Gadis Impian Part 3
Dua bulan kemudian...
Hari ini aku akan berkunjung ke Pondok untuk silaturrahmi sekaligus pamit kepada Asatidz. Pondok dan rumahku jarak sekitar dua jam perjalanan naek mobil angkutan.Â
Pagi itu sekitar jam delapan aku berangkat dari rumah. Mobil angkutan membawaku menyisir jalanan hingga akhirnya sampai persis didepan Pondok.
"Kiri Pak"
Seketika mobil berjalan pelan hingga akhirnya berhenti. Aku turun lalu menuju kaca bagian kiri Pak supir. Kuberi ongkos dan berlalu pergi menuju Gerbang yang berdiri tegak didepan Pondok.
Persis didepan Gerbang berdiri Pak satpam. Beliau tersenyum kearahku lalu aku membalas senyum kearah beliau.
"Alfi, gimana kabar?"
"Sehat pak? bapak sehatkan?"
"Yah....sehat sehat orangtua lah" jawab pak satpam bergurau.Â
Lebih kurang 6 tahun aku kenal beliau dan kami lumayan akrab.
"Aku masuk dulu pak"Â
"Ya, Silakan".
***
Aku berjalan masuk kedalam lokasi pondok dan langsung menuju Kantor khusus Asatidz.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam, tafadhdhal! udkhul! (Silakan masuk!) ucap Asatidz yang berada didalam kantor.
Mereka menyambutku hangat dan mempersikanku duduk disalah satu kursi dan saat itu nyaris semua mata kearahku.Aku sempat agak sedikit gerogi tapi akhirnya suasana bisa terkondisikan..hik.
"Mata satusafir ya alfi? (Kapan berangkat alfi?)" tanya ustadz Fadhil.
"Fil usbu' al aty ya ustadz (Minggu depan ya Ustadz)" Jawabku.
Aku dan Asatidz yang berada dikantor tersebut saling ngobrol. Aku banyak dapat wejangan dan motivasi dari mereka kala itu.
***
Nyaris setengah jam aku berada dikantor dan mataku terus mencari seseorang yang sedari tadi tak kulihat . Ya..Beliau adalah Kyai Rahman yang merupakan guru Pavoritku yang masuk pada mata pelajaran Nahwu dan Sharaf.
"Afwan ya ustadz, Ma Aro ustadz Abdar Rahman huna (Maaf ustadz, saya tidak melihat ustadz rahman disini)", tanyaku pada ustadz Fadhli yang duduk persis didepanku.Â
"Huwa fil baitihi (beliau dirumahnya)"Â
Selang beberapa saat kemudian, aku pamit pulang kepada asatidz dan sekalian minta doa kepada mereka agar perjalananku dalam menuntut ilmu dipermudah NYA.
Usai keluar dari kantor aku menuju rumah Kyai Rahman yang berada dilingkungan Pondok.Â
Sesampainya didepan rumah aku mengucap salam. Terlihat sang Kyai berjalan kearah pintu, rupanya beliau melihat kedatanganku dari dalam rumahnya. Ia tersenyum ramah menyambutku sambil mempersilakanku masuk keruang tamu miliknya.
Kami saling melepas kangen, kenangan belajar bersama beliau sesuatu yang tak bisa kulupakan.
Beberapa saat kemudian, Seorang gadis datang kearah kami. Ia Nada gadis yang kusuka.
Nada meletakkan dipan diatas meja. Sambil tersenyum tipis gadis itu mempersilakan kami untuk menikmati teh manis hangat buatannya serta roti yang ada diatas meja dan ia berlalu pergi meninggalkan ruang tamu.
Aku sempat mencuri pandang melihat wajah teduh gadis itu. Aku tahu bahwa untuk dapat memilikinya adalah mimpi bagiku.Tanpa sadar rupanya sang Kyai memperhatikanku yang sedari tadi diam.Â
"Kok melamun, ada apa?" tanya sang Kyai
"ee...aa....anu Kyai tidak kenapa napa" jawabku gugup dan malu. Malu, jangan jangan sang kyai sudah dapat membaca sorot mataku ketika melihat putri semata wayangnya tadi. "Bukankah mata adalah jendela hati?".
Â
Bersambung...Â
Panyabungan, 10 Juni 2020
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jempol