Umrah Nazar Buat Fathin
Kejadiannya sudah lama, hampir tiga tahun lebih, putri ke dua kami mengalami kecelakaan Scoop vs Avanza di jalan Banda Aceh Medan Desa Tanjong Minje, Aceh Utara.
Fathin Azkia adalah nama yang aku dan suami berikan pada anak kedua kami. Memiliki postur tubuh yang kurus, kulit sawo matang, rambut ikal dan sedikit keras kepala, banyak kawan dan kerabat yang bilang dia mirip denganku mungkin sebab itu juga terkadang ada ketidak cocokan antara kami.
Pernah suatu malam Fathin bercerita tentang temannya yang sudah lama tidak sekolah karena sakit. Dia dan teman-temannya berencana akan mengunjunginya dalam beberapa hari ini. Aku bangga masih ada rasa peduli terhadap sesama teman, tentu saja kami sangat setuju ketika Fathin mengutarakan rencananya tersebut. Mereka telah sepakat berkumpul pada satu titik dan berangkat bersama. Kapan waktunya belum dipastikan.
Hari ini mentari tersenyum dengan cerah. Aku sambut pagi dengan bismillah sehingga apapun yang akan aku lakukan hari ini, aku berharap akan bernilai ibadah. Hari ini aku dan suami bersiap-siap ke Idi. Dengan penuh percaya diri aku kenakan baju batik seragam untuk menghadiri acara Expo. Kemenag Aceh Timur mengadakan Expo madrasah selama 3 hari di Idi. Saya dan suami menjadi anggota Expo mewakili wilayah Simpang Ulim. Expo diadakan untuk mempromosikan, memamerkan dan mengenalkan hasil karya siswa dan guru yang mengandung nilai pendidikan ke masyarakat, untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan guru supaya lebih berprestasi dan yang lebih penting terjalin ikatan silaturiahim yang lebih erat sesama guru yang bernaung dibawah Kemenag Aceh Timur.
Expo hari pertama dan kedua berjalan lancar. Stand kami melakukan banyak terobosan untuk mengundang banyak pengunjung. Salah satunya memberikan hadiah undian bagi siswa/i yang bisa menjawab pertanyaan. Hadiah yang disediakan sangat sederhana dengan harga yang terjangkau pula. Stand kami juga menjajakan kue dan makanan ringan.Tak lupa pula mempromosikan makanan khas wilayah kami yaitu pisang sale. Juga memaperkan hasil karya cipta siswa/i dan guru wilayah Simpang Ulim. Tentu ini akan menjadi nilai tambah dalam penilaian oleh dewan juri. Kami sangat menjaga kekompakan dan kerjasama yang baik karena itu juga akan menjadi standar penilaian tersendiri.
Pagi ini Fathin minta izin berkunjung ke rumah teman yang sakit. Dia akan berangkat bersama Qadri yang merupakan teman akrabnya. Kebetulan hari itu Fathin berangkat dengan Jumbo ( termasuk kendaraan antar kota antar kabupaten, ukurannya sedikit lebih besar dari angkutan kota lainnya ). Kami tidak mengizinkannya membawa sepeda motor, karena usianya yang masih dibawah umur dan tentu belum ada SIM. Kami merasa telah melakukan hal yang benar, walaupun Fathin bersikeras ingin membawa sepeda motor.
Pagi inipun aku dan suami kembali harus beraktifitas. Kami berangkat bersama-sama ke Idi untuk melanjutkan kegiatan expo yang memasuki hari ke tiga yang merupakan hari terakhir.
Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat duapuluh menit, sudah waktunya untuk break. Waktu istirahat kami manfaatkan untuk shalat dan makan siang bersama dan bercanda ria sebentar. Dan menurut panitia pelaksana hasil Expo akan diumumkan sebentar lagi. Mudah-mudahan wilayah Simpang Ulim menjadi yang terbaik. Suasana sangat menyenangkan. Disini guru-guru berkumpul dari tiga wilayah yaitu wilayah Simpang Ulim, wilayah Idi dan wilayah Perlak. Dan setiap wilayah mempunyai stand expo masing-masing. Setiap stand menampilkan karya dan keunikan masing-masing.
Sebentar lagi acara penutupan akan dimulai. Semua menunggu dengan cemas dan mengharap hasil yang terbaik. Dalam penantian harap cemas, tiba tiba handphoneku berbunyi, aku mencarinya di dalam tas, dan kulihat nomor tidak terdaftar.
“Assalamualaikum ibu, ini benar dengan miminya Fathin?” kudengar suara diseberang sana.
“ya, ini saya mimi Fathin.” Jawabku singkat.
Yang menelpon ternyata bundanya Qadri. Berita yang kuterima adalah berita kesedihan yang mengabarkan bahwa Fathin dan Qadri mengalami kecelakaan. Ya Allah …aku tidak bisa bicara lagi, seluruh badan terasa lemas, kaki tak sanggup digerakkan dan cucuran air mata tidak terbendung lagi, bagaimanakah keadaannya? Parahkah dia? Banyakkah darah di tubuhnya? Dan banyak pertanyaan yang tidak saya temukan jawaban saat itu.
Dalam kepanikan, aku tidak menghirau teman-teman yang bertanya ada apa buk, kenapa buk, ada masalah apa, tujuan ku hanya satu, mencari suamiku. Aku lupa bahwa ditanganku ada hp yang bisa kugunakan tapi saat iu aku tidak kepikiran kesitu. Dalam suasana yang gaduh dan bising dengan suara sound aku terus mencari dan ternyata suamiku sedang duduk dengan pejabat dan para kepala sekolah. Air mataku terus membahasi pipi yang tidak sanggup kubendung. Tanpa kuperhatikan apapun dan siapapun disekitarnya aku langsung mengetuk pintu dan mengangguk kearah suami sebagai isyarat aku memanggilnya. Spontan dia bangun dan menuju kearahku. Hanya satu kata yang aku ucapkan “ Fathin kecelakaan” selanjutnya aku tidak bisa bicara lagi. Dia mengambil hpku dan melihat panggilan terakhir masuk, dan aku mendengar pembicaraannya dengan seseorang tentang keadaan dan keberadaan Fathin. Suami minta izin dan kami berangkat menuju Puskesmas yang disebutkan. Suami menguatkanku bahwa keadaan Fathin tidak parah. Pihak puskesmas menelpon minta persetujuan untuk rujuk ke rumah sakit. Suami minta rujukannya ke rs Graha Bunda di Idi karena ini rs yang paling dekat yang lebih cepat terjangkau. Saya dan suami tidak langsung ke rumah sakit umum Idi. Kami menunggu ambulance dipinggir jalan. Bila tidak parah kenapa harus rujuk ke Idi. Pikiranku mulai bermain dengan bermacam pertanyaan. Suami terus menenangkanku dan terus memegang tanganku seolah memberi semangat dan harus bersabar. Kulihat tidak ada sedikitpun kepanikan diwajahnya, apakah itu sengaja dia sembunyikan dariku? Agar aku kuat menghadapi semua ini.
Ketika ambulance berhenti, aku langsung masuk dan melihat Fathin, rupanya putri kami pingsan tidak sadarkan diri. Dia meronta, tangan dihempaskan kekanan dan kekiri seolah-olah ingin melepaskan diri, tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulutnya. Aku berusaha memanggil namanya berulang kali, tidak ada jawaban. Tidak ada luka di tubuhnya, tidak ada darah setetespun di tubuhnya. Kepala fathin terbentur keras ke badan jalan dan kulihat ada benjolan di kepalanya tapi tidak mengeluarkann darah. Perawat juga menerangkan bahwa Fathin tidak muntah sekalipun. Pertanda apakah ini, parahkah sakit anakku ini, kuatkan hati hambaMu ini ya Allah.
Aku penasaran, bukannya tadi pagi Fathin dengan Jumbo berangkat ketempat temannya, tapi kenapa dia mengalami tabrakan Scoopy dengan Avanza? Berita sebenarnya aku tahu dari cerita Husna yang datang berkunjung melihat keadaan Fathin. Memang benar Fatnin dan Qadri dengan Jumbo ke tempat teman.. tiba waktu shalat zhuhur dia dan Qadri meminjam Scoopy milik Maulana untuk shalat di rumah temannya. Waktu menyebrang jalan tabrakan itupun terjadi. saat terhempas ke jalan hanya kata “mimi” yang keluar dari mulutnya, setelah itu dia tidak sadarkan diri. Qadri hanya luka dikepala dan harus di jahit, tidak ada luka lain yang parah.
Setelah menjalani pemeriksaan dan pengurusan administrasi, Fathin harus di rawat di ruang ICU. Aku belum pernah masuk ruang ICU, ternyata di ruangan dikhususkan untuk pasien yang butuh perawatan intensif. Aku terduduk dan tertunduk, rasanya aku tidak sanggup melihat pemandangan yang ada dihadapanku. Kuseka airmata perlahan, aku tidak boleh menangis, aku harus kuat demi putriku. Banyak alat yang terpasang pada tubuh pasien termasuk di tubuh fathin. Sayup terdengar suara lantunan surat Yasin. Akhirnya ucapan inna lillahi wa inna lillahi rajiun terdengar. Dalam semalam terkadang ada dua bahkan tiga pasien yang meninggal. Aku terus berdoa agar diberikan kesembuhan, kesempatan untuk Fathin dan kuserahkan semuanya kepada kehendak Sang Ilahi Rabbi.
