Anak Berkebutuhan Khusus (2)
"Rafli, coba lihat sini dulu ya". Kataku sambil tersenyum ke arahnya.
Semua anak memperhatikan aku yang sedang menjelaskan sedetil mungkin sambil menulis dan menggambar di papan tulis. Aku paham juga jika ada beberapa anak yang sudah memahami mengerti terlihat mulai kurang perhatian. Kubiarkan saja sementara mereka. Nanti akan keberikan soal yang agak sulit buat mereka agar tak bosan.
Rafli memperhatikan aku yang sedang menjelaskan, lalu menulis lagi. Aku tidak menegurnya lagi.
Sikapnya yang kadang agak tegang, takut-takut dan berkeringat membuatku iba melihatnya, karenanya aku sering memberi senyuman ke dia. Ku berharap mudah-mudahan dia bisa sedikit santai dan tidak kaku.
Jam istirahat, aku mampir ke ruang BK. Aku pingin mencari tahu tantang Rafli. Kebetulan ada wali kelasnya ketika kelas X tahun lalu.
Dari beberapa guru aku mendapatkan informasi bahwa Rafli anak berkebutuhan khusus. Hasil tes IQ nya membuatku bertanya-tanya. Benarkah anak ini mempunyai angka di bawah 80 untuk IQnya. Pantas saja "prilakunya" seperti itu.
Rafli, dari kecil sering banget dimarahi oleh orangtuanya di depan orang lain. Dia malu, tidak percaya diri dan ketakutan jika ada orang lain di rumahnya. Takut orangtuanya mempermalukan dia lagi. Dampak dari masa lalu itulah sampai sekarang Rafli seperti itu. Takut, gemetar, keringat dingin. Kasian sekali anak ini.
Malaka Sari, Senin 29 September 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar