Nurani Ike

I wanna be what I wanna be...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dalam Kumparan Waktu
canva.com

Dalam Kumparan Waktu

Wajah-wajah sumringah para pegawai terpancar jelas di depan mataku. Mereka tampak bahagia saat menerima amplop berisi upah mereka. Satu per satu berlalu dari hadapan kasir. Namun, dari kejauhan bisa kulihat dan rasakan kebahagiaan itu. Sebuah pemandangan yang cukup bisa membuatku ikut behagia. Setidaknya, pandemi Covid-19 masih bisa menyisakan senyum yang terkembang di bibir mereka. Ucapan terima kasih berkali-kali diucapkan.

Aku kembali pada aktivitasku. Aku memang diberi ruang tersendiri di perusahaan ini. Perusahaan ini bergerak di bidang supply bahan bakar untuk PLN. Bila perusahaan kami terlambat memenuhi kebutuhan batubara, sudah dapat dipastikan aliran listrik akan terhenti. Bisa dikatakan, kami mempunyai andil yang besar terhadap kelangsungan hidup negara ini.

"Pak, saya mau melaporkan pembayaran gaji dan upah karyawan. Semua sudah tersalurkan. Tinggal ditandatangani oleh Bapak." Asri yang bekerja di bagian kasir melaporkan hasil pembayaran gaji dan upah para karyawan.

"Oke. Tinggalkan saja berkasnya," pintaku.

"Ya, Pak. Oya, ini gaji Bapak." Asri menyodorkan amplop yang tentunya berisi 'gajiku'.

"Terima kasih," jawabku sambil mengambil amplop yang ada di hadapanku. Kuambil selembar uang seratus ribuan, lalu kuambil amplop dan memasukkan uang itu dan kusodorkan padanya, "ini buat kamu."

Asri tampak terkejut melihatnya. Dia ragu untuk mengambilnya.

"Untuk apa, Pak?" tanyanya demi melihat keyakinanku saat menyerahkan uang itu.

"Ambillah. Belikan anak-anakmu kesukaan mereka. Sesekali boleh 'kan aku berbagi dengan karyawanku? Karena kamu dan karyawan lainlah perusahaan ini masih bisa bergerak meski tertatih. Kamu juga sudah berlelah-lelah menghitung upah dan gaji untukku dan karyawan lain."

Dia tampak terharu. Diambilnya amplop yang ada di atas meja. Ucapan terima kasih meluncur dari bibirnya. Senyumnya pun mengembang.

***

Kuambil telepon genggamku. Kufotokan bukti transferan gajiku, lalu kukirimkan ke istriku.

"Aku minta maaf ya, Dik. Gajiku bulan ini segini." Kutuliskan permintaan maaf karena hasil kerjaku di bulan ini mungkin saja tidak bisa mencukupi kebutuhannya dan anak-anak.

Lama kiriman fotoku tidak dibacanya. Kuletakkan hpku di atas meja. Aku pun bersiap untuk kembali ke mess. Ya, mess. Tempat ini adalah rumah keduaku. Aku dan Latifah hidup berjauhan. Kami tinggal di pulau yang berbeda. Karena pekerjaanlah yang membuat kami harus menjalani kehidupan seperti ini. Namun, selama ini Latifah memang menerima apa saja yang aku berikan. Sejak pancemi Covid-19 ini, aku tidak bisa pulang dengan leluasa. Banyak aturan yang wajib ditaati. Tak mengapa bila itu harus dilakukan, toh aturan itu juga demi keselamatan kami, para warga negara.

***

"Alhamdulillah. Tidak apa-apa, Mas. Kebahagiaan para karyawan lebih utama. Mensyukuri hasil yang kita terima, pasti akan ditambah oleh Allah. Oya, Kakak dapat peringkat 1 di kelasnya. Semua berkat doamu."

Sesampai di mess. Kubuka pesan WA dari istriku. Aku tersenyum demi melihat balasan pesanku di WA. Kupandangi foto istri dan anak lelakiku. Senyum mereka adalah pengobat lelahku sore ini. Kubalas ucapan syukurnya atas kiriman uang dariku dengan mengamininya.

Kulihat kembali bukti transfer gajiku untuknya. Tertera angka Rp1.000.000,00. Kuucap rasa syukur yang dalam kepada Sang Pemberi rezeki. Aku masih mendapat 'sisa' gaji setelah semua karyawan mendapatkannya. Kukembangkan senyum sembari menatap langit biru malam ini. Rembulan bersinar dengan terang.

Benar apa yang dikatakan oleh istriku. Kalau aku bersyukur, Allah akan menambah nikmatku. Sungguh kenikmatan yang luar biasa ketika aku menemukan belahan jiwa seperti dirinya.

Meskipun dalam kumparan waktu yang tak tentu, aku masih menyelipkan doa terbaikku untuk bisa bertemu dengan kekasihku, pendamping hidupku hingga akhir hayatku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wissss...Top...di kumparan waktu...Mantap Mom

12 Oct
Balas

hehe,,woeeee

13 Oct

Terharu..... Istri salehah.....

12 Oct
Balas

terima kasih Bu

12 Oct

Bersyukur mmbuat hidup kita tenang, Cerita penuh inspirasi.

12 Oct
Balas

siap, ngelmu terus pokmen

12 Oct

Gaji seberapa pun ....kita tetap bersyukur ya Bun?Tetap wholes aja....Alhamdulillah

13 Oct
Balas

belajar dari para tokoh Bu

14 Oct

Istri sholehah adalah perhiasan dunia. Terharu membacanya. Salam literasi.

12 Oct
Balas

Bikin tenang ya Bu

12 Oct

Mempesona. Mantab ceritanya bu.. Sukses selalu.

12 Oct
Balas

terima kasih Bapak

12 Oct



search

New Post