Tikar Kenangan
Tersimpan rapi didalam lemari. Terlipat bagus serta terbungkus dengan kain yang khusus dijahit untuk melindungi. Sudah lama tidak terpakai. Akupun hampir lupa kalau punya dua tikar dengan warna yang sangat indah.
“kalau ibu-ibu ada yang punya tikar di rumah, boleh besok di bawa.” Kata ketua panitia perayaan maulid.
“Untuk di musalla bukannya ada ambal pak.” Ibu Ani memberi saran.
“Sayang kalau ambal musalla di pakai, pengurus musalla madrasah keberatan.” Jelas pak ketua.
“Sama saya ada dua tikar pak, boleh besok saya bawa.” Aku mengacungkan tangan dengan sangat percaya diri.
Ada rasa bahagia, besok dua tikarku akan terpakai dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Memperingati hari lahirnya sosok yang sangat mulia. Sang pejuang ajaran islam.
Sesampainya di rumah, ku tunaikan kewajiban dengan Rab. Aku menuju kamar penyimpanan barang lebih tepat gudang namanya. Ada dua lemari yang berdiri kokoh di sana. Aku tahu persis di lemari mana tikarnya tersimpan. Perlahan ku buka, upps...ternyata aku kepayahan mengangkatnya. Ayo terus berusaha, terus... sedikit lagi, batinku terus memberi semangat. Alhamdulillah akhirnya berhasil.
Tikarnya aku seret ke luar kamar. Banyak debu jatuh dilantai. Kenapa dengan tikarku? Rasa penasaran mulai menyerang. Ikatannya mulai kubuka dan kubentang di teras samping. Ya Allah kedua tikarku sudah lapuk. Warna keduanya masih terlihat sangat bagus. Padahal waktu disimpan telah dibersihkan terlebih dahulu malah dijemur sekitar lima belas menit. Kini tikar itu tidak bisa dipakai lagi. Kenapa?
Kedua tikar itu punya kenangan tersendiri. Tikar yang pertama harganya bagiku agak mahal. Ku cicil dari gaji yang kuterima dalam tempo empat bulan. Yang kedua peninggalan dari ibu. Beliau memiliki banyak koleksi tikar anyaman. Aku mengambil satu dari banyak tikar yang ibu punya.
Sedih, air mata ku usap dengan ujung daster. Ku gulung satu persatu tikar warna merah bella. Dengan macis ku bakar gulungan tikar tersebut. Dalam sekejab si merah melahap dengan buasnya tanpa sisa.
Kini aku paham bahwa tikar walaupun jarang dipakai sebaiknya tetap dijemur setidaknya seminggu sekali untuk membuat tikar terhindar dari lembab. Perlu diangin-anginkan. Jangan disimpan terlalu lama di dalam lemari. Hal ini layak diperhatikan bila kita suka mengoleksi tikar. Salam literasi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar