Aku Dan Buku Tulis Buram Ku
Aku Dan Buku Tulis Buram Ku
Judul di atas menggambarkan tentang aku yang sulit berani mengekspresikan keinginan ku untuk menulis. Aku yang tak begitu mahir merangkai kata namun punya banyak kata dalam benak ku yang hanya berani aku torehkan dalam sejarik kertas. Memang bukan hal yang sulit untuk menuangkan kata demi kata yang menumpuk di benak ini dalam buku coretan. Sejak duduk di bangku SMA aku mulai suka menulis, menulis karangan cerita, bukan cerita kisah nyata namun hanya khayalan ku semata. Aku punya sebuah buku tulis buram untuk sekedar menulis kahayalan ku saja, atau sedikit celotehan isi hati yang aku tulis dalam buku tulis buram ku itu. “Aku Dan Buku Tulis Buram Ku” adalah sebuah keinginan yang kuat namun takut untuk ku tunjukan menjadi sebuah karya , bertahun-tahun lamanya aku terus memendam keinginan ku menulis terus larut dalam rasa takut dan malu untuk tidak menunjukkan kalau aku bisa dan berani. Aku menganggap diriku Si payah yang tak berani percaya diri nyaman dengan memendam tulisan-tulisan ku hanya dalam buku buram saja.
Aku yang terus larut memendam bakat seolah merasa nyaman untuk tidak mengembangkan tulisan ku menjadi sebuah cerita dalam naskah. Namun aku tetap menulis walau hanya sepenggal isi hati, atau sekedar menjabarkan sedikit rutinitas sehari-hari untuk ditulis. Terkadang ada rasa ingin keluar dari kebodohan takut menulis, mencoba pelan-pelan merangkai kata demi kata untuk dijadikan sebuah cerita.
Seiring waktu berjalan mungkin tanpa disadari sudah 20 tahun berlalu sejak SMA, aku tetap menyembunyikan bakat terpendam itu pada buku tulis buram ku saja. Perlahan aku mulai memberanikan diri untuk mengekspresikan tulisan ku lewat postingan foto di instagram milikku, memberi sedikit rangkaian kata-kata dibawah objek yang ingin aku posting. Waktu terus bergulir aku pun semakin sering menulis caption dan rajin mempostingnya dimedia sosial ku, sampai pada akhirnya ada seorang rekan kerja ku yang memberi sebuah buku karyanya sendiri. Buku itu berisi tulisan tentang patah hatinya, ia curahkan rasa sakit hatinya ditinggal sang kekasih pujaan hati dalam tulisan menjadi sebuah buku. Buku pemberiannya pun aku baca sampai halaman terakhir, setelah membacanya ada rasa iri yang muncul seketika, iri ingin bisa seberani dia menulis naskah cerita menjadi sebuah buku dan dibaca oleh orang banyak. Buku pemberiannya memotivasi ku untuk keluar dari zona takut, setahun setelah aku resign dari tempat bekerja ku, waktu pun mempertemukan ku dengan teman SMA ku dulu sekarang beliau seorang guru bahasa Indonesia, dia ternyata juga penulis aku pun sharing dengannya perihal bakat terpendam ku itu bahwa aku juga suka menulis tapi hanya dibuku buram ku saja. Teman ku terus memberi ku motivasi untuk berani menulis, berani percaya diri untuk berkarya dengan menulis. Dia bukan hanya memotivasi ku namun membawa ku pada sebuah kelas menulis yaitu “SAGUSABU (Satu Guru Satu Buku)” yang aku ikuti di bulan juni tahun lalu banyak ilmu yang ku dapat selama mengikuti kelas singkat tersebut dan merasa tersadar dari rasa takut untuk tidak menyembunyikan tulisan ku dalam buku buram saja. Sebenarnya ada sebuah cita – cita yang ingin aku tulis untuk menjadi sebuah buku, yaitu menulis cerita tentang Ayah dan Ibu ku. Namun cerita itu tidak ku simpan lagi dalam buku buram ku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar