Sepeda yang ditunggu-tunggu (tantangan ke 5)
Sepeda yang ditunggu-tunggu
Sudah lebih dari dua bulan berlalu seluruh negara dibelahan Dunia ditimpa wabah Covid-19, akankah hal ini dapat menyadarkan manusia akan penciptanya?. Disini saya ingin bercerita tentang sebuah keluarga yang tinggal disalah satu kota kecil di Sumatera Barat. Selama beberapa pekan belakangan keluarga kecil ini hanya berkumpul dirumah tanpa bisa pergi jalan-jalan dan keluarga bersama, karena di kota kecil tempat mereka tinggal sedang diberlakukan PSBB (Pembatasan sosial Berskala Besar).
Kisah ini berawal ketika anak pertama Bapak Ahmad meminta di belikan sepeda, bunda belikan abang sepeda yang besar ya Bunda? Kata si Abang, spontan Bundanya menjawab nak uang bunda belum cukup, nanti kita belikan ya saat uangnya sudah cukup, si Abang mengusulkan sebuah ide, Bunda bagaimana kalau kita buka dulu celengan abang, pasti sudah banyak Bunda karena sudah berat kali. Hmmm baiklah nak nanti kita buka sama-sama ya...jawab bunda saat itu
Keluarga kecil ini terdiri dari ayah, bunda dan 3 orang anak laki-laki. Anak pertama si bunda namanya Nabil, anak keduanya Izzi dan yang paling kecil namanya Rayyan. Beberapa hari berlalu celengan si abang Nabil belum juga di buka, malam itu si abang Nabil dan Izzi mendekati ayah dan bunda dengan masing-masing membawa celengan, mereka serentak meminta agar celengannya segera di buka. Sesudah celengan dibuka dan dihitung jumlah uangnya ternyata banyak juga isinya, dalam hati bunda menyampaikan terima kasih ya Allah alhmdulillah....
Besok ayah berencana ingin ke pasar menanyakan harga sepeda, ketika bangun pagi si Abang tidak sabaran lagi untuk dibelikan sepeda, ayah kapan ayah pergi beli sepeda abang? Kan uangnya sudah ada? Belum cukup ini nak? Nanati ayah tanya dulu kepasar ya... abang tidak boleh ikut karena sedang corona pak Polisi tidak membolehkan orang yang naik motor boncengan, nanti disuruhnya turun bang. Baiklah kata Nabil tanpa mempertanyakan hal itu lagi karena memang sudah kurang lebih dua bulan ini kami hanya di rumah saja.
Sepulangnya ayah dari pasar, mana sepedanya ayah? Langsung ditanyain sama nabil, ayah menjawab besok ayah tanya ke Bukit Tinggi dulu ya nak. Disini mahal sekali harganya, emang berapa ayah? Kan uang abang lebih dari satu juta ayah? Dengan wajah kesal dan sedih mata siabang mulai berbinar-binar dan meneteskan butiran-butiran air mata setetes demi setetes. Abangpun menangis, si Bunda terlihat mendekati Nabil dan menyampaikan besok ya nak Ayah ke Bukit Tinggi belikan abang sepeda, mungkin disana lebih murah dan bagus. Bunda janji akan bujuk Ayah dan tambahkan uang Abang, kita harus sabar nak, karena tidaksemua yang kita nginkan langsung bisa kita dapatkan, abang kita harus bersyukur Abang masih bisa pakai sepeda kecil ini, sembari Bunda menunjukkan sepeda kecil si Abang. Sambil membujuk Nabil diam Rayyan mendorong sepedanya mendekati Nabil ini Abang pakailah nanti adek pinjam lagi tapi ya abang? Sambil meninggalkan Nabil dan Bunda adek berlari.
Saat yang sangat mendebarkan bagi si Abang menunggu kedatangan Ayah dari Bukit Tinggi dengan sepeda barunya. Menunggu di pinggir jalan Nabil duduk sambil menunggu Ayah, sepedapun tiba si Abang langsung mendekati Bunda dan menyampaikan terima kasih Bunda sembari memeluk Bunda dan menghampiri Ayahnya ke motor sembari memeluk dan meyampaikan terima kasih ayah. Setelah sepeda diturunkan langsung Nabil menaiki sepeda tersebut, tersirat kegembiraan dan kebahagiaan yang dirasakan si Abang dari wajahnya yang berseri-seri.
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini adalah harapan akan bisa jadi nyata jika usaha dan doa sudah dibarengkan maka kita hanya tinggal menunggu Izin dari Allah swt, jika Allah sudah mengizinkan maka semua akan terwujud. Sebagai orang tua kita tidak boleh memberikan janji yang ternyata sulit untuk dilaksanakan karena jika hal yang dijanjikan tidak bisa diwujudkan maka hal ini membuat anak mencontoh bahwa janji hanya tinggal janji dan orang tua yang suka berjanji tanpa berusaha mewujudkannya akan dianggap pembohong, orang tua harus jujur dengan keadaan yang dialami dan menyampaikan alasan yang tepat jika belum dapat mewujudkan janjinya pada saat yang dijanjikan karena akan mengajarkan anak peduli dan mengerti kondisi, namun orang tua harus berusaha memberi alasan yang tepat bukan mengada-ada dan memang berniat untuk mewujudkan janjinya. Semoga bermanfaat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waw keren ceritanya bu,sukses selalu,jangan lupa follow akun saya ya