Kami, guru pesantren
Beberapa tahun yang lalu saya dan salah satu teman memulai studi magister. Ada satu pengalaman yang memberi kami pelajaran sangat berharga. Hal itu terjadi saat hari-hari pertama. Semua mahasiswa saling berkenalan, bertanya tentang nama, asal, pekerjaan, dan semuanya. Hanya kami berdualah guru pesantren dari 21 mahasiswa di kela itu, sekaligus juga mahasiswa termuda. Kebanyakan dari mereka adalah guru SD, SMK, dan ada juga kepala sekolah.
Ada salah satu percakapan dalam perkenalan kami yang membuat kami sangat canggung. Saat itu kami berkenalan dengan seorang ibu guru SMP Negeri. Beliau bertanya tentang pekerjaan kami, dan kami jawab kami seorang guru pesantren yang tinggal 24 jam di sana. Pertanyaan selanjutya lah yang membuat kami canggung. "Berapa mbak gaji guru di pesantren? Pasti banyak dong, kan kerjanya 24 jam". Kami hanya bisa diam, bingung, lalu saling memandang satu sama lain, dan akhirnya hanya menjawab dengan senyuman.
Kenapa kami hanya bisa tersenyum? Mungkin orang akan berasumsi bahwa senyum kami adalah kata lain dari "Hanya sedikit kok bu", sehingga kami tidak bisa menjawab.
Kami tidak menjawab bukan karena gaji kami tidak banyak. Toh kami juga tidak tahu berapa gaji normal seorang guru di luar sana. Kami hanya tidak terbiasa dengan pertanyaan itu. Kami juga tidak pernah berpikir bahwa kami akan ditanya tentang hal itu. Bahkan kami dianggap bohong saat kami mengaku tidak ingat gaji kami dulu dan sekarang.
Suatu hari, salah satu dosen kami membahas tentang sistem honor di pesantren. Saat itulah kami bisa menjawab pertanyaan dari orang lain maupun untuk diri kami sendiri, bahwa "Di pesantren honor adalah "pemenuhan kebutuhan". iya ya.. kami tidak punya banyak buku tabungan, tapi kami tidak pernah kekurangan. Kebutuhan kami sudah dipenuhi oleh pesantren.
Kami guru pesantren. Kami mengajar karna kami diberi amanat untuk mengajar. Keyakinan kami adalah "Jika kamu menolong agama Allah maka Allah akan menolongmu dan memperkuat kedudukanmu".
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanallah. Takdim pada guru memberi jaminan kecukupan rizqi bagi yang meyakini.
Subhanalloh. Kalimat "kami tidak punya banyak buku tabungan, tapi kami tidak pernah kekurangan, Bukankah ini puncaknya rasa syukur? Guru Pesantren, Luar biasa!