Nur Aisyah

nama: Nur Aisyah Lubis Pekerjaan: Guru Tempat dan tanggal lahir : Adianjior, 22 November 1986 ...

Selengkapnya
Navigasi Web
menyemai ibroh dari tangannya

menyemai ibroh dari tangannya

Menyemai ibroh dari tangannya

Pagi itu beliau berjalan di sekeliling rumah, beliau berjalan perlahan-lahan dan terkadang beliau berhenti dan menarik nafas, terkadang beliau duduk untuk berhenti dipinggir rumah menyenderkan badannya kedinding rumah, saya memperhatikan beliau dari jendela rumah raut wajahnya yang sudah keriput terlihat raut wajah yang penuh tanda tanya dan keresahan, hmmm saya berfikir kenapa dan apa yang beliau rasakan?Saya tidak mendekatinya saat itu, saya memperhatikan apa yang hendak beliau lakukan, beliau kemudian duduk di tanah sembari mencabut rumput-rumput kecil disekitar kakinya.

Saya semakin penasaran kenapa beliau mencabut rumput-rumput kecil itu, beliau memegang biji-biji mangga, dan menanamnya diarea rumput yang sudah beliau cabut, beliau berjalan susah untuk duduk dan berdiri juga susah. Saya mendekatinya dan bertanya,ayah ngapain? Beliau tersenyum dan menjawab, ayah bosan duduk saja dirumah, kemudian saya melihat matanya berbinar-binar, saya semakin penasaran kenapa ayah menangis, lalu ayah menjawab: nak ayah semakin tua, ayah sudah tidak bisa bermain main dengan kalian, ayah sudah tidak bisa membawa kalian jalan-jalan, ini ayah lakukan mudah-mudahan nanti tumbuh bisa dimanfaatkan beliau mengikuti perkatannya dengan sya’ir ini:

من يزرع يحصد

Artinya: Barang siapa yang menanam pasti akan memanen

Saya mengajak ayah kembali kerumah dan memberikan beliau minum, sembari beliau minum saya memperhatikan wajahnya tanpa terasa air mata saya menetes, mengingat ayah yang sudah tua, anak-anak yang sudah dewasa dan sudah punya aktifitas masing-masing, sudah semakin menjauh dan jarang mengunjungi ayah. mungkinkah ayahku pengen diajak jalan-jalan?, mungkinkah ayah ingin selalu bersama kita? Tanya itu berlabuh dibenakku, sesudah sholat zuhur pada waktu itu saya mengingat kembali apa yang dikatakan ayah pagi itu. Teringat akan wajahnya, saya minta izin kepada ayah untuk kembali ke Jakarta hari kamis depan lima hari lagi, karena saya masih kuliah di semester tiga.

Hari berlalu begitu cepat tak terasa malam ini saya harus berangkat menuju bandara agar sampai tepat waktu kamis sebelum jam 6 pagi, malam itu ayah mengantarku ke mobil travel yang akan saya tumpangi, beliau mengantar saya dan tidak meninggalkan mobil sampai mobil itu berjalan, sembari melambaikan tangan ayah terus mengikuti mobil itu berjalan dengan langkahnya yang sudah tertatih.

Saya berangkat meninggalkan ayah, namun banyak hal yang membuat saya selalu mengingat ayah, selama perjalanan saya menangis mengingat ayah, seakan beliau tidak tega ditinggal, sesampai dibandara saya bertekad untuk kembali secepatnya saat kuliah saya libur.Sayapun kembali keaktifitas rutin saya dikampus saya kuliah sebutlah nama kampusnya LIPIA, masuk jam 07.00 Wib sampai jam 12.00 Wib lima hari dalam sepekan,

Setelah olahraga pagi ini, saya menelpon ayah,setelah beliau menjawab salam saya,saya bertanya: ayah sehat ayah? Beliau menjawab alhamdulillah ayah sehat, beliau bertanya sudah makan nak? Saya tidak kuat menjawab pertanyaan itu saya tahan suara saya agar beliau tidak tahu kalau saya menangis saat itu, sudah ayah, saya baru slesai olahraga ayah jadi masih ngosngosan. Ayah sudah makan? Tanya saya, beliau menjawab ayah belum lapar nak jawabnya, ayah makanlah ini sudah jam berapa ayah? Dengan nada kesal saya memaksa ayah agar segera makan, beliau tidak menjawab saya. Ayah sudah ya saya mau mencuci baju dulu ayah, nanti ayah makan yaa, beliau bilang ya, saya tutup dengan salam.

Ayah sakit kata adek saya menelpon, saya diam dan merenung, kenapa? tadi ayah tidak bilang ketika saya menelpon. Adek saya biasanya kita panggil dengan sebutan as dia anak bungsu dikeluargaku, ayah tidak mau nanti kakak sedih, kakak jauh katanya, ayah saya tinggal didesa kecil di madina (mandailing natal).

Terkenang sikapnya yang selalu tenang, Ayah kenapa engkau selalu menahan sakitmu dan menyimpannya sendiri? Saya merasa banyak keinginannya yang belum bisa diwujudkan, banyak dukanya yang belum bisa diobati, pengorbanannya belum bisa dibalas, ayah... maafkan saya betapa engkau ingin saya selalu bahagia, tanpa memikirkan kebahagiaanmu, badanmu yang dulunya kekar dan kuat kini sudah semakin renta dan melemah, kadang engkau tidak memiliki uang karena uang yang engkau miliki sudah engkau berikan kepadaku atau saudara-saudaraku, maafkan kami ayah.

Secarik rumput yang engkau cabut disekeliling rumah waktu liburan kemarin mengajarkanku bahwa selemah apapun kita pasti ada hal yang bermanfaat yang bisa dilakukan, tanaman yang kau tanam disekeliling rumah kini berbuah dan kami menikmatinya, engkau mengajarkan kepada saya bahwa jadilah orang yang selalu berbuat baik, walaupun engkau tidak dapat menikmati hasilnya secara langsung. Terima kasih ayah mudah-mudahan ilmu ini bermanfaat, tanam satu kebaikan akan menghasilkan beribu amal jariyah,

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadi takana lo uni yo apa uni syah..mdh2an apa yg di berikan org tua kita akan mengalir pahalanya sampai kapanpun .

04 Mar
Balas

Sediih.....teringat juga dengan almarhum ayah....alfatihah untuk ayah kita...

04 Mar
Balas

semoga menjadi amal buat mereka ya k

04 Mar

Sedih kak.... Semua yg dilakukan ayah utk kita semoga mjd pembuka rahmat Allaah utk beliau

04 Mar
Balas

Semoga apa yang ditanam bermanfaat Dan semoga almarhum kakek di terima di sisi allah amiin

06 Mar
Balas



search

New Post