Nuor Ainiy Hidayati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
LELAH BOLEH, MENYERAH JANGAN!

LELAH BOLEH, MENYERAH JANGAN!

Perkembangan Pendidikan di Indonesia memang melewati jalan yang amat panjang. Mulai dari penggunaan kurikulum, teknik pengajaran guru, serta cara mengakses pelajarannya. Transformasi Pendidikan ini diharapkan agar arah pendidikan menjadi lebih baik lagi.

Tak lepas dari fenomena transformasi pendidikan tersebut, kualitas guru menjadi ujung tombak dalam menggiring siswa agar menjadi produk pendidikan yang berkualitas pula. Guru adalah profesi yang diambil sebagai panggilan hidup dengan berbagai kemampuan yang harus di kuasai serta kode etik yang harus ditaati. Secara keseluruhan tugas guru adalah mencerdaskan siswa dalam hal IQ, EQ, dan SQ untuk menjadikan manusia seutuhnya. Dengan begitu, implikasi dari tugas guru tidak dapat dilihat keberhasilannya dalam waktu sekejap. Sehingga semua pihak saling berkaitan dalam mensukseskan keberhasilan pendidikan di Indonesia.

“Orang hebat dapat menghasilkan karya yang bermutu, tapi guru yang bermutu dapat melahirkan ribuan orang hebat”. Kalimat tersebut selalu memicu kami sebagai seorang guru untuk terus mengembangkan diri demi kemajuan siswa dan pendidikan. Kami dicambuk dengan keterbatasan sarana dan prasarana untuk tetap mencetak individu berakhlak mulia dengan prestasi yang tidak boleh kalah dengan sekolah senior lainnya. Kami, sekumpulan pejuang yang dianggap seumur jagung dalam menciptakan inovasi dunia pendidikan, tak mau berdiam diri menikmati keadaan santai.

Di awal berdirinya, sekolah kami menerapkan pembinaan terstruktur untuk mata pelajaran lingkup sains, tetapi diberhentikan secara sepihak setelah berjalan satu semester. Kami yang sempat berharap banyak dengan kegiatan tersebut untuk meningkatkan prestasi siswa, mulai gundah. Bagaimana kami menjual nama sekolah tanpa prestasi? Apa yang akan dilirik wali murid untuk memilih sekolah kami sebagai pendidikan putra-putrinya? Jelas jelas sekolah kami, hanya sekolah baru dengan tenaga guru terbatas, dan ruang kelas yang masih seatap dengan SD. Sekolah kami belum memiliki gedung mandiri.

Rasa kesal bergemuruh, ingin menunjukkan bahwa siswa kami juga bisa berprestasi seperti siswa di sekolah favorit lainnya. Setelah peraturan tersebut berlaku, semangat siswa menurun, untuk mencapai kata prestasi rasanya tak mudah. Tapi, kami mencoba putar otak, berusaha mencetak generasi hebat meski tanpa tambahan pelajaran di sore hari.

Kami putuskan, tak apa mereka tak juara dalam pelajaran khusus yang dibanggakan kebanyakan orang, seperti ajang lomba IPA, matematika, dan lainnya. Celah mulai kami dapatkan untuk meyisipkan keinginan dan mimpi mereka, seperti berpartisipasi dalam lomba pidato, puisi, orasi, banjari, MTQ, dan olahraga, serta hal lainnya diluar rumus dan hitungan yang mereka keluhkan.

Memang hampir setiap hari, kami meluangkan waktu untuk tetap mendukung mereka, memberi pecutan untuk mau mengembangkan kemampuannya di luar batas yang ia ketahui. Tak jarang, kami pulang paling akhir bersama mereka, berharap mereka memaknai waktu yang telah dilalui untuk serius mencapai keinginannya. Banyak hal terjadi diluar dugaan, apa yang tampak memang tak semuanya seperti kelihatannya. Kami dibuat kagum, dengan persembahan siswa kami yang mampu menoreh prestasinya. Dia, salah satu siswa kami yang bahkan di pelajaran IPA pun tak berminat, tapi ternyata jiwanya menyukai kemampuan lain. Kami yang sempat meragukannya, serasa ingin minta maaf atas segala rasa ini.

Tak berhenti sampai disitu, prestasi mereka terus bergulir seiring waktu menyadarkan mereka. Walau bukan juara di bidang sains, setidaknya mereka mau mengembangkan kemampuan diri, keluar dari zona nyaman. Sejak saat itu, kami paham bahwa untuk mencapai prestasi tidak butuh sarana dan prasarana yang sempurna, tidak butuh guru yang jenius, tetapi kemauan diri untuk berkembang dan mengembangkan kemampuan siswa adalah hal yang utama. Seorang guru boleh lelah, tapi jangan pernah menyerah untuk mencetak generasi hebat. Karena dengan menyerah, maka tak akan ada lagi orang hebat yang dilahirkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

15 Nov
Balas

Terimakasih bapak, salam literasi

16 Nov
Balas



search

New Post