Anganpun melayang akan suasana indah dan lucu saat ramadhan yang saya rasakan saat masih bersama orang tua dan saudara beberapa tahun silam. Kami sekeluarga menjalankan ibadah puasa bersama sama dan menjalankan kegiatan keluarga bersama sama seperti menyiapkan makanan pembuka atau takzil, sholat tarwih bersama sama, tadarus dan menyiapkan makanan untuk sahur. Semua itu kami kerjakan dengan berbagai macam pola dan gaya khas kami. Ada gelak canda menggoda antara kami kakak beradik bahkan berantem pun sering kami lakukan.

Kebiasaan kecil seperti mencuci piriing dan gelas setelah berbuka atau makan sahur yang membuat kami berantem karena kami saling iri. Diantara kami saling menuding untuk mengerjakan pekerjaan mencuci piring tersebut. Kalau sudah seperti itu ibu selalu menengahi dengan sindiran “ini uang beli pisang goreng sana,” karena kami sekeluarga sangat menyukai pisang goreng dan setiap ibu menyuruh membeli pisang goreng kami selalu berebut untuk pergi.

Tak hanya itu, kami kakak beradik juga suka berantem memperebutkan daging ayam hasil kenduri bapak, pada saat itu daging ayam terasa sangat lezat dan tak ada duanya meskipun dimasak secara sederhana . Dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan ada kebiasaan yang selalu dilakukan warga kampung kami namanya megengan yaitu mengirim doa untuk para leluhur secara bersama bergantian antar tetangga. Jadi dalam kegiatan megengan ini tetangga saling mengundang salah satu pria wakil dari keluarga untuk berdoa bersama, acara ini kami sebut slametan. Saat pulang dari acara slametan ini setiap tamu membawa nasi komplit dengan lauknya, ini yang disebut dengan berkat. Iya, daging ayam dalam berkat ini yang sering menjadi rebutan kami kakak beradik. Kami makan berkat bersama sama dengan nikmat sambil berantem memperebutkan daging ayam itu.

Ada cerita lucu sekaligus mengharukan berkaitan dengan daging ayam dalam berkat. Suatu hari bapak diundang slametan tetangga, saat bapak pulang langsung disambut oleh kakak laki laki yang saya panggil dengan Mas, berkat diambil dan dibongkar sama mas, itu semua demi daging ayam supaya tidak didahului oleh adik adiknya. Mungkin karena dikira daging ayam langsung digigit dan terasa keras, eh tenyata lengkuas. Tahu kalau itu lengkuas, Mas tidak membuangnya malah mengembalikannya ke tempat berkat tadi kemudian berkat diserahkan kepada kakak perempuan yang biasa saya panggil Mbak, hal sama dilakukan Mbak persis seperti yang Mas lakukan, kemudian berkat saya pegang dan lagi lagi hal yang sama terulang pada saya. Melihat itu mas dan mbak pun tertawa terbahak bahak, “kecelek kamu”.

Namun hal hal seperti itu sudah lama berlalu, ibu bapak serta mas dan mbak kini sudah tiada lagi menghadap Sang Pencipta Pemilik semua mahkluk. Kini semua kebahagian saat ramadhan bersama orang tua dan saudara hanya bisa dikenang. yang akan membuahkan kerinduan. Rindu akan kehadiran mereka di Bulan Ramadhan yang tak mungkin terjadi. Rindu yang menyiratkan suasana sepi. Rindu yang terasa hampa. Kalau sudah seperti ini air matapun meleleh tidak tertahan seiring doa yang terucap dari bibir saya. Alfatihah buat ibu bapak dan juga Mas dan Mbak. Aamiin.