kau yang tidak perduli atau aku yang terlalu ingin diperhatikan (tantangan ke 7)
Masih teringat cerita Rina semalam, saya sempat terfikir untuk menyampaikan problem yang dialaminya kepada kakak pembina, namun tentunya saya akan menunggu kedatangan Rina lagi kerumah. Harapannya dalam dua hari kedepan dia mengunjungi saya lagi, namun dua hari berlalu Rina tidak datang, sepekanpun berlalu bahkan sudah hampir satu bulan berlalu saya tidak lagi didatangi, namun saya masih mengingatnya saya sempatkan ke asrama rencana ingin mengunjunginya namun saya juga tidak menjumpainya. Assalaamu alaikum saya mengucap salam sambil mengetuk pintu kamar kakak pembina Rina, terdengar sahutan dari dalam waalaikumussalaam, sebentar ya,, ucap kakak pembina dari dalam kamar.
Kreeeeek suara pintu dibuka, agak tampak wajah heran diraut wajahnya kakak! Silahkan masuk kak, maaf saya kirain tadi adek-adek kak, duduk kakak, sini dek sambil mengajak anak saya agar mau mendekatinya. Kakak mau nanya sesuatu boleh dek? Tanyaku, silahkan kakak, apa ya kak kayaknya serius kali kakak ni tidak seperti biasanya.... sambil tersenyum Ruri (nama kakak pembina) membalas pertanyaan saya. Dek Rina sakit ya... beberapa hari ini tidak ikutan IMTAQ, kenapa ya dek? Teman-temannya kakak tanya katanya dia pulang ya?. Itulah kak kami juga tidak tahu apa masalahnya kak, apakah dia jadi di skors atau dia pulang karena sakit tanpa ada informasi ke asrama k sekolah juga kak, jawabnya.
Sejenak saya diam sambil berfikir apakah saya menyampaikan kondisinya ya sama Ruri? Banyak pertanyaan yang muncul saat itu, tapi dengan niat membantu sedikit saya mencoba menyampaikan apa yang sudah Rina ceriatakan ke saya sebelumnya. Sambil menutup mulut dan mengucapkan astagfirullah Ruri menyampaikan rasa penyesalannya karena tidak berusaha mendekati Rina, menurutnya Rina yang suka membuat masalah selama ini karena tidak mau di atur dan tidak suka sama kita para pembina, makanya kita membiarkan dan kurang memperhatikan persoalan pribadinya kak. Baiklah kakak nanti coba saya menghubungi Guru BK-nya di sekolah dulu kak, biar kita hubungi kelurganya kak.
Selang beberapa hari saya mendapatkan kabar dari Kak Ruri kalau Ibunya Rina dirawat di rumah sakit, dan Rina harus gantian dengan kakaknya untuk jaga adek-adek dan ibunya yang terbaring sakit di rumah sakit. Terasa perjuangannya yang sekarang sudah kelas tiga seharusnya Rina bisa fokus belajar, namun beban yang dimilikinya ternyata membuatnya harus memilih. Karena perasaannya tidak tenang dan tidak nyaman ketika berada di sekolah, sementara dia memikirkan ibunya yang sakit, yang harus menjaga adek-adek siapa? Yang merawat ibu siapa? Kepergian ayahnya meninggalkan ibunya menambah beban fikiran Rina.
Saya mencoba mencari waktu yang tepat untuk menjenguk Ibunya dengan mengajak adek-adek pembina ke rumah sakit, sesampainya di ruang dimana ibu Rina dirawat kita langsung melihat Rina yang duduk disamping tempat tidur ibunya. Spontan Rina berdiri dan mendekati kita, sembari menyalami kita, kakak maaf ya kak tak sempat pamit sama kakak ucapnya ke saya dan adek-adek pembina, pamit kenapa dek? Kata Zakiyah salah satu kakak pembina di asrama sekolah Rina belajar, kakak kayaknya Rina tidak lanjut lagi belajarnya kak, kata Rina kemudian Rina diam. Sudah Rina nanti kita bicara ya dek ucap Pro ke Rina. Ayo kita ketempat ibu dulu dek, kita sapa ibu dulu nanti kita cerita-cerita lagi ya,,, sudah jangan sedih nanti ibu ikutan sedih juga lanjutku. Iya ayo kakak ke tempat ibu. Sambil menuju tempat tidur ibunya, terdiam dan hanya memandangi kami saja, sambil menyapa gimana keadaannya ibu? Sapa Pro, Rina menjawab kakak ibu tidak bisa ngomong kakak ibu hanya diam saja dan tidak bisa ngapa-ngapain kakak. Kemarin ini ibu sakit kanker rahim kakak, terus sudah operasi, terus kata dokter ada gumpalan dihati Rina kurang tahu juga kakak apa namanya, apakah juga termasuk kanker atau tidak kak? beberapa kali sudah operasi kakak, tapi belum sembuh, kemarin ini ibu biasa saja kakak berbicara hanya wajahnya saja yang agak menghitam gitu kak. Kakak doain ibu ya,,, Rina bercerita sambil menangis. Betapa saya ingin membantu meringankan bebannya namun saya juga bingung bagaimana caranya.
Tiba-tiba Ruri mendekati Rina dengan mengelus-elus kepalanya sembari berkata sabar ya dek, semua kita pasti di uji oleh yang Maha Kuasa, ujiannya sesuai dengan kemampuan hambanya dek, Allah memberikan cobaan ini kepada Rina karena Rina bisa melewati Ujian ini dek. Betul Rina yang sabar ya dek. Iya kakak, tapi rina tidak tahu mau bercerita kesiapa kakak, ayah juga tidak pernah datang kak. Kakak faham betapa Rina pengen sekali ada ayah di dekat Rina saat ini bisa berbagi suka duka. Tapi walau bagaimanapun ayah, Rina harus tetap hormat dan sayang sama ayah yaaa. Doakan terus semoga ayah diberikan kekuatan untuk menjalankan kewajiabannya sebagai ayah dari anak-anaknya dan bertanggung jawab, dan untuk kesembuhan ibu ya dek. Kita datang kesini pengen sekali mengajak Rina balik kesekolah, tapi kondisi Rina belum memungkinkan, biar nanti kakak coba sampaikan ke pihak sekolah ya dek, ucapku sambil menutup pembicaraan, dan meminta izin untuk pamit kepada ibu Rina. (bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut...salam kenal n salam literasi
Lanjut...salam kenal n salam literasi
Bikin penasaran...ayooo lanjutt