Nunung Mimi Tarijani

Nunung Mimi Tarijani, S.Pd.MM. Mengajar di SDN Nambo 03, Kecamatan Klapanunggal...

Selengkapnya
Navigasi Web

TENGAH MALAM BUTA

Semilir angin malam terasa menusuk tulang. Nurmala tetap duduk tertunduk dengan sejuta pilu di batinnya. "Dulu dia pernah memintaku untuk tidak mengecewakannya, kini dia yang malah menorehkan luka di hidupku, ya Allah. Teganya dia padaku!" pekik Nurmala dengan derai airmata yang membanjiri sajadah dalam doa sepertiga malamnya. "Dia dulu selalu memohon agar aku tak meninggalkannya, kini apa yang dia lakukan? Dia pergi begitu saja dari hidupku tanpa memberi ucapan perpisahan sepatah katapun." Nurmala makin terisak dalam sakit yang ia rasakan. Dadanya sesak bagai tak ada denyut jantung yang mengalun. Hidungnya tersumbat hingga menyulitkannya dalam mengucapkan kalimat pengaduan yang ia ajukan pada Sang Maha Belas Kasih. Dalam doanya terbayang saat dimana Dion dipaksa pulang oleh ayahnya. Nurmala hanya bisa menangis sambil mengusap pasrah perutnya yang mulai membuncit. Ia menjerit meminta agar Dion tidak pergi meninggalkannya. Tapi lelaki yang begitu dicintainya itu seolah tak berdaya melawan ayahnya. Dion seperti kerbau dicucuk hidung melangkah lunglai menuruti keinginan ayahnya. Dion seolah lupa akan kewajibannya untuk menjaga dan melindungi Nurmala. Gadis yatim piatu yang ia persunting meski tanpa restu ayahnya, pengusaha sukses yang sangat memnjunjung tinggi kehormatan keluarganya. Dion terus saja pergi walau Nirmala memanggilnya dengan tangisan penuh harap. Buliran bening berkejaran dipipi ranum Nurmala, ketika dilihatnya Dion masuk ke dalam mobil ayahnya tanpa perlawanan. Ia sama sekali tak peduli pada Nirmala yang tengah hamil 5 bulan, buah cintanya bersama Dion. Lelaki yang gigih mempertahankannya sebagai istri meski status sosial mereka bagai bumi dan langit. Hati Nurmala makin teriris pedih menyaksikan mobil mewah yang ia tak faham apa namanya itu melaju kencang menjauh meninggalkannya di sisi jalan depan rumah kontrakannya. Rumah kontrakan yang selama tujuh bulan terakhir ia tempati bersama Dion. "Ya Allah, mudah sekali pendusta itu mengumbar janj, ia sama selai tak memberi alasan saat tak bisa menepati janji palsunya. Ternyata Dion lebih dari seorang pendusta! Dia pergi begitu saja tanpa usaha untuk menepati janjinya!" vonis Nurmala pada lelaki yang sebenarnya masih sangat dicintainya itu. Nurmala mulai melantunkan kembali kalimat pengaduan yang penuh kepedihan. "Ya Allah aku ingin Dion merasakan sakit yang aku rasakan." Gumam Nurmala dalam rasa cinta yang mulai berubah menjadi dendam berkarat di hatinya. Dion yang ditunggunya, hingga kini tak juga kembali ke rumah mereka. Rumah kontrakan yang sangat sederhana, tak seperti rumah Dion yang bagaikan istana. "Aku bahkan ingin melihatnya meregang nyawa bersimbah darah, dan aku akan mengambil darahnya untuk menuliskan puisi sakit hatiku ini!" lanjut Nurmala dengan suasana hati sarat gelombang kemarahan yang makin sulit dijinakkan. Airmata makin deras menghujani sajadahnya. Bahkan Nurmala mulai mengeluarkan suara kepedihannya. Ia meraung-raung bagaikan bocah yang minta dibelikan permen. Ia terus saja menangis sesegukkan, menjerit mengumbar seluruh kebencian di hatinya. Sesaat dirasakannya ada sentuhan lembut di bahu kanannya, makin lama sentuhan itu berubah menjadi guncangan tak beraturan. Terdengar seseorang meanggil-manggil namanya "Nurmala! Sayang! Bangun Nurmala. Kamu mimpi sayang. Bangun Nurmala!" Dion mengguncang-guncang tubuh wanita paling cantik dimatanya itu. Perlahan Nurmala menghentikan tangisannya. Dibuka matanya perlahan. Tanpa ekspresi dipandanginya wajah Dion yang masih setengah mengantuk. "Kamu masih di sini Dion?" Tanya Nurmala ragu. "Kamu mimpi apa sayang?" Tanya Dion penasaran. Nurmala menghambur memeluk Dion. Tangisnya kembali memecah heningnya suasana tengah malam buta. Kali ini tangisnya sulit sekali dihentikan, meski Dion membujuk penuh kelembutan. "Alhamdulillah ya Allah. Ini cuma mimpi, ini cuma mimpi. Terimakasih ya Allah, terimakasih ya Allah." Nurmala tak henti-hentinya menagis. Rasa syukur yang hanya bisa ia ungkapkan kecuali dengan airmata bahagia. #numita
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

cerpennya bagus bunda

17 Apr
Balas

cerpennya bagus bunda

17 Apr
Balas

cerpennya bagus bunda

17 Apr
Balas

cerpennya bagus bunda

17 Apr
Balas

cerpennya bagus bunda

17 Apr
Balas

cerpennya bagus bunda

17 Apr
Balas

Mohon krisan, kritik dan saran dari teman-teman. Oh ya, saya mengalami kesulitan membuat spasi saat menulis cerpen ini, maklum saya mengetiknya di hp.

17 Apr
Balas



search

New Post