3 Pola Pengasuhan Yang Wajib Diketahui Oleh Orangtua
Orangtua yang belum memiliki kematangan dalam pola pengasuhan mengakibatkan anak mengalami pertumbuhan yang kurang baik, baik pertumbuhan otak, fisik, motorik, dan bakat. Semua anak terlahir dengan keadaan pintar, maka kalimat anak itu 'bodoh' tidaklah benar. Anak bodoh disebabkan kesalahan pola asuh yang dilakukan oleh kedua orangtuanya itu sendiri, dari Mulai kurangnya gizi, stimulasi, dan komunikasi yang disampaikan kepada anak tidak tepat.Maka dari itu, penulis ingin membahas tiga pola pengasuhan menurut jurnal para ahli. Penulis sadar, bila ingin menjadi role model yang baik, maka harus menjadi orangtua yang selalu belajar dan melakukan reset terlebih dahulu. Tiga pola pengasuhan menurut Diana Baumrind (Setiono, 2011: 92–93).
1. Pola asuh Authoritarian.
Dalam pola asuh authoritarian orang tua membentuk, mengontrol dan mengevaluasi anak dengan menggunakan standar-standar yang diterapkan. Orang tua menekankan kepatuhan dan biasa menggunakan paksaan untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan. Orang tua tidak sama sekali memberikan kesempatan dan menerima secara verbal, tetapi orang tua lebih menyukai anak yang menerima apa yang diucapkan oleh orang tua itu dianggap benar. Orang tua dalam pengasuhan ini memberikan peraturan yang ketat, memberi sanksi serta hukuman pada setiap kesalahan yang anak lakukan, tidak memberi dukungan untuk sikap mandiri dan individualitas pada anak dan orang tua memberibatasan yang tegas sehingga tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapatnya.
Orang tua seperti ini cenderung memberikan jarak dan perlakukan yang dingin sehingga orang tua memiliki tingkat kecemasan tinggi, kemampuan untuk berkomunikasi yang buruk dan sangat sulit untuk menunjukkan perasaanya (Santrock, 2015). Anak yang mendapat pola asuh authoritarian ini ceenderung memiliki sifat tidak berani, pemurung dan mudah sekali untuk tersinggung, tidak memiliki kebebasan berpendapat, memiliki rasa takut yang tinggi, selalu merasa cemas, pendiam dan sosial anak cenderung lemah (Pratiwi et al., 2020; Sari, 2020).
2. Pola asuh Authoritative.
Pola asuh Authoritative, dalam pola asuh ini orang tua cenderung berusaha mengarahkan anak kedalam hal yang lebih baik. Orang tua mendorong terjadinya memberi dan menerima penjelasan secara verbal, memberikan alasan atas pilihan yang diambil dan memperhitungkan apa yang anak sampaikan. Jenis pola asuh ini sangat mengapresiasi setiap keingan anak dan apa pendapat anak (Alviana, 2013). Orang tua pada jenis pola asuh ini memiliki ciri-ciri memberikan pujian dan penghargaan kepada anak, menyediakan waktu untuk bermain dengan anak, memberi perhatian dan kasih sayang serta contoh teladan yang baik bagi anak (Adpriyadi & Sudarto, 2020).
Pola asuh jenis ini juga sangat cocok digunakan untuk membentuk pribadi anak sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan anak (Suteja & Yusriah, 2017). Ketika orang tua menerapkan pola asuh jenis ini anak akan cenderung mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tua dan memilik rasa tanggung jawab serta kemandirian yang tinggi (Mirzon Daheri, Juliana, Deriwanto, 2020), hal ini dikarenakan orangtua memperhatikan setiap kebutuhan anak, mengapresiasi pendapat anak, serta menjelaskan serta konsekuensi tentang sesuatu hal yang baik dan buruk terhadap anaknya (Sofiani et al., 2020).
3. Pola asuh Permissive.
Pola asuh permissive, dalam pola asuh ini orang tua cenderung tidak pernah memberikan hukuman dan menerima apa yag dilakukan anak tanpa memberikan arahan, pola asuh ini menerapkan kebebasan sepenuhnya kepada anak (Efendhi, 2013). Orang tua tipe ini memberikan tanggapan pada anak dengan cara menerima apapun tindakan yang dilakukan oleh anak, orang tua memberikan tuntutan lebih sedikit terhadap anak sehingga anak kurang memiliki rasa tanggung jawab dalam keluarga.
Orang tua tipe ini tidak menekankan aturan secara ketat, cenderung mengacuhkan serta memaafkan semua tingkah laku bermasalah yang anak lakukan, akan tetapi mendorong kemandirian dan individualitas. Pada pola asuh ini Greenwood dalam Efobi & Nwokolo, (2014) orang tua memiliki ciri-ciri seperti terbuka dalam hal afeksi namun tidak memberi batasan-batasan kepada anak. Orangtua dengan pola asuh permissive ini lebih mementingkan apa yang menjadi kebutuhan yang anak perlukan (Hazizah, 2019).
penulis Nur Arpah, S,Pd
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar