Nur asiah

A long life learner, A mom, A wife, A lecturer...

Selengkapnya
Navigasi Web

Lelaki senja dan sepeda tuanya

Lelaki senja dan sepeda tuanya Seorang laki-laki paruh baya beranak 4, bangun selalu di pagi buta, bahkan sebelum ayam jantan membuka matanya. Pelan dan hati-hati, ia kayuh sepedanya yg telah mulai usang, menuju tempat penampungan ikan. Bukan untuk membeli, tapi menengadahkan tangan pada mereka yang berbaik hati. Lalu ikan itu dijualnya kembali. Ah,, berapalah yg ia peroleh dari hasil menjual ikan yg sebagian besar sudah lembek dan busuk itu. Satu dua orang nelayan mungkin berbaik hati menyumbang ikan segar. Sepuluh hingga dua puluh ribu sehari, Alhamdulillah cukup untuk makan sehari-hari. Tapi sebenarnya tak pernah cukup untuk biaya sekolah anak-anaknya. Si sulung masih duduk dibangku SMA, dua orang adiknya masih dibangku SMP, sedangkan si bungsu masih SD. Yah,, beginilah resikonya kawin tua, pikirnya. Usia senja bukannya berleha-leha tapi masih harus terus bekerja. Namun hebatnya laki-laki ini tak pernah mengeluh. Hidup sederhana apa adanya, yang paling penting anak-anak harus bisa tetap sekolah walaupun uang jajan sering luput dari kantong mereka. Maka jangan tanya kenapa rumah reotnya masih sama buruknya dari masa ke masa. Tahun demi tahun berlalu. Sang lelaki semakin berusia senja. Namun ia masih saja mengayuh sepeda, menengadahkan tangan pada para nelayan. Anak2ku tak boleh bernasib sama, batinnya. Si sulung telah lama lulus SMA, memilih tak melanjutkan kuliah, dan bekerja semrautan apa adanya. Si nomor dua telah selesai kuliah, lalu bekerja dengan penghasilan secukupnya. Si nomor tiga sudah mendekati semester akhir. Sementara si bungsu baru saja mendaftar kuliah di sebuah kampus negeri. Lelaki ini bahkan tak mengerti, kenapa ia sanggup mengantarkan anak-anaknya hingga ke bangku kuliah. Padahal uangnya pas-pasan dan seringkali harus berhutang. Namun sebenarnya Allah telah menetapkan rejeki untuk anak-anak yang bersungguh-sungguh ini lewat sang ayah yang pekerja keras. Lalu tiba-tiba mereka diuji. Tsunami Aceh datang menyapu tanpa iba. Satu-satunya rumah kayu reot yang dibanggakan hilang tak berjejak. Istrinyapun kini telah menghadap yang kuasa. Praktis segalanya menjadi lumpuh. Hatinya hancur tak terkata. Tubuhnya luka dimana-mana. Syukurnya anak-anaknya selamat semua. Namun luka dihati mereka terlihat nyata. Bukan harta yang mereka tangisi karena mereka memang tak punya, tapi ibu yang amat dicinta telah tiada. Tiba-tiba semua menjadi gagu, linglung. Si bungsu yang biasa bermanja dalam pangkuan sang bunda, menjadi yang paling tidak siap menanggung duka. "Ohh,, ibuku kini dimana? Kenapa tak kunjung datang membelai beta?" Ratapnya. Bersambung..

*diangkat dari kisah nyata tsunami Aceh 2014
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap....

18 Nov
Balas

Terima kasih bu..

19 Nov



search

New Post