Beliau adalah bapakku,orang tua yang telah menjaga,merawat dan mendidikku sedari kecil.keceh ya...beliau orang yang asyik,lucu tapi juga sedikit menyebalkan.Beliau yang selalu memarahiku bahkan untuk hal-hal yang sepele.

Namun beliau adalah guru kehidupan bagiku, Beliau orang pertama yang mengajariku mengenal huruf , membaca,berhitung dan menulis. Beliau juga orang yg selalu membuat ku menangis setiap hari karena Omelan,makian dan sikap kerasnya padaku namun, beliau juga yang mengajari dan mendidik kesabaran dan kekuatan ku mengarungi kehidupan. Kini beliau telah almarhum, ketika aku hampir saja meraih mimpi dan masa depanku sekaligus cita-cita beliau untukku.

Beliau meninggal di bulan Oktober 2018 dan aku menerima kabar bahagia kelulusan CPNSku di bulan Desember, tangis ku pecah waktu itu, bahagia dan bersyukur namun terbunyinya sesal yang amat dalam karena bapak tak ikut merasai bahagiaku kala itu.semoga Beliau Husnul khatimah dan mendapat tempat terbaik disisiNYA, Amin.

Bapak pernah bercerita..

Beliau adalah anak dari seorang penjual lotek (olahan sayuran rebus dengan bumbu sambal kacang) sejak kecil beliau sudah yatim,bapak adalah anak ke lima dari lima bersaudara,laki-laki semua,namun mereka semua hidup terpisah karena di asuh(diangkat anak) oleh saudara -saudara dari ibu dan bapaknya.Bapakku sendiri adalah yang paling rupawan dan paling beruntung karena diangkat anak oleh pamannya yang saat itu belum mempunyai anak sendiri.

Pamannya adalah seorang pengusaha warteg(warung makan) yang paling laris di kota kami, sehingga tak heran pula Simbah angkatku itupun menjadi orang yang kaya raya dan bapakku menjadi anak angkat tunggal dengan limpahan kasih sayang, sehingga tak ayal segala kebutuhan dan keinginannya harus dan pasti akan terpenuhi, namun sayang Simbah kurang memperhatikan pendidikan agama dan karakter bapak sehingga beliau hingga dewasa belum juga hafal bacaan sholat apalagi untuk membaca Al Qur'an, itu yang beliau sesalkan.

Di Usia remaja bapak, simbahku angkat yang kaya raya itu tergoda dengan seorang perawan cantik di kampungnya,dan akhirnya mereka menikah dan memadu istri pertamanya. Meski banyak anggota keluarga menentang, karena calonnya adalah orang yang bebet,bibit nya kurang baik. Namun sayang, simbahku itu sudah terlalu mencintainya hingga akhirnya mereka menikah.

Diawal usia pernikahannya,istri baru Simbah hamil,saking senangnya Simbah membuat selametan dan beliau sempat berucap "ora duwe donyo ora popo,sing penting duwe anak Dewe tur akeh" dan benar saja ucapan adalah doa,ibu angkat tiri dari bapak benar-benar wanita yang subur,setiap tahun melahirkan hingga simbah benar-benar punya anak sendiri sebanyak 7 anak,dan ucapannya pun terbukti,lambat laun kekayaannya habis bahkan sampai rumah untuk tempat tinggal saja tak punya dan menumpang di rumah milik pakdhe (kakak dari bapak dan sekandung) dan saat itu bapakku juga harus putus sekolah padahal tinggal 1 semester lagi untuk lulus dan mendapat ijazah dari sebuah sekolah tekhnik. Fasilitas dan kenyamanan yang bapak selalu peroleh sejak kecil pun tak ada lagi, hal itu ternyata membuat bapak begitu membenci ibu atau istri muda bapak angkatnya, begitu juga dengan adik-adik angkatnya, namun rasa benci itu hilang ketika beliau bertemu ibuku dan belajar mengenal Tuhan dengan baik.