Dua hari Fathin tidak sadarkan diri. Ketika sadar dia mengeluh kepalanya yang sangat sakit tidak bisa goyang sedikitpun. Dia lebih cepat marah dan terkadang omongannya sulit dipahami. Perlahan dia sudah bisa duduk walaupun sebentar. Kami minta izin untuk membawa nya berobat ke dokter spesialis saraf. Pihak rumah sakit keberatan karena kondisi pasien yang masih perlu perawatan dan mereka lepas tangan bila terjadi hal yang tidak diinginkan. Kami harus membuat surat pernyataan bahwa kami tidak akan menuntut siapun bila terjadi hal yang membahayakan. Kami melihat perkembangannya yang tidak memungkinkan Fathin disini terus.
Besoknya kami bawa dia berobat ke dokter spesialis saraf di lhokseumawe dan disarankan untuk melakukan CT ( Computed Tomography ) Scan dan pemeriksaan MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) lengkap karena bermasalah di area kepala sedangkan di tubuhnya tidak ada luka sedikitpun. Entah kenapa ketika hendak pulang dari rumah sakit Cut Mutia Lhokseumawe tiba-tiba dia kejang dan tidak sadarkan diri lagi dan tindakan yang diambil harus rawat inap, padahal waktu pergi tadi dia kuat dan sanggup berjalan sendiri walaupun jalannya pelan dan saya tuntun. Dokterpun heran lho kok bisa begini? Bukan hanya sekali dia kejang tapi sudah berkali - kali dan saya tidak sanggup menyaksikan itu semua, hati saya sedih, ingin rasanya menangis, ibu mana yang sanggup melihat putrinya terbaring dengan tatapan kosong, hanya diam ketika diajak bicara. Dia tidak mengenal saya lagi. Pernah dia mengatakan bahwa saya mirip miminya, teriris rasa hatiku, kubuka jilbab kupanggil namanya, siapa ini nak? Dia tersenyum dan menjawab “mimi”.
Disaat kami tidak tahu harus berbuat apa, saat itu juga muncul pikiran untuk memanggil orang pintar. Kami berusaha apapun itu. Jelas kudengar dia membaca Basmallah dilanjutkan dengan surat Alfatihah dan seterusnya aku tidak tahu lagi surat dan ayat apa yang dia baca. Kemudian tubuh Fathin dibasuh dengan air yang telah dibacakan doa tadi. Tubuh Fathin bereaksi dan melawan seakan ingin melepaskan diri, terakhir tubuhnya seperti terbanting dan terhempas kuat di atas tilam. Dia tertidur. Ada sosok penghuni dalam tubuh Fathin, itu kata orang pintar. Dalam kegalauan dan kesedihan yang mendalam saya hanya pasrah pada Allah…. Tanpa meminta persetujuan dari suami aku bicara dengan Fathin, aku tidak tahu apakah dia bisa mendengarku atau tidak, cepat sembuh ya nak, jika nanti Fathin sembuh kita akan umrah sama-sama ke Baitullah, kamu harus kuat dan semangat, Allah pasti akan memberi kesembuhan padamu,saya cium keningnya dan saya peluk dia untuk memberi semangat. Itulah janji dan nazar umrah yang terucap untuk fathin. Dengan izin Allah perlahan-lahan sudah ada perubahan, tidak lagi kejang. Ternyata Allah selalu mendengar doa hambanya bila hamba meminta (berdoa ).
Tahap selanjutnya kami sepakat untuk membawa fathin berobat ke dokter spesialis saraf dan akupuntur di Banda Aceh. Dokterpun mengatakan ada yang menggangu Fathin. Fathin terkejut dan tersentak kuat saat dokter menyentuh kakinya, kulihat ada doa yang dibacakan. Dokter tersenyum dan melanjutkan pengobatan. Aku hampir tidak percaya, tapi itulah kenyataan yang kulihat. Setelah beberapa kali akupuntur Alhamdulillah kesehatan nya semakin membaik, berobat jalan tetap rutin kami lakukan.
Akhir Februari 2019 kami ( saya, suami, fathin dan kakaknya ) menunaikan nazar umrah atas kesembuhan yang Allah berikan untuk Fathin. Kami sama-sama ke tanah suci melihat langsung ka’bah, menyaksikan keagungan dan kekuasaan Allah SWT. Di depan Ka’bah dengan cucuran air mata saya panjatkan rasa syukur atas rahmat dan nikmat yang tak terhingga yang telah Allah berikan kepada keluarga kami. Alhamdulillah hutang saya dengan Allah telah terpenuhi karena nazar adalah hutang yang wajib dilunasi. Mudah-mudahan Allah limpahkan kebahagiaan dunia dan akhirat untuk keluarga kami . Amin
Simpang Ulim, Senin20 Des2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar