Nur Arifah Rory

Nur Arifah Rory,S.Pd Lahir di Malang, 27 Maret 1968 Tempat Tugas : TK Bougenville Kab. Pohuwato Gorontalo...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEJUTA ASA YANG KELABU

SEJUTA ASA YANG KELABU

TAGUR_85

Sejuta asa yang kelabu

Nur Arifah Rory,S.Pd

BAG. 20

Nathan ingin menjelaskan semua tentang gadis yang selama ini dicarinya, tapi sepertinya orang tuanya sedang tak berminat mendengar.

Papa menaruh koran yang dibacanya, tanpa kata berdiri dan berlalu begitu juga mama.

Nia balik lagi melihat sang papa sudah pergi dari ruang makan, padahal kelihatannya tadi ingin buru-buru pergi.

“Aku tahu yang Kak Nathan pikirkan,” celetuk Nia membuat Nathan tersedak kopi susu yang baru saja diminumnya.

“Sok, tau.” Nathan menyeka bibirnya dengan tisu.

“Emang, apa yang Kakak pikirkan?” Tak urung Nathan pun bertanya.

“Kakak, suka gadis itu, kan?” cecar Nia sambil menatap mata kakaknya yang terbelalak.

“Dia, Lovina temanku, kan?” Sekali lagi Nia bertanya.

Rasa-rasa tangan Nathan ingin menjitak adiknya bukan karena tahu tentang gadis itu, tapi Nia benar-benar sok tahu.

“Aku belum lama kenal dengannya, tapi emang sih, dia gadis yang baik.” Nia berkata lagi, sempat membuat hati Nathan bersorak senang.

“Sayangnya, dia udah punya pacar,” ujar Nia tanpa dosa sudah membuat hati kakaknya sakit.

Nathan menatap sang adik, ada rasa marah yang entah ditujukan pada siapa.

“Kamu tau dari mana?” selidik Nathan sambil memegang erat cangkir kopi susu ditangannya.

“Hmm, beberapa kali mergokin dia dijemput cowok ganteng,” jawab Nia nyaris membuat cangkir ditangan pecah.

“Kenapa? Kak Nathan juga gak percaya?” tanya Nia mencibir.

Nathan menggeleng sambil memadamkan api cemburu yang mulai membakar hatinya.

“Bukan gak percaya, mungkin aja itu kakaknya atau temannya.”

Nia terkikik, “Cembokur ya?”

“Apaan, sih,” elak Nathan, buru-buru menghabiskan kopinya dan pergi meninggalkan sang adik.

“Kak, tunggu! Aku ikut!” teriak Nia sambil menyeka mulutnya lalu mengejar sang kakak.

Seperti biasa, setelah menurunkan Nia di depan kampus dia menunggu sebentar sampai sang adik masuk.

Nathan melihat sang adik berpapasan dengan gadis yang mengendarai motor metic.

Sayangnya dia tidak bisa mendengar apa yang dipercakapkan mereka.

Ingin dia menghampiri dan bertanya bagaimana keadaan Lovina?

Nathan hanya dapat mengikuti mereka dengan ekor matanya, karena sang adik langsung duduk diboncengan dan mereka pun menjauh.

Lebih baik nanti ke rumah sakit menjenguk Lovina, tak perlu repot-repot bertanya pada mereka, pikirnya.

Nathan melajukan mobilnya menuju kantor, dia harus bertanggungjawab pada pekerjaannya.

***

Devina sejak pagi sudah berada di ruangan Nathan, menunggu lelaki itu dengan sabar.

Kalau bukan karena desakan orang tuanya bahkan orang tua Nathan, tak sudi datang seperti pengemis cinta. Devina mengepalkan tangannya, seperti tidak lelaki saja pikirnya kesal, tapi apa boleh buat hatinya tak bisa dibohongi dia memang sangat mencintai Nathan.

Walau lelaki itu tak sedikitpun memandang dirinya, cinta dihati Devina tetap diperuntukkan dirinya.

Devina menghela napas panjang, kalau saja hati ini cepat berubah mungkin dia tak berada di sini duduk dengan sabar menanti sosok tampan yang sama sekali tak mengharapkannya.

Saat pikirannya sedang melanglang buana, pintu ruangan terbuka berdiri sosok tinggi, tampan dengan berbalut jas gelap.

Aura dingin menyebar saat Nathan memasuki ruangan, Devina tersentak dan sempat terpana. Seharusnya Devina marah karena ditinggalkan di pesta pertunangan mereka, yang parahnya dia pergi menyelamatkan gadis lain sementara meninggalkan gadis calon tunangannya.

Banyak mata memandangnya dengan rasa iba dan ada juga yang terang-terangan memandangnya hina, tapi anehnya Devina dengan mudah melupakannya.

“Than,” panggil Devina mesra, Nathan menatapnya tak suka.

“Ada apa? Kenapa kamu datang kesini?” Pertanyaan tanpa bekas kasihan begitu saja meluncur dari bibir Nathan.

“Anu, aku hanya ingin bertemu denganmu,” jawab Devina gugup, demi Tuhan kenapa dia serendah ini, Devina merutuk dalam hati.

Nathan tak menjawab, dia menyampirkan jasnya disandarkan kursi lalu duduk memeriksa dokumen yang tertumpuk di atas meja.

Devina mematung di sana, seperti barang tak berguna bahkan seakan gadis itu tak terlihat.

“Kamu tak ingin menjelaskan padaku, tentang kejadian tadi malam?” Devina memberanikan diri bertanya.

Nathan mendongak, “Apa yang harus aku jelaskan?”

“Dasar, cowok tak berperasaan,” gumam Devina, ingin rasanya memukul lelaki di depannya yang dengan tak berperasaan membiarkan dirinya.

Nathan kembali mendongak, dia tak suka dikatakan tak berperasaan, walaupun dia membenarkan perkataan Devina.

“Seharusnya kamu marah dan memutuskan hubungan ini,” ucap Nathan tegas, semakin menambah sakit hati Devina.

Mata cantik Devina mulai berkaca-kaca, seharusnya dia memang tak perlu repot-repot datang ke tempat ini kalau hanya untuk disakiti.

Kenapa juga dia harus menuruti permintaan orang tua mereka, jelas-jelas Nathan tak mencintainya.

“Maaf, Dev,” ucap Nathan membuat hati Devina berharap, mungkin lelaki itu sudah menyesal telah menyakitinya.

Hati yang melambung, langsung dijatuhkan sedalam-dalamnya begitu mendengar perkataan lelaki tak berperasaan itu, “Lebih baik kita akhiri saja hubungan ini, supaya tidak ada lagi yang tersakiti.”

Kalau mau jujur Devina membenarkan perkataan Nathan, lambat laun dia bisa move on, tapi bagaimana dengan keluarga mereka?

Belum sempat dia menjawabnya, di depan pintu berdiri sosok lelaki paruh baya dengan tatapan marah.

“Siapa yang berani mengakhiri hubungan ini?”

“Pa, ini masalah kami,” bantah Nathan, membuat sang papa murka.

“Beraninya, kamu!” Devina berusaha melerai keduanya.

“Om, sabar, kita sedang bicara baik-baik.”

“Kamu, gak usah bela dia, anak tak tau diri, bikin malu orang tua!” teriak papa marah.

Pohuwato, 08 Juni 2021

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bunda cerpennya sukses selalu

15 Jun
Balas

Cerpen yang menawan. Sukses selalu Bunda

19 Jun
Balas

Ditunggu postingan yang baru bunda, oks sukses selalu

02 Jul
Balas

Woow. Cerpennya bagus.

08 Jul
Balas



search

New Post