Sirin terkejut ketika melihat pengumuman yang dishare Via Watshapp. Satu hal yang tak di inginkannya, bahkan beberapa kali sempat ia bawa dalam do'anya. "Semoga pak Aidil bukan dosen pembimbingku". Ucapnya berkali kali.

Nyatanya, kita hanya bisa berencana tapi Allah yang memilih...Ya..pak Aidil telah dipilih untuk jadi pembimbing tesisnya.

Esoknya, Sirin berniat ingin menjumpai pak Aidil. Dia berjalan menuju lantai dua kampus. Kantor pak Aidil berada disana.

Sesampainya didepan Kantor, suasana sepi. Hanya bunyi langkah kakinya yang memecah hening pagi itu.

Setelah memperhatikan keadaan. Dicobanya untuk mengetuk pintu lalu memberi salam, "Tak ada jawaban" ucapnya membathin. Ditariknya gagang pintu, oh ternyata memang dikunci.

Sirin duduk diatas kursi panjang yang berada tak jauh dari pintu ruangan pak Aidil. Sambil otak Atik phone, sesekali diliriknya jamnya yang melingkar dipergelangan tangan kirinya.

Udara mulai terasa gerah, entah efek suasana hatinya yang mulai bosan. Dengan raut wajah kesal ia melangkah meninggalkan kursi tersebut.

Sebenarnya ada keinginan Sirin untuk menelpon dan bertanya kapan bisa bersua dengan pembimbingnya itu, tapi ia tahu akan sia sia karena tidak akan diangkat dan pesan tidak akan dibalas. Semua mahasiswa/i sudah tahu perihal karakter bapak tersebut. Bahkan sirin sudah membuktikan sendiri dan memang benar begitu.

Beberapa kali sudah Sirin berusaha untuk bimbingan, tapi hanya beberapa kali saja yang berhasil ketemu.

Pagi ini, ia berniat akan menjumpai sang pembimbing. Seperti biasa ia duduk diatas kursi yang terletak didepan kantor. Dilihatnya di kantor sedang ada tamu. Ia berinisiatif untuk menunggu diluar.

Nyaris sudah tiga jam ia menunggu. Tiba tiba tamu keluar, rupanya mahasiswa/i asal negara Arab yang berada di ruangan bapak tersebut. Wajah sirin seketika sembriwah, akan tiba giliranku, pikirnya. Ada beberapa anak bimbingan pak Aidil bersamanya menunggu kala itu.

Ia bersemangat. Dirapikannya proposal yang akan ditunjukkan kepada sang pembimbing nantinya.

Seseorang keluar dari arah pintu pak Aidil, eh..ternyata seseorang itu adalah beliau, pak Aidil. Ia membawa tas ditangannya. Seorang lelaki menghampiri dan bertanya "Pak boleh kami bimbingan?", dengan senyum tipis pak Aidil menjawab "Saya lagi ada kegiatan silakan datang sore nanti". Grrrrrrrrrrrr... Tak tahu bagaimana perasaan Sirin waktu mendengar kata kata bapak pembimbingnya itu.

Sirin seolah tak mau melewatkan kesempatan. Siangnya, sekitar jam dua siang ia sudah berada di depan kantor pak Aidil. Pintu kantor tutup dan sepertinya tidak ada orang didalam. Sirin terus menunggu, namun apa daya yang ditunggu tak kunjung tiba. Dengan hasil nihil satu hari ini ia pulang ke kosan nya membawa rasa kesal (Andai rasa kesal itu sampah mungkin sudah dimasuin kedalam tong) hik...

Sirin terus berusaha, kadang ketemu dan lebih sering sebaliknya.

Namun, usaha tidak mengingkari hasil. Ujian sidang sirin berjalan mulus, "untungnya pak Aidil pembimbingku, kalau sempat dapat beliau sebagai penguji, waduh.. masalah besar, habislah aku, tesisku akan dipreteli lembar perlembar, walau banyak kesal pas bimbingan tapi selamat waktu Ujian" ucapnya sadar dan bersyukur..hik.

Akhirnya, 15 Mei 2017 Sirin berhasil memakai toga. Dilihatnya senyum bahagia orantuanya menyaksikan putri sulung mereka memakai toga untuk kedua kalinya.

Panyabungan, 23 Juni 2020

Mudah mudahan emak dan ayah bisa menyaksikan Sirin memakai toga untuk yang ketiga kalinya.