelompok dengan yang lebih pintar. Menunjuknya untuk menjawab pertanyaan dan memberikan pujian atas keberaniannya. Lebih banyak reward berupa pujian, bukan materi. Apapun hasilnya, tetap saya apresiasi untuk keberaniannya.

Memang tidak mudah dan butuh waktu. Namun sudah menjadi komitmen saya sebagai guru, yang juga mempunya pengalaman waktu kecil dengan keterbatasan. Tidak ada yang tidak mungkin untuk dilakukan.

Pada prinsipnya, belajar adalah dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang bodoh menjadi pintar, dari yang kurang percaya diri menjadi percaya diri.

Lambat laun, siswa tersebut akan muncul keberaniannya untuk tampil, menjadi tertarik dengan pelajaran. Siswa ke sekolah tidak membawa beban, tapi akan merasa senang bertemu dengan guru dan temannya. Tentu dengan model pembelajaran apapun, siswa akan merasa senang, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan sendirinya.

Kebahagiaan siswa adalah kebahagiaan seorang guru.