Nurani Ike

I wanna be what I wanna be...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kala Senja Menyapa Malam
canva.com

Kala Senja Menyapa Malam

Orang-orang tampak berjubel memadati kantor kelurahan. Mereka sedang mengantre untuk mendapatkan bantuan sembako. Tampak Mak Ruwiyah dan anaknya, Anto, berada di tengah kerumunan. Meskipun aturan tidak boleh berkerumun selama pandemi Covid-19 digembar-gemborkan, tetap saja orang-orang yang butuh makan ini nekad. Bukan tanpa alasan memang jika bergulat dengan urusan perut, apa pun akan diterabas, begitu pula dengan keselamatan diri.

Mak Ruwiyah dan Anto merangsek ke barisan penerima bantuan langsung itu. Teriknya mentari tidak membuat semangat Mak Ruwiyah berkurang. Tidak dia pedulikan lagi kulitnya yang akan bertambah legam karena sengatan sinar matahari. Apalagi berbicara tentang sinar ultravioet, mana dia peduli. Bahkan mungkin dia tidak tahu apa itu sinar UV dan efeknya untuk kulitnya. Satu hal yang penting dalam benaknya adalah mendapatkan sembako dari pemerintah sebagai bantuan saat pandemi terjadi.

*** 

"Mak, tadi dapat apa saja?" tanya Anto penuh rasa ingin tahu.

"Ya ini Mak langsung masakkan buat kamu ya."

Mak Ruwiyah melihat Anto menganggukkan kepalanya. Dalam benaknya dipenuhi rasa bahagia karena dia dan keluarganya mendapat bantuan dari pemerintah. Dalam kondisi yang serba sulit ini, dia dan keluarganya seperti mendapat durian runtuh. 

"Hmmmm harum sekali Mak. Masakan Mak bikin aku lapar. Aku pengen makan sekarang," rengek Anto.

"Ya, tunggu sebentar, Mak siapkan dulu piring dan nasinya. Mana bapakmu? Coba panggil dia, biar kita bisa makan bersama."

Tidak menunggu lama, Anto pun berlari ke luar rumah. Dia mencari bapaknya yang sedang mencangkul tanah di kebun belakang rumahnya. 

"Pak, makan dulu."

Pak Hamdan menghentikan aktivitasnya dan bergegas mengikuti ajakan Anto, anak semata wayangnya. Anto tampak tidak sabar untuk segera menikmati masakan maknya yang sungguh menggugah selera makannya. Bahan makanannya baru dia ambil tadi di kelurahan bersama maknya.

"Masak apa Mak hari ini? Sampai-sampai Anto begitu antusias?"

Mak Ruwiyah tersenyum. Senyum yang tak biasa yang dia lemparkan ke suaminya. 

"Biasa kok, Pak. Bukan masakan istimewa."

"Terus, kenapa Anto begitu sangat ingin makan makanan itu? Sampai-sampai ngiler."

Mak Ruwiyah lalu bercerita kalau tadi siang dia dan Anto ke kelurahan untuk mengambil bantuan sembako dari pemerintah. Bantuan itu diberikan bagi para warga yang terdampak pandemi Covid-19. Setelah sampai di rumah, Mak Ruwiyah membongkar bungkusan plastik hitam yang berisi sembako tadi. Di dalamnya ada satu kaleng sarden, satu bungkus ikan asin, dan minyak goreng. Sampai di rumah Mak Ruwiyah dipaksa Anto untuk memasak bantuan sembako tadi. Mak Ruwiyah memasak ikan asin yang diberi tepung. Dia juga menanak nasi lagi supaya nasinya pas hangatnya kalau dimakan dengan lauk ikan asin tepung. Harumnya ikan asin bertepung itulah yang sangat menggugah selera makan Anto. 

Pak Hamdan dan Mak Ruwiyah memandangi Anto yang sedang makan nasi berlauk ikan asin tepung itu. Dia tampak lahap dan sangat menikmati.

"Oalah, gereh to?" gumam Pak Hamdan.

Mak Ruwiyah hanya tersenyum. Dia tidak ingin meremehkan kehadiran "gereh" bantuan dari pemerintah itu. Dia tahu seberapa besar kemampuan pemerintah untuk membuat bahagia warga negaranya. Meskipun dia hanyalah perempuan lulusan SMP, dia tahu persis bahwa dia harus tetap bersyukur saat diberi bantuan berupa sembako, sekali pun itu berupa ikan asin. Di tengah kekalutan pikiran dan kegundahan hatinya, dia masih menyelipkan ucap syukur kepada Sang Maha Pencipta. Suaminya yang kini hanya bisa mengandalkan kebun belakang rumah  agar dapur tetap mengepul, membuatnya harus pandai-pandai mengubah suasana hati suami dan anaknya. Pandemi Covid-19 sudah membuat suaminya harus di PHK dari pabrik tempatnya bekerja selama puluhan tahun. 

Nasi hangat dan 'gereh' tepung keluarga Mak Ruwiyah telah mengantarkan senja yang ingin menyapa malam. Begitu damai terasa di dada.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yg menarik. Menggambar konsisi sebagian besar masyarakat saat ini. Sukses selalu Bu

16 Oct
Balas

Terima kasih, sedang belajar memotret fakta

16 Oct



search

New Post