Nunung Krisnawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PERCAKAPAN DALAM KONTEKS TEORI KESANTUNAN
Pragamatik Menjelaskan Tentang Bahasa Dalam Konteks Teori Kesantunan

PERCAKAPAN DALAM KONTEKS TEORI KESANTUNAN

PERCAKAPAN DALAM KONTEKS TEORI KESANTUNAN

Pendahuluan

Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks luar bahasa dan maksud tuturan melalui penafsiran terhadap situasi penuturannya. Prinsip-prinsip di dalam pragmatik meliputi sintesis antara studi, maksud dan tuturan. Pragmatik mengkaji makna kontekstual atau makna situasional berdasarkan latar tempat, latar waktu, partisipan, tujuan topik dan media komunikasi. Teori pragmatik digunakan salah satunya sebagai cara untuk menilai tujuan tertentu di dalam karya sastra berisi nilai atau ajaran yang ditujukan kepada pembaca. Di dalam pragmatik terdapat prinsip – prinsip yang salah satunya yaitu prinsip kesantunan berbahasa. Prinsip kesantunan berbahasa digunakan dengan asumsi pragmatik untuk melakukan penolakan menggunakan suatu bahasa. Kesantunan berbahasa diketahui selama penuturan dilakukan oleh penutur. Penolakan ini merupakan reaksi dari penuturan lawan tutur. Jenis penuturannya berisi ungkapan yang tidak menerima dan tidak menyetujui ajakan, tawaran, atau permintaan dari lawan tutur. Penolakan memenuhi fungsi memerintah dalam komunikasi verbal dengan sifat reaksi yang negatif.

Penggunaan pragmatik dalam menganalisis kesantunan percakapan atau Bahasa berdasarkan untuk mengungkapkan wujud, strategi serta fungsi kesantunan dalam berbahasa hanya dapat dilakukan apabila makna dan maksud dapat dipahami.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan tuturan yang dilakukan oleh setiap manusia dengan menggunakan bahasa yang baik sehingga penutur dan lawan tutur akan membentuk suatu konteks pada saat dengan bertutur. Secara tidak langsung dalam keseharian manusia, mereka bertutut dengan menggunakan Bahasa pragmatik tanpa mereka sadari. Jadi dalam kehidupan manusia tentu akan muncul suatu Bahasa yang bersifat pragmatik.

Rumusan Masalah :

Percakapan Dalam Konteks Kesantunan

Tujuan :

Untuk memenuhi tugas UTS Pragmatik

Pembahasan

Definisi Pragmatik

Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa semiotik. Semiotik mengkaji bahasa verbal, lambang, simbol, tanda, serta pereferensian dan pemaknaannya dalam wahana kehidupan. Ilmu pragmatik mengkaji hubungan bahasa dengan konteks dan hubungan pemakaian bahasa dengan pemakai/penuturnya. Menurut Kaswanti Purwa, 1990:16, pragmatik ialah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik. Maksudnya, makna setelah dikurangi semantik. Makna yang digeluti cabang ilmu bahasa semantik ialah makna yang bebas konteks (context-independent), sedangkan makna yang digeluti oleh cabang ilmu bahasa pragmatik ialah makna yang terikat konteks (context-dependent). Kesantunan berbahasa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian pragmatik. Pragmatik sendiri dalam penggunaannya menyangkut hubungan yang berkaitan dengan tutur kata.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwasanya pragmati merupakan aturan dalam tutur kata atau berbahasa. Dalam berbahasa sehari-hari dapat diambil contoh misalnya seorang anak berbicara kepada orang yang lebih tua, atau mahasiswa dengan dosen, tentu Bahasa yang digunakan haruslah baik dapat dikatakan pas serta dinilai sopan santun terutama dalam pemilihan kata yang yang tepat. Apabila berbahasa dengan orang diatas kita dan memiliki rentang usia harus dengan halus serta menunjukkan sikap menghormati orang yang kita ajak bicara. Contohnya kita yang berbudaya jawa apabila berkata-kata atau bertutur kata alangkah baiknya menggunakan krama inggil, karena selain sebagai identitas budaya, namun apabila menggunakan krama inggil akan lebih halus dan sopan Ketika didengarkan.

Kesantunan dan Konteks

Kesantunan adalah sebuah fenomena pragmatik. Kesantunan terletak bukan pada bentuk dan kata-kata, melainkan pada fungsi dan makna sosial yang diacu. Jika penutur mengatakan bentuk yang lebih sopan daripada konteks yang diperlukan, mitra tutur akan menduga bahwa ada maksud khusus yang tersembunyi. Kesantunan tidak sama dengan penghormatan yang menggunakan bentuk formal yang mengekspresikan adanya jarak dan penghargaan terhadap orang yang berstatus lebih tinggi, dan biasanya memasukkan unsur pilihan, Penghormatan sudah ada di dalam bahasa, seperti Korea atau Jepang, dan dapat dilihat pada kata ganti orang di beberapa bahasa di Eropa.

Konteks Situasi

Karena kesantunan merupakan fenomena pragmatik, maka ia dipengaruhi oleh konteks. Terdapat dua konteks situasi yang memengaruhi cara kita membuat permintaan. Pertama, tingkat paksaan, dan peraturannya adalah "semakin tinggi tingkat pembebanan yang dikandung sebuah ujaran, semakin tidak langsung sebuah ujaran tersebut". Misal, ketika kita hendak meminjam uang, kita cenderung mengatakan:

"Bisakah saya meminjam tiga ratus ribu, kalau kamu sedang tidak memerlukannya sekarang?"

Jika uang yang dipinjam dalam nominal yang lebih kecil,

"apa saya bisa pinjam lima ribu rupiah untuk bayar foto kopian?"

Konteks Formalitas.

Semakin formal sebuah situasi, semakin tidak langsung sebuah ujaran yang dihasilkan. Misal, ketika kita sedang dalam sebuah seminar dan kita terlibat dalam sebuah perdebatan, kita akan mengatakan,

"Bisakah saya melanjutkan apa yang sebelumnya saya sampaikan..."

Namun, ketika perdebatan terjadi diantara teman karib, kita akan mengatakan, "Tunggu, aku belum selesai ngomong,....."

Konteks Sosial

Pilihan atas formulasi kesantunan tergantung pada jarak sosial dan kekuasaan diantara kedua pihak. Apabila terdapat jarak sosial, kesantunan dikodekan dan terdapat banyak ketidaklangsungan ujaran. Ketika jarak sosial berkurang, berkurang pula negative politeness dan ketidaklangsungan. Variabel yang menentukan jarak sosial adalah tingkat keakraban, perbedaan status, peran, usia, gender, pendidikan, kelas, pekerjaan dan etnisitas.

Konteks Budaya

Akan tetapi, hubungan antara ketidaklangsungan dan variabel sosial tidak sesederhana itu. secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kesantunan dan bahasa bersifat terikat oleh budaya setempat.

Contoh:

Dicoba, misalnya, di antara teman tidak boleh ada jarak sama sekali, maka ketika seorang teman mengatakan 'terima kasih ketika disuguhkan secangkir kopi dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menciptakan penghalang di antara kedua orang tersebut.

Menurut Searle dalam Rahardi (2018) klasifikasi tindak tutur sebagai berikut:

Tindak tutur komisif adalah menyampaikan janji atau memberikan ancaman. Lazimnya, sebuah janji dan ancaman merupakan tindakan yang belum terjadi, dan tindakan tersebut baru akan terjadi di masa yang akan datang. Jadi jelas bahwa tindak tutur komisif berkaitan erat dengan tindakan yang belum terjadi, tindakan yang baru akan terjadi di masa-masa mendatang.

Tindak tutur deklaratif adalah tindakan yang mengubah keadaan atau status seseorang di dunia ini. Sebagai contoh seorang pastur mendeklarasikan ‘Saya nyatakan bahwa mulai hari ini Anda berdua adalah suami istri.’

Tindak tutur direktif merupakan tindakan yang memiliki fungsi memerintah pendengar melakukan sesuatu. Contoh dari tindak tutur direktif adalah memberikan saran, menyampaikan permohonan, atau menyampaikan suruhan kepada seseorang.

Tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan perasaan dan sikap terhadap sesuatu. Sebagai contoh tindakan meminta maaf, mengeluh, berterima kasih, memberikan ucapan selamat, merupakan tindak tutur ekspresif karena di dalamnya tertaut perasaan dan sikap tertentu.

Tindak representatif yaitu hakikatnya merupakan tindakan yang menggambarkan keadaan atau peristiwa seperti misalnya klaim, laporan, pernyataan. Sebagai contoh untuk jenis tindak tutur ini adalah ‘Mobil ini buatan Jepang.’, atau ‘Samsung sekarang menguasai dunia teknologi.’

Hubungan Pragmatik Dengan Konsentrasi Bahasa

Yule (2006: 5) menyatakan “manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan yang mereka perlihatkan, ketika mereka berbicara.”

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa berbahasa sangat diperlukan oleh siapapun, karena bila seseorang menguasai keterampilan dalam berbahasa maka orang itu dapat berkomunikasi dengan baik. Keterampilan Bahasa juga mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Keempat keterampilan tersebut harus diterapkan dalam berbahasa atau kegiatan sehari-hari. Apabila seseorang menguasai dalam keterampilan berbahasa maka kegiatan berbahasa akan berlangsung dengan komunikatif. Jadi mengapa antara keterampilan Bahasa dan pragmatik ini saling berhubungan, karena seseorang tidak akan bisa menjadi pendengar atau penyimak yang baik apabila tidak bisa memahami maksud secara lisan maupun makna tulisan. Begitu juga dengan kegiatan membaca, seseorang harus bisa menafsirkan makna dari bacaan tersebut. Selain itu seseorang yang berani berbicara didepan umum harus paham dan mengerti apa yang akan dia sampaikan begitupun maksud dan tujuan dari perkataannya dan juga harus memiliki makna. Jadi antara pragmatik dengan keterampilan Bahasa merupakan pengetahuan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seseorang dan diwujudkan dalam empat keterampilan Bahasa.

3. Penutup

Kesimpulan :

Prinsip kesantunan adalah aturan komunikasi tentang cara pengharmonisan penutur dan petutur. Kesantunan negatif ialah kesantunan yang bernosi muka negatif dengan orientasi penyelamatan muka negatif. Kesantunan positif ialah kesantunan yang bernosi muka positif dengan orientasi penyelamatan muka positif. pragmatik merupakan tuturan yang dilakukan oleh setiap manusia dengan menggunakan Bahasa yang baik sehingga penutur dan lawan tutur akan membentuk suatu konteks pada saat dengan bertutur.

Ada beberapa macam kesantunan dan konteks, yaitu konteks situasi, konteks formalitas, konteks sosial dan konteks budaya. Adapula dalam tindak tutur dideskripsikan menjadi 5 yaitu, tindak tutur komisif, deklaratif, direktif, ekspresif dan representatif.

Pragmatik sendiri memiliki memiliki hubungan dengan konsentrasi Bahasa, dalam pengaplikasian dikehidupan sehari-hari berbahasa sangat diperlukan oleh siapapun, karena bila seseorang menguasai keterampilan dalam berbahasa maka orang itu dapat berkomunikasi dengan baik. Keterampilan Bahasa juga mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Daftar Rujukan

Brown, P.dan Yule, George. 1983. Discourse Analysis.Cambridge: CUPChaer, Abdul.

2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Yanti, B. (2019). A. Pengertian Pragmatik. Studi Naskah Bahasa Arab, 35.

Rahardi, K. (2005). Pragmatik. Jakarta: Erlangga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Artikel mudah dipahami dan menarik

18 Apr
Balas

terimakasih kak, materi yang disampaikan sangat bermanfaat

19 Apr
Balas

Materi yang dimuat sangat bermanfaat

18 Apr
Balas



search

New Post