Nuraeni

Nuraeni, Lahir di Bandung, 8 Oktober 1961, Pengawas SMP Disdikbud Kab.Cianjur Jawa Barat. Alumni FPOK IKIP Bandung Jurusan Pendidikan Olahraga. Memiliki suami, ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pesona di Pasirkuda (3)
Sumber Gambar: Dokpri

Pesona di Pasirkuda (3)

Rasanya aku ingin tetap di warung “Baso Badag” saja bersama yang lainnya, duduk minum sampai besok Subuh. Akan tetapi tadi agak terbirit-birit karena harus segera melintasi hutan belantara yang sepi. Sebab jika sudah larut malam, maka dapat dipastikan suasa akan semakin mencekam.

Kondisi jalan yang ekstrim dengan perjalanan di malam hari, berdua, emak-emak, lumayan membuat hati dag-dig-dug juga. Di sisi kanan jalan ada jurang yang cukup dalam dan di sisi kiri tebing curam dengan jalan yang berkelok-kelok. Hal tersebut cukup menyeramkan dan aku pun tidak bisa melihat pemandangan indah atau mungkin lebih menyeramkan.

Di situ aku merasa merinding dan sepertinya aku merasakan sesuatu yang berbeda. Pokoknya aku tidak mengerti apa yang aku rasakan saat itu, yang pasti aku ingin segera keluar dari situasi ini. Meski begitu aku pura-pura saja tidak merasakan apa pun. Aku pun tidak lupa untuk terus melontarkan doa mengingat Sang Khalik memohon keselamatan dalam perjalanan ini.

Sejenak di depan terlihat ada lampu-lampu rumah warga, indah memang, betul-betul pemandangan desa. Setelah beberapa puluh menit melewati hutan dan turunan tajam, waktu menunjukkan pukul 21.05. Kulihat di sebelah kiri melintasi jembatan kecil ada tulisan “Selamat Datang di Kecamatan Pasirkuda Kabupaten Cianjur”, aaih plong rasanya.

“Perbatasan Bun, kita akan sampai,” ujar bu Nunung Lubna.

“Alhamdulillah, seneng banget rasanya sudah melintasi hutan dan jalanan yang sangat sepi,” balasku pasrah.

Pemandangan di luar tidak dapat kulihat karena gelap dan tidak ada penerangan jalan. Sesekali terdengar suara Tongeret dan Jangkrik. Dari perbatasan kabupaten Bandung, mulailah petualangan kami, menyusuri jalanan kabupaten, offroad, ancul-anculan, jalanan yang sempit dan berlubang di sana sini mengharuskan pengemudi ekstra hati-hati, sesekali menemukan beberapa rumah penduduk selebihnya hutan lagi dan seterusnya. Jalanan yang awalnya ‘ngageleser” tiba-tiba saja ancul-anculan seperti sedang naik odong-odong.

Perjalanan kami cukup lambat, sepi dan bergelombang. Benar-benar sepi, entah di desa mana ini, yang jelas hanya suara Tonggeret dan ada satu dua motor yang lewat, itu pun jarang banget. Hal tersebut sangat jauh dari ekspetasiku, selama ini aku tidak pernah melintasi jalanan seperti ini. Aku pikir jalanan akan ramai seperti biasanya. Ternyata aku salah. Tidak ada penerangan jalan, hanya penerangan dari mobil kami saja yang menjadi andalan. Selama sekian puluh menit ini dipastikan hanya kami berdua saja yang ada di jalanan ini. Sangat mencekam untukku.

Akhirnya sampailah dipertigaan jalan, ini adalah pertigaan Rawa Getok namanya, sebuah persimpangan jika akan ke Desa Girimukti maka belok kiri sedangkan ke Desa Kalibaru lurus. Dari pertigaan tersebut ada beberapa warung kopi yang masih buka dan beberapa orang yang sedang beristirahat untuk meneruskan perjalanan. Lampu rumah warga dan warung membantu penerangan jalan sisi kiri dan kanan. Suasana jalan agak terlihat kontras dari sebelumnya.

Namun hanya sesaat saja, karena setelah itu jalanan mulai sepi dan gelap Kembali. Jalanan yang naik turun dan berkelok, masih juga menemani perjalanan kami saat itu. Hingga akhirnya, aku sampai di depan kantor Kecamatan Pasirkuda.

“Alhamdulillah, pasti sedikit lagi sampai’” gunamku dalam hati saja.

Kekhawatiran masih menyelimuti hatiku, aku terus memikirkan jalan seperti apa yang ada di depan sana. Sang Pengemudi yang cantik jelita cetar membahana masih saja tersenyum simpul. Mungkin saja dalam hatinya memikirkan aku yang masih kebingungan tentang perjalanan jauh ini. Setelah melampaui perjalanan tadi, jalanan sekarang cukup datar, tidak lagi naik turun dan menikung seperti tadi. Walaupun sangat sepi, tapi setidaknya aku masih melihat beberapa rumah dan lampu menyala. Suasana di kiri dan kanan jalan pun sudah merupakan pedesaan dan pesawahan, bukan lagi jurang dan tebing seperti sebelumnya.

Ternyata perjalanan ini membuatku mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran baru yang tidak kudapatkan dibangku kuliah. Di mana kami harus menyusuri jalanan gelap dan sepinya hutan. Inilah perjalanan malam hari menyusuri jalanan Bandung – Pasirkuda.

Bersambung …

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Di warung Baso Badag, basonya sebesar apa Bun? Jadi kabita.

11 Jan
Balas

Hahaha... pastinya badag Teh

12 Jan

Hahaha... pastinya badag Teh

12 Jan



search

New Post