Dengan berat hati ia meninggalkan asrama tempat ia tinggal. Dimasukkannya beberapa pasang baju dan Hardisk tempat kumpulan file buku buku miliknya. Harapan untuk kembali pulang dan menimba ilmu di Negara ini sangatlah besar.

Waktu terus berjalan dan sudah sepuluh hari mereka berada di KBRI Tunisia namun keadaan belum juga stabil. Lalu, pemerintah memutuskan mengirim pesawat Garuda untuk memulangkan semua WNI kekampung halaman masing masing.

***

Sudah tiga bulan Wafi dikampungnya Si Abu, Mandailing Natal SUMUT. Ia lebih banyak diam dan jarang keluar rumah.  Dengan harapan besar ia terus menunggu kabar gembira dari teman temannya terkait kelanjutan kuliah mereka di Universitas Tripoli, Libya.

Siang itu, seakan phone yang dipegangnya akan jatuh dari tangannya. Tubuhnya mendadak lemas, keinginan untuk mendapat gelar Doktor di kampus tersebut pupus sudah. Temannya Faiz memberi kabar bahwa pendidikan mereka tidak bisa dilanjutkan karena keadaan terus memanas dan pemerintah tidak sanggup menjamin keselamatan diri mereka disana. Pemerintah  mempersilakan mereka untuk kuliah di Negara masing masing dengan jalur beasiswa dari pemerintah hingga selesai pendidikan S1.

Tak ada pilihan lain dan kuliah memang harus dilanjutkan. Wafi memilih untuk kuliah di IAIN SU (Belum UIN saat itu) jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Menjelang akhir perkuliahan ia dekat dengan seorang gadis  Kelahiran Labuhanbatu Utara dari jurusan yang sama dengannya, hingga akhirnya menjadi istrinya dan Kini Wafi sudah menjadi ASN Dosen UIN SU di Prodi tempat ia pernah menjadi Mahasiwa Transfer yaitu Prodi Pendidikan Bahasa Arab . 

_____________

Rencana NYA Indah bukan?

Panyabungan, 14 Juni 2020

#TantanganGurusiana hari ke11