Nur Arifah Rory

Nur Arifah Rory,S.Pd Lahir di Malang, 27 Maret 1968 Tempat Tugas : TK Bougenville Kab. Pohuwato Gorontalo...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEJUTA ASA YANG KELABU

SEJUTA ASA YANG KELABU

TAGUR_77

SEJUTA ASA YANG KELABU

NUR ARIFAH RORY,S.Pd

BAG. 14

Bagi Nathan waktu bergulir begitu cepat, tiba-tiba saja sudah jam empat sore. Papa sudah beberapa kali mengingatkan agar pulang tepat waktu, janji temu keluarga pada jam tujuh.

Kalau saja dia bisa menghentikan waktu barang sejenak atau kalau bisa meniadakan hari ini, agar tidak ada pertemuan keluarga.

Dia benci dirinya sendiri karena menjadi lelaki yang pengecut, tapi bagaimana lagi ini masalah hati yang tidak bisa dia kendalikan begitu saja.

Telpon dari mama mengingatkan, bahwa dia jangan melupakan pertemuan ini. Berulang kali ponselnya berdering, dia membiarkan benda itu meraung-raung, dia tak memedulikannya.

Nathan berdiri menatap pemandangan kota dari balik kaca tebal di kantornya, tapi semakin membuat kepalanya berdenyut. Dipijat keningnya, sambil menutup mata, tapi kenapa yang terbayang kejadian pagi tadi, dia menghela nafas kasar.

Nathan meraih ponsel dan kunci mobil yang tergeletak di meja kerjanya, merapikan jasnya lalu beranjak pergi. Tepat jam lima ketika dia berada di parkiran, ponselnya kembali berdering pasti dari mama yang tidak sabar, Nathan mengabaikannya.

Mau tidak mau dia juga harus menghadapinya,asuk ke mobil dan mengemudikannya dengan santai, tak perlu terburu-buru. Sebagai seorang lelaki dia tak ingin menjadi pengecut, apapun yang terjadi akan terjadi.

Hanya Tuhan yang tahu rancangan dalam hidupnya, bukan rancangan kecelakaan tapi rancangan hari depan yang indah.

Dalam hati Nathan berdoa, berserah pada kehendak-Nya, semua indah pada waktunya.

Rencana indah telah Kau siapkan

Demi masa depanku yang penuh harapan.

Semua baik, semua baik

Apa yang telah Kau perbuat di dalam hidupku

Semua baik, sungguh teramat baik

Kau jadikan hidupku, berarti

Nathan bersenandung mengikuti lagu yang diputar di mobilnya, untuk menenangkan hatinya yang galau tingkat dewa.

Ada ketenangan tersendiri setelah baris-baris syair lagu tersebut dinyanyikannya, pasti Tuhan sudah menyiapkan yang terindah dalam hidupnya.

Perjalanan pulang memakan waktu lama, selain macet Nathan sengaja mengulur-ulur waktu, siapa tahu sesampainya di rumah orang tuanya sudah berangkat.

Begitu mobil diparkir, mama menceramahinya dengan berbagai kata-kata mutiara, dia hanya bisa mendengarkan dari pada sang mama marah.

“Ayo, cepat mandi. Udah jam berapa ini? Dari tadi ditelpon-telpon tak diangkat.” Rentetan kata-kata mama bagai senapan mesin memuntahkan peluru.

Nathan melangkah sedikit tak menghiraukan omelan mama membuat wanita yang melahirkannya uring-uringan.

“Cepat, Kak! Dari tadi mama ngomel-ngomel, aku yang jadi sasaran,” gerutu sang adik saat berpapasan dengannya.

“Bawel,” ejek Nathan, gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal. Dari tadi telinganya penuh dengan omelan mama, walau bukan ditujukan padanya tapi kesal juga mendengarnya.

Nathan segera mandi, berendam dengan air hangat agar denyut dikepalanya segera menghilang.

Saat menikmati relaksasi dari air hangat, harumnya sabun aroma terapi yang dituangnya dalam bathtub, dikejutkan oleh gedoran pintu.

Mama di luar mondar-mandir tak sabar sambil sesekali mengetuk bahkan lebih ekstrim menggedor pintu kamar Nathan.

Nathan keluar dari bathtub, membilas badannya lalu memakai handuk. Keluar kamar mandi, lalu menyembulkan kepalanya.

“Sabar, Ma. Mau ganti baju dulu,” katanya sebelum mama mengomelinya, Nathan kembali mengunci pintu kamarnya.

***

Perjalanan menuju ke rumah Devina bagi Nathan seperti menuju tempat eksekusi, entah kenapa rasa takut mendominasi hatinya.

Dia benar-benar pengecut, buktinya sebagai seorang lelaki dia tak punya nyali untuk menolak. Sebenarnya dia lakukan karena baktinya pada orang tuanya, padahal ini zaman milenial masih saja orang tuanya berpikiran kolot seperti zaman Siti Nurbaya.

Mereka tiba di rumah Devina jam tujuh kurang lima menit, mereka disambut keluarga Devina dengan tangan terbuka. Ini sudah seperti ajang reuni, yang mereka ceritakan tentang masa lalu ketika mereka masih muda.

Devina tampak cantik dengan gaun simpel berlengan pendek, kulitnya yang putih nampak jelas terlihat kontras dengan warna navi gaunnya.

Pujian dilontarkan oleh mama dan Nia membuat Nathan sedikit memperhatikan, memang benar yang dikatakan mereka dia pun mengakuinya.

Setelah sambutan hangat terjadi di ruang tamu, kini mereka digiring ke ruang makan, hidangan mewah tersaji di sana. Perut Nathan dengan tak mau malu bersorak riang, sebab dari siang dia tidak makan.

Mereka makan dalam diam, hanya dua lelaki tua yang masih bernostalgia. Sambil makan sambil mengenang masa lalu mereka.

Setelah kenyang mereka kembali ke ruang tamu, inilah saat yang paling menakutkan buat Nathan. Mereka mulai membicarakan topik pertunangan yang membuat Nathan sakit kepala.

Nathan tak banyak bicara, dia tak ingin membuat orang tuanya malu. Mengikuti kemauan orang tua dulu, untuk masalah berikutnya biar dia akan pikirkan.

“Kita sepakat dua minggu lagi acara pertunangan akan dilangsungkan.” Suara papa yang berwibawa berdengung di kepala Nathan dan seakan menghentikan jantungnya.

“Kak, ditanya papa, tuh,” bisik Nia sambil menyikut sang kakak, Nathan tersentak dan tak tahu harus jawab apa? Pertanyaan saja dia tak dengar.

“Bagaimana menurut kamu?” Papa mengulangi pertanyaannya.

“Maaf, Pa?” Nathan menanyakannya.

“Tadi Devina sudah setuju dua minggu lagi kalian bertunangan, bagaimana menurutmu?”

“Kalau Nathan sih, terserah Papa,aja.”

Diskusi tentang pertunangan semakin panjang, sakit kepala Nathan makin panjang juga.

“Maaf, saya mau keluar dulu cari udara segar,” kata Nathan basa basi yang mendapat pelototan mamanya.

“Dev, temani Nathan keluar,” kata mama, membuat Nathan mengumpat dalam hati.

“Gak apa-apa, saya bisa sendiri,” ucap Nathan pada Devina padahal gadis itu sudah senang setengah mati, mendengar ucapan Nathan bagai bunga tak disirami.

Devina mengikuti langkah lelaki itu menuju taman depan rumahnya, tanpa kata mereka keluar.

Mereka hanya berdiri seperti patung, dengan perasaan masing-masing.

Seharusnya mereka bahagia tapi dua hati itu, merasakan hal yang berbeda. Nathan sebenarnya tidak inginkan pertunangan berlangsung, berbanding terbalik dengan Devina yang sangat menginginkannya.

Lama mereka berdiam diri disana, helaan nafas Nathan terdengar jelas bahwa dia keberatan melangsungkan pertunangan ini, itu membuat nyeri dihati Devina. Gadis itu bergumul dengan perasaannya yang tak menentu.

Dia mencintai Nathan tak salah kalau dia menginginkan pertunangan ini segera dilaksanakan, kalau bisa dia inginkan sekarang juga. Namun, disisi lain dia kecewa dengan sikap lelaki itu, yang acuh dengan pertunangan mereka.

Diam-diam diamatinya lelaki di depannya yang sedang berdiri tanpa kata, entah apa yang ditatapnya? Ada kecemburuan yang tak jelas dalam hati Devina, apa lelaki ini sudah punya kekasih? Sehingga tidak antusias dengan pertunangan mereka.

Apa ada hubungan dengan gadis yang dilihatnya di restoran tempo hari? Ah! Devina tidak ingin menerka-nerka yang belum pasti.

“Kamu tahu, aku tidak suka pertunangan ini.” Nathan mengungkapkan apa yang ada dikepalanya. Devina diam tak menjawab tapi ada ribuan jarum yang menghujam hatinya.

Betapapun dia berusaha untuk memahami lelaki itu, tapi tetap saja dia punya perasaan sakit yang tak bisa ditutupinya.

***

Pohuwato, 31 Mei 2021

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tuhan maha segalanya. Semangat Bu cantik. Sehat dan sukses selalu

31 May
Balas

Terima kasih supportnya bucan

01 Jun

Semua baik...semua baik, apa yg Tuhan siapkan semua baik Nathan...keren slm sukses sllu Bunda

31 May
Balas

Terima kasih say

01 Jun

Keren ceritanya. Semangat bun

31 May
Balas

Terima kasih hadirnya bu

01 Jun

Ada apa dengan Nathan dia tdk ingin tunangn dengan Devi. Keren bund. Lanjut. Sukses seldlu

31 May
Balas

Terima kasih Bunda kunjungannya

01 Jun



search

New Post