TAK BOSAN DIULANG
Sore itu, terdengar suara tik-tik-tik yang khas terdengar di telinga. Bukan suara air hujan yang jatuh di atap rumah, melainkan suara jarum jam yang begitu nyaring bergerak mengelilingi angka-angka kehidupan. Bunyi khas itu selalu terdengar di sore hari saat menunggu suamiku pulang kerja. Maklum di rumah kecil kami belum ada tangisan, teriakan bahkan keusilan malaikat kecil yang mampu mengalahkan suara dentingan jam dinding. Semoga suatu saat Allah mempercayai kami untuk menjadi orang tua. Amin. Tak berapa lama terdengar deruan sepeda motor suamiku. Bunyi jeritan gesekan pagar yang dibuka paksa. Padahal si pagar masih enggan untuk bergerak. Aku bergegas membukakan pintu sambil memasang muka manis dan sok imut. Ku raih tangan suamiku. Kucium punggung tangannya dan berkata, “Kita langsung berangkat?”. “Semangaat beneer,” gurau suamiku. “Oh iya dung, kan mau ketemu nyak, babe, dan kurcaci-kurcaci emeessh,” balasku. Hari itu memang jadwal rutin kami pulang kampung. Bersama motor bebek andalan, kami menyusuri riuhnya perjalanan. Hanya butuh waktu satu setengah jam untuk sampai di kampung halaman. Terdengar teriakan beberapa keponakan menyambut kedatangan kami. Tidak ada pembahasan dan percakapan yang serius, hanya mendengarkan perkembangan tingkah laku dan kelucuan para keponakan terasa sangat menghibur. Ada salah satu cerita keponakan yang berhasil membuat kami tertawa sampai sakit perut. Waktu itu keponakan terbungsu lagi demam. Batuk pilek menjadi penyakit langganannya. Penyembuhannya tidak cukup hanya diberi obat saja. Ia juga harus dinebulizer. Nebulizer adalah alat yang berguna untuk mengencerkan dahak. Proses ini selalu membuat si adek menangis. Pada saat itu perawat membujuk sambil memegang masker wajah adek. Ia berkata, ”adek jangan nangis yaa, tarik napaaaas … buaaaang!”. Dengan suara pelan si adek berkata, “Ndak usah dipegangin.” Ia mengikuti persis kata-kata perawat hingga selesai. Tingkahnya yang lucu membuat semua orang yang melihat dan mendengar cerita tersebut selalu tertawa ngakak. Cerita ini selalu diulang setiap kali ngumpul. (Penulis adalah Peserta Workshop Penulis Bahan Literasi Bagi GTK PAUD dan DIKMAS)
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
tulisannya mangtabs. Mengalir lancar dan lunyu
Bahagia itu sederhana ya bu. Mengingat pengalaman juga menjadi bahagia. Top bu
Iyaa bener banget pak,bapak juga top baget
Luar biasa
Luar biasa kacaunya ya pak? Hiihiiihiiii...
wow... tata bahasanya keren... untuk doanya semoga bu nunung segera di beri momongan....
Dede nunung....excellent..bingit. .mau dong jadi keponakanya...hehehhe