Nur Aisiyah

Menjadi guru IPA di MTs Darul Huda Ponorogo sejak tahun 2005 sampai sekarang. Pemerhati lingkungan dan budaya. Tinggal di kabupaten Ponorogo....

Selengkapnya
Navigasi Web
Abakadabra Jejak  Pelangi (1)

Abakadabra Jejak Pelangi (1)

Oleh : Nur Aisiyah

Terlahir bukan dari kalangan berada membuat orang tuaku dengan keenam orang anaknya sangat disiplin dan terkesan sedikit memaksa anak anaknya untuk pintar di kelas. Sekitar tahun 1980 sampai 1990 orang tuaku, menarget agar anak anaknya sekolah di sekolah negeri. Baik saat SD maupun kuliah di Perguruan Tinggi. Alasannya sangat simple. Biaya sekolah murah dan bisa dipastikan dari segi mutu juga terjamin.

Hal yang paling kuingat ketika saya duduk kelas dua SMP, rangking saya anjlok. Saat itu aku masuk kelas prestasi. Sebetulnya nilai rata rata raport  saat itu kalau di kelas reguler bisa menduduki rangking satu. Tapi entahlah, bapakku yang bekerja sebagai  tukang becak mungkin pemahamannya sampai segitu. Dan yang terjadi bapakku marah dengan hasil pencapaian itu. Meski tak satu patah kata terlontar dari bibirnya, namun aku tahu sikap diamnya mengisyaratkan kalau beliau kecewa. Tapi akupun tak mampu berbuat apa apa karena semua telah kusahakan dengan baik. 

"Bapak, meniko kopinipun enggal dipun unjuk."  Aku mencoba mrluluhkan hati beliau dengan menyeduhkan kopi kesukaannya. Belum dua langkah aku berbalik arah tanganku direngkuh bapak dan akhirnya terjatuh dipangkuannya. Tangan kanan beliau mengepal, dijenggungnya dahiku. Aku meringis. pura pura menahan sakit, padahal tidak.

 

"Nduk, ngko sore kancani bapak delok bal balan neng alon alon ya," ujar beliau. Wah,,,ini artinya beliau sudah tidak marah lagi.

"Yah,,,moso anak wedok koq dijak ningali bal balan to pak?"

"Gelem hora? Nek gak gelem bapak yo tetep nesu neng sampean."

Akhirnya demi marahnya bapak agar mereda, aku ladeni keinginannya. Entahlah sebagai anak bungsu aku merasa dekat dengan bapak ketimbang ibu.

Dari enam orang anaknya, lima diantaranya bisa menyelesaikan studinya, di PTN tentunya. Empat anak anaknya berhasil menjadi ASN. Mungkin nasibku kurang beruntung hingga membawa aku berlabuh dan mengabdikan diri di salah satu MTSS di kotaku sebagai tenaga pengajar IPA.  Berbekal ijazah S1 Pendidikan Biologi aku bergabung dengan sekolah yang kebetulan dekat dengan rumah. Perjalanan karier saya sebagai guru dimulai dari tahun 2005. Namun di tahun ini, tepatnya tanggal 24  Juli 2021 karier saya sebagai guru IPA di sekolah inipun berakhir. 

 

 

Bersambung....

Ponorogo, 24 Agustus 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu kelanjutannya. Semoga sukses selalu, Bu Nur

24 Aug
Balas

Mtrswn pak...alhamdulillah...sdh punya kekuatan utk menuliskannya

25 Aug

Cerpen 1 ibu Nur, sangat menginspirasi pembaca: ilustrasi lt belakang mrnggambarkan kesederanaan yg begiti kuat efeknya. Mengingatkan kita yg berada pd masanya... ada kesan tegas, lucu, dan polos. Semuanya mengalir natural. Teruslah berkarya Bu Nur.

18 Oct
Balas

Alhamdulillah...sudah mampir di blog saya.terimakasih. siap follow saya

18 Oct



search

New Post