RAHASIA BELUKAR
TAGUR_53
cerita Anak
Rahasia Belukar
***
6. Tak mau pulang
Setelah mengakhiri pembicaraan dengan ibu mertuanya, mama mondar-mandir sambil menggenggam ponsel.
Papa yang sejak tadi melihatnya ikut pusing, apalagi mendengar desis tak jelas dari mulut istrinya.
"Ma, duduk sini. Kenapa? Dari tadi mondar-mandir, bikin mata papa sakit aja." Sang suami mencoba menenangkan istrinya.
"Papa gak ngerti apa?" Wanita cantik itu tampak kesal, memang lelaki tak peka.
"Kalau kita kesana juga percuma, tau sendiri sifat putrimu, nurun siapa ya?" canda Papa.
"Kalau gak nurun papa, ya nurun mama, masa nurun tetangga?" Lagi-lagi papa dapat semprotan.
"Sabar...sabar, jangan marah-marah, cepat tua." Kembali sang suami mencandainya.
Wanita cantik itu mengerucutkan bibirnya, sang suami hanya tersenyum tapi dalam hati tertawa geli.
"Persis anaknya," gumam papa.
"Gimana dong, Pa?" tanya Mama sambil menghela nafas.
"Udah jangan khawatir, Ria kan dokter, percaya juga sama Ibu, Jessy pasti baik-baik aja." Papa berusaha menenangkan istrinya yang mulai meneteskan air mata.
"Sebentar lagi kita telpon lagi, di sana kan ada Junior," kata Papa sambil mengelus punggung istrinya.
Orang tua mana yang tak khawatir mendengar anaknya sakit, apalagi berjauhan.
Perkataan suaminya membuat dirinya lebih tenang, lalu mengusap air mata di pipinya.
***
Sehabis minum obat Jessy kembali tertidur sehingga Oma bisa memasak.
Junior dan Geo tak kemana-mana, padahal kakinya sudah gatal ingin mengayuh sepeda.
Teman-teman Geo mengajak mereka bersepeda di bukit, tapi karena Jessy sakit, Oma tak mengizinkan.
Bosan main game, mereka nonton TV, kalau acaranya tidak menarik, mereka bermain sepeda di halaman. Begitu terus, untungnya ada Geo jadi Junior tidak terlalu kesepian.
Oma masuk kamar melihat Jessy masih tertidur, disentuhnya dahi sang cucu.
"Sudah dingin," gumam Oma bersyukur.
Bulu mata Jessy bergerak pelan seperti kipas bergoyang.
Oma duduk di tepi ranjang sambil mengelap keringat di dahi gadis kecil itu.
Jessy mendongak sambil memicingkan mata, lidahnya membasahi bibirnya yang kering.
"Oma," panggilnya dengan suara serak.
Oma tersenyum, "Sudah bangun? Mau minum?"
Gadis kecil mengangguk lemah, Oma membuka tutup gelas dan menyodorkannya kebibir kecil Jessy.
Karena tenggorokannya kering, Jessy meneguk habis segelas air.
"Pahit," katanya sambil mengusap mulutnya.
"Mau minum susu atau teh manis?" Oma menawarkan, Jessy hanya menggeleng lemah.
"Mau pipis." Jessy membuka selimut, turun dari kasur.
Kepalanya terasa pusing, hingga dia kembali duduk.
"Kenapa? Pusing?" Oma memapah Jessy, membawanya ke kamar mandi.
"Oma, kakak mana?" tanya Jessy.
"Di luar, main sepeda," jawab Oma.
"Aku mau lihat," ucap Jessy lalu Oma memapah gadis kecil itu keluar.
"Duduk di sini dulu, Oma ambil mantel." Oma meninggalkan Jessy di ruang tamu.
Dari balik jendela dia memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh kakak dan sepupunya.
Sesekali dia tersenyum, melihat sang kakak belum bisa lepas tangan seperti Geo, bahkan sang kakak hampir terjungkal karena lepas tangan.
Saat Oma datang membawa mantel, gadis kecil itu sedang tertawa sambil melihat jendela kaca.
"Kenapa tertawa," tanya Oma lalu memakaikan mantel.
"Kakak gak bisa lepas tangan," jawabnya sambil tertawa, matanya tak lepas dari jendela.
Oma melihat keluar jendela dan melihat perjuangan Junior agar bisa bersepeda sambil tangan.
Oma hanya geleng-geleng kepala, "Ada-ada saja mereka ini, kalau jatuh gimana?"
"Minum susu ya." Oma menawarkan, Jessy menggeleng.
"Makan bubur ya?" Jessy kembali menggeleng.
"Sini, Oma urutin." Oma menyentuh punggung Jessy dan mulai memijit pelan-pelan.
Gadis kecil itu meringkuk dipangkuan Oma, pijitan demi pijitan membuat mata Jessy terpejam.
Junior membuka pintu dengan suara keras membuat Jessy terbangun.
"Kak, sini," panggil Jessy.
"Ke-kenapa," jawab Junior ngos-ngosan.
"Telponin Mama," pinta Jessy.
"Iya, tunggu. Kakak mau minum dulu."
Setelah minum, Junior mengambil ponselnya, dan menekan tanda hijau.
"Halo, Ma," sapa Junior.
"Adik gak apa-apa, Jun?" Mama malah bertanya.
"Baik-baik aja, dia mau ngomong sama Mama," jawab Junior lalu memberikan ponselnya pada sang adik.
"Halo, Ma." Jessy menyapa dengan suara parau.
"Ade masih sakit? Yang mana yang sakit?" Mama merasa cemas.
"Udah sembuh," jawab gadis kecil itu.
"Mama sama Papa boleh datang?"
"Ade, udah sembuh. Mama sama Papa hak usah datang." Jessy menggeleng.
"Iya, jangan main hujan-hujanan lagi ya," pesan Mama haru.
"Ma, maaf ya, tadi Jessy marah-marah sama Mama,"ucap Jessy pelan.
"Iya, Mama maafin. Udah minta maaf sama Oma?"
Jessy melihat sang Oma, tersenyum malu.
"Oma, maaf ya," ucapnya tulus.
"Mama sama Papa, sayang Jessy. Harus makan, minum susu terus minum obat," pesan Mama, Jessy mengangguk.
"Ya, udah kasih Oma. Mama mau ngomong," kata Mama, Jessy menyerahkan ponsel ke tangan Oma.
Pohuwato, 07 Mei 2021
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cernaknya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih kunjungannya pak
Cernak yang mengasyikan... Junior..Yessy semuanya keren..salam semangat Bunda cantik.
Terima kasih sudah berkunjung dan memberi semangat....
Keren Bun. Lanjut
Terima kasih hadirnya bu
Bagus cernaknya Bu cantik. Sukses selalu
Terima kasih apresiasinya bu Seir