Sore itu kira kira pukul empat , tiba tiba salah satu siswaku datang ke rumah. Hal ini membuat saya kaget karena adanya himbauan #tetap dirumah dan #belajardirumah tapi masih ada siswa yang keluar dari rumah apalagi juga tidak memakai masker.

Namanya Aristu siswa kelas sembilan, dengan sikap seperti ketakutan,  dia bersedia saya ajak masuk rumah. Setelah dia duduk saya tanya maksud kedatangannya ke rumah pada kondisi siswa harus #tetapdirumah dan kalau terpaksa keluar rumah harus memakai masker, dan dia tidak memakai masker. Dengan suara terbata bata karena takut Aristu mengatakan kalau dia tidak mempunyai masker dan maksud kedatangannya ingin minta no WA bapak ibu guru yang mengajarnya di sekolah karena hendak mengirim video ujian praktek. 

“Kok baru mengirimkan video ujian praktek, Aris.” tanyaku. Aris pun menjelaskan kalau baru punya hp jadi baru bisa mengrim video ujian praktek pada guru mata pelajaran yang mengajarnya. Sebenarnya melihat kondisi Aristu ini guru guru semua paham karena Aris termasuk siswa inklusi di sekolah kami.

Sambil mengajari Aris cara mengirim video ujian prakteknya, saya cek satu persatu video praktek yang dibuat Aristu.  Setelah cukup mengerti cara mengirim video, Aris pun pamit pulang. Setelah Aristu pamit,  airmata sayapun jatuh  tak tertahan karena sangat terharu. Bagaimana tidak, Aristu yang mungkin kurang dalam memahami pelajaran dalam bidang  akademik tapi dia mampu memahami tanggung jawabnya sebagai siswa yang harus menjalani ujian praktek membuat video. Usahanya untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan gurunya sangat luar biasa, mulai dari usaha membeli hp smartphone juga membuat video, masalah hasil tentu saja kalah jauh dari teman temanya tapi  tanggung jawab Aristu terhadap tugasnya tidak kalah bahkan mungkin jauh melebihi teman temannya.

“ Ah, Aristu, kamu adalah generasi harapan bangsa yang sesungguhnya,”gumamku dalam hati. “Kelak mudah mudahan kamu sukses”. Aamiin.